Model Konseptual Keperawatan Jiwa - "Model Psikoanalisa"


BAB I
Pendahuluan

A.    Latar Belakang

Model konseptual merupakan kerangka kerja konseptual, sistem atau skema yang menerangkan tentang serangkaian ide global tentang keterlibatan individu, kelompok, situasi, atau kejadian terhadap suatu ilmu dan perkembangannya. Model konseptual memberikan keteraturan untuk berfikir, mengobservasi dan menginterpretasi apa yang dilihat, memberikan arah riset untuk mengidentifikasi suatu pertanyaan untuk menanyakan tentang fenomena dan menunjukkan pemecahan masalah (Brockopp, 1999 : 73 ).
Model konseptual keperawatan jiwa mengurai situasi yang terjadi dalam lingkungan atau stresor yang mengakibatkan seseorang individu menciptakan perubahan yang adaptif baik secara mandiri maupun bantuan perawat. Model konseptual keperawatan jiwa merupakan upaya yang dilakukan baik oleh perawat untuk  menolong seseorang dalam mempertahankan keseimbangan melalui mekanisme koping yang positif untuk mengatasi stresor yang dialaminya (Videbeck, 2008 : 54).
Model psikoanalisa adalah pandangan pada manusia yang pada  hakikatnya adalah makhluk dorongan nafsu. Psikoanalisa merupakan model yang pertama dikemukakan oleh Sigmund Freud, sehingga beliau di kenal dengan bapak Psikoanalisa. Psikoanalisa meyakini bahwa penyimpangan perilaku pada usia dewasa berhubungan dengan perkembangan pada masa anak ( Kohnstamn & Palland, 1984 : 66 ).
Model psikoanalisa tidak dapat terpisahkan dalam praktik keperawatan khususnya dalam lingkup keperawatan jiwa. Model psikoanalisa memandang bahwa perilaku yang ditunjukkan oleh setiap manusia tidak terlepas dari proses tumbuh kembang yang dialaminya. Sehingga kegagalan seseorang dalam fase tumbuh kembangnya dapat menyebabkan seseorang melakukan perilaku yang maladaptive.
Berdasarkan masalah-masalah di atas,kami tertarik untuk membahas model konseptual keperawatan jiwa secara lebih mendalam khususnya tentang model psikoanalisa.

B.     Tujuan Penulisan
1.      Tujuan umum
Mahasiswa mampu mengetahui tentang model konsep tual keperawatan jiwa ( model psikoanalisa )
2.      Tujuan khusus
a.       Menjelaskan model konseptual keperawatan jiwa
b.      Mengidentifikasi model konseptual psikoanalisa
c.       Menjelaskan aplikasi model psikoanalisa

C.    Ruang lingkup Penulisan
Ruang lingkup penulisan makalah ini yaitu model konseptual keperawatan jiwa khususnya model konseptual psikoanalisa beserta aplikasinya.

D.    Metode Penulisan
Penulisan makalah ini menggunakan metode deskriftif yaitu dengan penjabaran masalah – masalah yang ada dan menggunakan studi kepustakaan literatur yang ada baik di perpustakaan maupun di media internet sebagai pelengkap baik itu media blog, web, maupun artikel.



E.     Sistematika Penulisan
Makalah ini terdiri dari 3 bab yang disusun dengan sistematika penulisan sebagai berikut :
BAB I       :Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan        
penulisan, ruang lingkup penulisan, dan sistematika penulisan.

BAB II      :Tinjauan teoritis yang terdiri dari konsep dasar model konseptual keperawatan jiwa dan model konseptual psikoanalisa.

BAB III    :Aplikasi model konseptual psikoanalisa dalam keperawatan jiwa.
BAB IV    :Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran










BAB II
Tinjauan Teori
A.       Model konseptual keperawatan jiwa
1.      Pengertian
Model adalah cara mengorganisasi pokok pengetahuan yang kompleks. Model konseptual merupakan kerangka kerja konseptual, sistem atau skema yang menerangkan tentang serangkaian ide global tentang keterlibatan individu, kelompok, situasi, atau kejadian terhadap suatu ilmu dan perkembangannya (Brockopp, 1999).
Model konseptual keperawatan merupakan suatu cara untuk memandang situasi dan kondisi pekerjaan yang melibatkan perawat di dalamnya. Model konseptual keperawatan memperlihatkan petunjuk bagi organisasi dimana perawat mendapatkan informasi agar mereka peka terhadap apa yang terjadi pada suatu saat dengan apa yang terjadi pada suatu saat juga dan tahu apa yang harus perawat kerjakan (Brockopp, 1999 : 73).
Model konseptual keperawatan jiwa mengurai situasi yang terjadi dalam situasi lingkungan atau stresor yang mengakibatkan seseorang individu berupa menciptakan perubahan yang adaktif dengan menggunakan sumber-sumber yang tersedia. Model konseptual keperawatan jiwa mencerminkan upaya menolong orang tersebut mempertahankan keseimbangan melalui mekanisme koping yang positif unutk mengatasi stresor ini (Videbeck, 2008 : 54).

2.      Peran Perawat Dalam Keperawatan Jiwa
Seiring dengan perubahan jaman, peran perawat kesehatan jiwa mulai muncul pada tahun 1950 an. Weiss (1947) yang dikutip oleh Stuart Sundeen (1995) peran perawat adalah sebagai Attitude Therapy, yakni :
a.       Mengobservasi perubahan, baik perubahan kecil atau menetap yang terjadi pada klien.
b.      Mendemonstrasi penerimaan.
c.       Respek
d.      Memahami klien.
e.       Mempromosikan ketertarikan klien dan berpartisipasi dalam interaksi.
Sedangkan menurut Peplau dikutip dari Yosep ( 2009 : 16 ), peran perawat meliputi :
a.       Sebagai pendidik.
b.      Sebagai pemimpin di dalam situasi yang bersifat local, nasional dan internasional.
c.       Sebagai “surrogate .
d.      parent”.
e.       Sebagai konselor
Menurut American Nurses Association (ANA) divisi perawatan kesehatan jiwa,  mendefinisikan perawatan kesehatan jiwa sebagai area khusus dalam praktek keperawatan yang menggunakan ilmu perilaku manusia dan diri sendiri secara terapeutik untuk meningkatkan, mempertahankan, memulihkan kesehatan jiwa klien dan meningkatkan kesehatan mental masyarakat dimana klien berada.
Dan sebagai tambahan dari perawat ( Yosep, 2009 : 16 ) adalah :
a.       Bekerjasama dengan lembaga kesehatan mental
b.      Konsultasi dengan yayasan kesejahteraan
c.       Memberi pelayanan kepada klien diluar klinik
d.      Aktif melakukan penelitian
e.       Membantu pendidikan masyarakat

3.      Macam –macam  model konseptual keperawatan jiwa
Menurut Yosep (2009 : 12), konseptual model keperawatan, dapat dikelompokkan menjadi beberapa model yaitu :
a.       Model psikoanalisa ( Freud, Erickson )
Model ini menjelaskan bahwa gangguan jiwa dapat terjadi pada seseorang apabila ego (akal) tidak berfungsi dalam mengontrol id (kehendak nafsu atau insting). Ketidakmampuan seseorang dalam menggunakan akalnya ( ego ) untuk mematuhi tata tertib, peraturan, norma, agama (super ego/das uber ich), akan mendorong terjadinya penyimpangan perilaku (defiation of behavioral).
Proses terapeutik Psikoanalisa memakai : Free association, analisa mimpi dan transfer untuk membentuk kembali perilaku. Free association : mencurahkan seluruh pikiran dan perasaan tanpa ada sensor. Terapist akan mencari pola kata-kata dan area yang secara tidak sadar dihindari. Kemudian dibandingkan dengan ilmu terapist tentang pengetahuan tentang jiwa dan konflik. konflik yang dihindari klien dianggap hambatan dan harus diselesaikan. Analisa mimpi : menjadi gambaran konflik intra psikis yang menjadi hambatan klien dalam berperilaku. Simbol-simbol mimpi dianalisa dan disimpulkan. Kedua proses ini dilengkapi dengan transfer yaitu terapist menjadi sasaran perilaku atau perasaan klien.


b.      Model interpersonal
Teori ini dikemukakan oleh Harri Stack Sullivan. Dia menganggap perilaku itu merupakan bentukan karena adanya interaksi dengan orang lain atau lingkungan sosial. Kecemasan disebabkan perilakunya tidak sesuai atau tidak diterima orang lain sehingga akan ditolak oleh lingkungan. Perilaku timbul karena adanya dorongan untuk kepuasan dan dorongan untuk keamanan. Perilaku karena adanya dorongan untuk memuaskan diri disebabkan karena adanya kelaparan, tidur, kenyamanan dan kesepian. Keamanan berhubungan dengan penyesuaian diri terhadap nila-nilai budaya seperti nilai-nilai masyarakat dan suku. Sulivan beranggapan bila kemampuan untuk memenuhi kebutuhan akan kepuasan dan keamanan terganggu maka dia akan mengalami sakit mental. 

c.       Model sosial
Konsep ini dikemukan oleh Gerard Caplan, yang menyatakan bahwa perilaku dipengaruhi lingkungan sosial dan budaya. Caplan percaya bahwa situasi sosial dan menjadi faktor predisposisi klien mengalami gangguan mental, seperti kejadian kemiskinan, masalah keluarga dan pendidikan yang rendah. Karena kondisi ini akhirnya individu mengalami ketidakmampuan mengkoping stes, ditambah lagi dukungan dari lingkungan sangat sedikit. Individu mengembangkan koping yang patologis. Krisis juga bisa menyebabkan klien mengalami perubahan perilaku. Koping yang selama ini dipakai dan dukungan dari lingkungan tidak dapat dipakai lagi sehingga klien mengalami penyimpangan perilaku.


d.      Model eksistensi
Konsep ini didasarkan teori dari Sartre, Heidegger dan Keirkegaard. Fokus teori berdasarkan pengalaman kllien disini dan saat ini, tidak memperhitungkan masa lalu klien. Seseorang akan merasa hidupnya bermakna bila dia menerima dirinya apa adanya dan memakai itu untuk berinteraksi dengan lingkungannya.




e.       Model komunikasi
Konsep ini dikemukan oleh Eric Berne. Dia mengatakan bahwa setiap perilaku, baik verbal maupun nonverbal adalah bentuk komunikasi. Ketidakmampuan komunikasi mengakibatkan kecemasan dan frustasi.

f.       Model behavioral
Konsep ini berdasarkan teori belajar. dan mengatakan bahawa semua perilaku itu dipelajari. Perilaku seseorang karena dia belajar itu dari lingkungannya. Fokus konsep ini terletak pada tindakan, bukan pada pikiran atau perasaan individu. Perubahan perilaku membuat perubahan pada kognitif dan afektif.

g.      Model medikal
Konsep ini dikemukan oleh Siglar and Osmond. Fokusnya pada diagnosis penyakit mental dan proses pengobatan berdasarkan diagnosis. Proses pengobatan ke arah somatik : farmakoterapi, ECT atau psikosurgery. Fungsi model medikal adalah mengobati yang sakit dan proses pengobatan pada fisik, tidak menyalahkan perilaku kliennya.

h.      Model keperawatan
Konsep ini dikemukan oleh Dorethea, Orem, Joan Richi, Roy dan Martha Rogers. Konsep ini berdasarkan teori sistem, teori perkembangan dan teori interaksi yang bersifat holistik : bio-psiko-sosial spiritual. Perawat mengarah pada perubahan perilaku, menyediakan waktu banyak, menciptakan hubungan yang terapeutik dan sebagai pembela klien.



B.       Model konseptual psikoanalisa
1.      Definisi
Psikoanalisa adalah pandangan evolusionistis-naturalistis: pada hakikatnya manusia itu adalah makhluk dorongan nafsu. Yang asli adalah Das Es, sedangkan yang lebih tinggi (Das Ich dan Ueber Ich) hanyalah timbul dari das Es. Semua adalah alam dan perkembangan timbul dari alam yang tinggi yang rohaniah tidak berdiri sendiri dan diterangkan dari sudut lapisan bawah, dari alam. Tetapi setelah orang menerima bahwa rohaniah itu berdiri sendiri dan bahwa ada norma-norma kebenaran, kebaikan, kemurnian dan yang umum serta abadi, maka orang tidak dapat menerima ajaran psikoanalisa ( Kohnstamn & Palland, 1984 : 66 ).
Menurut Kaplan & Sadock ( 2010 ), psikoanalisa merupakan model yang pertama dikemukakan oleh Sigmund Freud. Psikoanalisa meyakini bahwa penyimpangan perilaku pada usia dewasa berhubungan dengan perkembangan pada masa anak. Setiap fase perkembangan mempunyai tugas perkembangan yang harus dicapai. Gejala merupakan symbol dari konflik. Gangguan jiwa terjadi akibat :
a.       Perkembangan diri: Artinya gangguan jiwa dapat terjadi karena perkembangan seseorang ketika masih kecil/kanak –kanak atau kasus yang terjadi adalah akibat masa lalu.
b.      Resolusi konflik perkembangan yang inadequate : Artinya gangguan jiwa terjadi karena seseorang tidak dapat menyelesaikan masalahnya di masa lalu dengan baik, sehingga muncul ketidakpuasan
c.       Ego (akal) tidak dapat mengontrol id (kehendak nafsu atau insting)
Gejala – gejala yang muncul adalah hasil usaha untuk berkompromi dengan kecemasan dan berhubungan dengan konflik yang tidak teratasi. Psikoanalisa sampai saat ini dianggap sebagai salah satu gerakan revolusioner dibidang psikologi. Hipotesis psikoanalisis menyatakan bahwa tingkah laku manusia sebagian besar ditentukan oleh motif – motif tak sadar, sehingga Freud dijuluki sebagai bapak penjelajah dan pembuat peta ketidaksadaran manusia. Proses terapi psikoanalisa memakan waktu yang lama.
Konsep ini dikemukakan oleh Sigmund Freud. Menurut Maramis (2009 : 34 ) fokusnya pada perkembangan psikoseksual dari fase – fase Oral, Anal, Phalik, Laten, Genitikal yang penuh konflik-konflik pada masa penyelesaian tugas setiap fase.
a.       Fase oral (usia 0;0 - 1;0)
Daerah pokok aktivitas dinamik: mulut àmakan sebagai sumber kenikmatan. Bentuk rangsangan: rangsangan terhadap bibir, rongga mulut, kerongkongan, menggigit dan mengunyah (sesudah gigi tumbuh), serta menelan dan memuntahkan makanan (kalau makanan tidak memuaskan).
1)      Oral incorporation
Kenikmatan diperoleh dari aktivitas menyuap/menelan Kepribadian oral incorporation membuiat orang menjadi senang/fiksasi mengumpulkan pengetahuan atau mengumpulkan harta benda, atau gampang ditipu (mudah menelan perkataan orang lain).
2)      Oral aggression
Kenikmatan diperoleh dari aktivitas dan menggigit Kepribadian oral agression ditandai oleh kesenangan berdebat dan sikap sarkastik.

b.      Fase anal (usia 1;0 - 2/3;0)
Daerah pokok aktivitas dinamik: dubur àpembuangan kotoran sebagai sumber kenikmatan Bentuk rangsang: bebas dari tegangan anal. Semua bentuk kontrol diri (self control) dan penguasaan diri (self masery) berasal dari fase anal. Dampak toilet training terhadap kepribadian di masa depan, tergantung kepada sikap dan metoda orang tua dalam melatih.

c.       Fase Phalik (usia 2/3;0 - 5/6;0)
Daerah pokok aktivitas dinamik: alat kelamin. Sumber kenikmatan:  Masturbasi dan peningkatan gairah seksual anak kepada orang tuanya.

d.      Fase latency (usia 5/6;0 - 12/13;0)
Perasaan takut kepada pembalasan orangtua menimbulkan represi terhadap dorongan seksual pada anak, sehingga impuls seksual dan agresi pada fase awal (pregenital impuls) mereda. Pada fase laten ini anak mengembangkan kemampuan sublimasi dan mulai merasa peduli dengan orang lain. Anak menjadi lebih mudah dididik dibandingkan dengan masa sebeum dan sesudahnya (masa pubertas).

f.       Fase Genital (usia 12/13;0 - dewasa)
Fase ini dimulai  dengan perubahan fisiologik dari sistem reproduksi, yakni fase pubertas. Impuls pregenital bangun kembali dan membawa aktivitas dinamis yang harus diadaptasi, untuk mencapai perkembangan kepribadian yang stabil.  Pada fase phalik, cathexis genital mempunyai sifat narcistik; Pada fase genital narcisme itu mulai disalurkan ke objek di luar seperti berpartisipasi dalam kegiatan kelompok, menyiapkan karir, cinta lain jenis, perkawinan dan keluarga.
Freud juga mengemukakan struktur psiko / jiwa manusia berdasarkan: Id, Ego, Superego dan topografi jiwa berdasarkan sadar, prasadar dan tak sadar ( Maramis, 2009 : 37 ).
a.       Id adalah tempat dorongan naluri (insting) dan berada di bawah pengawasan  proses primer. Karena itu id bekerja sesuai prinsip kenikmatan,tanpa memperdulikan kenyataan. Seorang bayi pada waktu lahir telah mempunyai id. Ia tidak mempunyai kemampuan untuk menghambat,mengawasi,atau memodifikasi dorongan nalurinya. Karena itu,ia sangat tergantung pada ego orang lain di lingkungannya.
b.      Ego lebih teratur organisasinya dan tugasnya adalah untuk menghindari ketidaksenangan dan rasa nyeri dengan melawan atau mengatur pelepasan dorongan nalurinya agar sesuai dengan tuntutan dunia luar. Pertentangan utama terletak antar id dan ego. Ego bekerja sesuai dengan prinsip kenyataan dan mempunyai mekanisme pembelaan,misalnya : supresi,salah pindah (displacement),rasionalisme,penyangkalan,regresi,identifikasi,dan sebagainya.
c.       Superego mulai nyata waktu komplek Oedipus diselesaikan dengan ini identifikasi dengan orang tua dari sex yang sama dipercepat. Usaha untuk menolaknya memberi kepada super ego sipat menolak atau sipat menghalangi. Superego yang mulai terbentuk pada umur lima sampai enam tahun,membantu ego dalam pengawasan dan pengaturan pelepasan impuls dari id. Kepribadian dalam psikoalanisis adalah pola adaptasi terhadap dorongan instingtual dan dorongan dari lingkungan yang sudah menjadi cirri khas atau kebiasaan individu dan yang langsung dapat diamat (membedakan dari ego),seperti ,perilaku dan cara pembelaan,beraksi,berpikir dan merasa.
Penyimpangan perilaku masa dewasa ditentukan perkembangan masa kanak-kanak. Bila tugas masa perkembangan tidak tercapai, maka timbul konflik, kecemasan, secara psikologis orang itu terfiksasi pada tingkat perkembangannya untuk mengatasi cemas. Orang itu menjadi regresi dalam pemakaian koping, pemecahan masalah dan perilaku. Misalnya : anak perempuan yang merasa kalah pada ibunya dalam mencari perhatian ayahnya, maka ketika besar dan berhubungan dengan pria, dia berprilaku seperti anak kecil dalam memcari perhatian pria. Setiap orang membawa konflik masa kecilnya dan mempengaruhi perilaku di masa dewasa. Misal : sering cuci tangan, karena pada waktu masa kecil sering dibilang jorok. Semua kenangan itu tertanam ke alam tak sadar sehingga pada masa dewasa keluar ke alam tak sadar dalam bentuk penyimpangan perilaku. Psikosis muncul karena ego harus beradaptasi terus dengan keinginan id.
2.      Prinsip-prinsip model psikoanalisa
Menurut Stuart (1995), prinsip-prinsip psikoanalisa dikelompokkan menjadi :
a.       Prinsip konstansi
artinya bahwa kehidupan psikis manusia cenderung untuk mempertahankan kuantitas konflik psikis pada taraf yang serendah mungkin, atau setidak-tidaknya taraf yang stabil. Dengan perkataan lain bahwa kondisi psikis manusia cenderung dalam keadaan konflik yang permanen (tetap).
b.      Prinsip kesenangan
artinya kehidupan psikis manusia cenderung menghindarkan ketidaksenangan dan sebanyak mungkin memperoleh kesenangan (pleasure principle).
c.       Prinsip realitas
yaitu prinsip kesenangan yang disesuaikan dengan keadaan nyata.

3.      Proses terapi model psikoanalisa
Proses terapi pada model ini adalah menggunakan metode asosiasi bebas dan analisa mimpi, transferen,interpretasi serta analisa resistensi untuk memperbaiki traumatik masa lalu ( Yosep, 2009 : 13 ).
a.       Asosiasi bebas
Pada teknik terapi ini, penderita didorong untuk membebaskan pikiran dan perasaan dan mengucapkan apa saja yang ada dalam pikirannnya tanpa penyuntingan atau penyensoran (Akinson, 1991). Pada teknik ini penderita disupport untuk bias berada dalam kondisi relaks baik fisik maupun mental dengan cara tidur di sofa. Ketika penderita dinyatakan sudah berada dalam keadaan relaks maka pasien harus mengungkapkan hal yang dipikirkan pada saat itu secara verbal.

b.      Analisa mimpi
Terapi dilakukan dengan mengkaji mimpi – mimpi pasien, karena mimpi timbul akibat respon/memori bawah sadarnya. Mimpi umumnya timbul akibat permasalahan yang selama ini disimpan dalam alam bawah sadar yang selama ini ditutupi oleh pasien. Dengan mengkaji mimpi dan alam bawah sadar klien maka konflik dapat ditemukan dan diselesaikan.

c.       Transferen
Untuk memperbaiki traumatik masa lalu Peran pasien dan perawat Klien mengungkapkan semua pikiran dan mimpinya Perawat melakukan assessment atau pengkajian tentang keadaan traumatic atau stressor yang dianggap bermakna pada masa lalu (pernah disiksa orang tua, diperkosa pada masa kanak – kanak, ditelantarkan dll) dengan pendekatan komunikasi traumatic setelah terjalin trust (saling percaya).

d.      Interpretasi
Adalah prosedur dasar yang digunakan dalam analisis asosiasi bebas, analisi mimpi, analisis resistensi dan analisis transparansi. Prosedurnya terdiri atas penetapan analisis, penjelasan, dan mengajarkan klien tentang makna perilaku dimanifestasikan dalam mimpi, asosiasi bebas, resistensi dan hubungan terapeutik itu sendiri. Fungsi interpretasi adalah membiarkan ego untuk mencerna materi baru dan mempercepat proses menyadarkan hal-hal yang tersembunyi. mengungkap apa yang terkandung di balik apa yang dikatakan klien, baik dalam asosiasi bebas, mimpi, resistensi, dan transferensi klien.

e.       Analisa resistensi
Freud memandang resistensi sebagai suatu dinamika yang tidak disadari yang mendorong seseorang untuk mempertahankan terhadap kecemasan. Interpretasi konselor terhadap resistensi ditujukan kepada bantuan klien untuk menyadari alasan timbulnya resistensi. teknik yang digunakan untuk menyadarkan klien terhadap alasan-alasan terjadinya penolakannya (resistensi).

4.      Peran perawat dan klien dalam model psikoanalisa
Stuart (1995) mengatakan peran perawat dan klien dalam model psikoanalisa adalah sebagai berikut.
a.       Peran perawat adalah berupaya melakukan assessment atau pengkajian mengenai keadaan-keadaan traumatic atau stressor yang dianggap bermakna pada masa lalu misalnya ( pernah disiksa orang tua, pernah disodomi, diperlakukan secara kasar, diterlantarkan, diasuh dengan kekerasan, diperkosa pada masa anak), dengan menggunakan pendekatan komunikasi terapeutik setelah terjalin trust (saling percaya).
b.      Peran klien dalam model psikoanalisa
Peran yang dapat dilakukan oleh klien meliputi :
1)      Mengungkapkan semua pikiran dan mimpinya agar bisa diartikan therapistnya.
2)      Mengkuti perjanjian jangka panjang atau kontrak yang telah disepakati.
3)      Mendorong transfer, menginterprestasi pikiran dan mimpi.




























BAB III
Aplikasi Model Psikoanalisa dalam Keperawatan Jiwa

A.    Kasus
Seseorang mengalami ketidakpuasan pada fase oral antara usia 0-2 tahun, dimana anak tidak mendapat kasih sayang dan pemenuhan kebutuhan air susu yang cukup, sehingga cendrung mengembangkan sikap agresif dan bermusuhan setelah dewasa sebagai konvensasi adanya ketidakpercayaan pada lingkungannya.Ketidakpercayaan yang sudah melekat pada dirinya akan membentuk pribadi orang tersebut agresif dan mudah marah dalam menghadapi kehidupannya.
B.     Penyelesaian menggunakan Model Psikoanalisa
Model psikoanalisa merupakan salah satu alternatif yang  yang dapat digunakan dalam menyelesaikan masalah. Pada kasus diatas, perawat mengkaji perilaku yang maladaptif menggunakan model psikoanalisa dengan melihat didasari sudut tumbuh kembang yang dialami klien.
Setelah terbina trust (saling percaya), klien akan lebih rileks untuk mengungkapkan perasaannya. Seorang  perawat harus memberikan  tanggapan terhadap respon klien misalnya sikap agresif dan bermusuhan setelah dewasa sebagai konvensasi adanya ketidakpercayaan pada lingkungannya. Sikap yang akan ditimbulkan klien dapat berupa suka marah-marah  dan  protektif  diri terhadap dunia luar. Selain sebagai konselor, perawat juga dapat perawat dapat memberikan teknik keperawatann seperti mengontrol marahnya dengan teknik distarksi dan mengajarkan cara marah yang produktif dengan cara mengalihkan marah pada hal lain.



BAB IV
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Model konseptual memberikan kerangka kerja dengan cara mengidentifikasi suatu pertanyaan untuk mendapatkan pemecahan masalah. Model konseptual keperawatan jiwa digunakan perawat sebagai acuan untuk menolong seseorang agar dapat menghadapi stressor melalui meksnisme koping yang positif.
Model psikoanalisa mempunyai pandangan bahwa manusia adalah makhluk dorongan nafsu. Selain itu, psikoanalisa meyakini bahwa penyimpangan perilaku yang terjadi pada masa dewasa sangat dipengaruhi oleh perkembangan pada masa anak. Oleh karena itu, kejadian pada masa lalu (masa kecil) akan sangat berpengaruh pada pembentukan kepribadian seseorang.
Perawat dapat menerapkan model psikoanalisa dalam praktik keperawatan untuk mengungkapkan masalah yang dialami seseorang. Perawat dapat berperan sebagai konselor yang dapat memberikan pemecahan masalah pada seseorang yang mengalami pengalaman buruk baik dimasa lalu maupun yang sedang dialaminya. Contohnya seseorang yang tidak dapat mengontrol dirinya ketika marah, dapat di ajarkan untuk melakukan marah produktif atau diajarkan teknik distraksi, sehingga selain sebagai konselor peran perawat promotif.

B.     Saran
1.      Perawat diharapkan dapat menerapkan model konseptual keperawatan  jiwa khususnya model psikoanalisa dalam merespon setiap perilaku yang maladaptif yang ditunjukkan oleh klien melalui  pendekatan terapeutik dengan cara menjalin rasa saling percaya untuk mendapatkan pemecahan dari masalah klien. 
2.      Institusi pelayanan keperawatan khususnya rumah sakit maupun puskesmas diharapkan mampu menerapkan model psikoanalisa pada setiap perawat yang ada melalui pendekatan terapeutik  dalam mengatasi masalah yang timbul.
3.      Institusi pendidikan keperawatan dapat memberikan pendidikan yang mendalam mengenai model konseptual khususnya model psikoanalisa sehingga mahasiswa dapat menjadikan model psikoanalisa sebagai salahsatu alternatif yang dapat digunakan untuk mengkaji penyebab timbulnya perilaku  maladaptif yang kelak akan ditemui dilapangan.













DAFTAR PUSTAKA

Perry & potter. 1999. Fundamental keperawatan. Jakarta : EGC
Suliswati, Dkk. 2004. Konsep dasar keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta :
       EGC
Maramis, Willy F. & Maramis Albert A. 2009. Ilmu kedokteran jiwa. Jakarta :
      AUP
Kohnstamm. 1984. Sejarah ilmu jiwa.
Sunaryo. 2004. Psikologi lingkup keperawatan. Jakarta : EGC
Stuart   Wiscarz,   Sandra I.   Sundeen. 1995  . Prinsip   dan   Praktik   Ilmu
       Keperawatan Psikiatri. Ed.5. Missouri: Mosby.
Ann Isaacs. 2005. Keperawatan Kesehatan Jiwa dan Psikiatrik. Ed.3. Jakarta:
       EGC
Kaplan, Harold I. & Sadock, Benjamin J. 2010. Synopsis psikiatri. Tengerang:
       BINARUPA AKSARA Publisher
Yosep, Iyus. 2009. Keperawatan jiwa. Bandung : PT Refika Aditama