Alopesia Androgenetika


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Sistem integumen adalah suatu sistem yang vital bagi kehidupan seluruh manusia, yang terletak pada organ tubuh terluar, melindungi bagian dalam tubuh,  luas 1,5-2 m2, berat 15 % BB, yang merupakan cermin kehidupan, dapat dilihat, diraba, dan hidup, sebagai   penampilan & kepribadian. apabila kulit kita mengalami gangguan, tentu saja ini akan mempengaruhi dari sistem  kerja lapisan kulit lainnya dan membuat penampilan yang terkesan jelek. Salah satu dari penyakit yang menyerang sistem integumen yang disebabkan oleh infeksi mikotik.
Alopesia atau kebotakan dapat terjadi setempat dan berbatas tegas, umumnya pada kepala atau dapat juga mengenai daerah rambut lainnya, alopesia juga dapat juga terjadi karena keturunan, pengaruh horman, dan life style, alopesia dapat disebabkan abnormalitas batang rambut yang menyebabkan rambut mudah putus.
Adapun jenis-jenis alopesia sebagai berikut:
1.      Alopesia androgenik
Alopesia androgenik (juga dikenal sebagai androgenetic alopecia, alopecia androtesticleas, male pattern baldness, common baldness) merupakan sebuah bentuk umum kehilangan rambut pada laki-laki dan perempuan.
2.      Alopesia areata
Kehilangan rambut yang cepat dan komplit sehingga terbentuk bercak satu atau lebih, berupa bulatan atau oval, biasanya dikepala dan tempat berambut lain.
3.      Alopesia prematur
Sering terjadi pada pria berumur dua puluhan dan disertai dermatitis seboroika yang berat.
Sindrom alopesia androgenik mempunyai prevalensi yang tinggi akhir-akhir ini. Alopesia androgenik merupakan tipe kebotakan yang paling banyak, sekitar 50-80% dialami laki-laki kaukasia. Pada wanita sekitar 20-40% populasi. Banyak pria usia muda yang mengalami penipisan rambut kronis dan menjadi botak sebelum masanya.
Angka kejadian pada laki-laki sekitar 50% dan pada perempuan biasanya terjadi usia lebih dari 40 tahun. Dilaporkan 13% dari perempuan premenopause menderita alopesia androgenik, namun, insidennya sangat meningkat setelah menopause. Menurut beberapa penulis, 75% dari perempuan yang berumur lebih dari 65 tahun kemungkinan menderita alopesia androgenik. Insiden tertinggi pada orang kulit putih, kedua di Asia dan Afrika-Amerika, dan terendah pada penduduk asli Amerika dan Eskimo. Hampir semua pasien memiliki onset sebelum usia 40 tahun, walaupun banyak pasien (baik laki-laki dan perempuan) menunjukkan bukti gangguan pada usia 30 tahun.
Sehingga dari peryataan-peryataan diatas penulis tertarik mengangkat makalah yang berjudul alopesia androgenik.
B.     Tujuan
1.      Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami tentang konsep dasar alopesia androgenik dan asuhan keperawatannya
2.      Tujuan Khusus
a.       Mengetahui konsep dasar penyakit alopesia androgenik
b.      Mengetahui asuhan keperawatan penyakit alopesia androgenik

C.    Ruang Lingkup Penulisan
Ruang lingkup dari penulisan makalah ini, yaitu asuhan keperawatan pada klien dengan penyakit alopesia androgenik yang mencakup konsep dasar dan asuhan keperawatan pada alopesia androgenik secara teoritis.
D.    Metode Penulisan
Dalam penyusunan makalah ini, kelompok menggunakan metode deskriftif yaitu dengan menggambarkan konsep dasar tentang penyakit alopesia androgenik dan asuhan keperawatan klien dengan penyakit alopesia androgenik, dengan melakukan tinjauan terhadap beberapa referensi baik melalui buku literatur yang terdapat di perpustakaan maupun melalui media informasi online (internet).

E.     Sistematika Penulisan
Penulisan makalah ini terdiri dari 4 bab yang meliputi :
BAB I:            Pendahuluan   : latar belakang, tujuan penulisan, ruang lingkup,  metode penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II:           Tinjauan teoritis : anatomi fisiologi kulit, anatomi fisiologi rambut, konsep dasar alopesia androgenetik dan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan rambut : alopesia androgenetik.
BAB III:         Asuhan Keperawatan Klien dengan kelainan rambut : Alopesia Androgenetik
BAB IV:         Penutup           : Kesimpulan dan Saran.










BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A.    Anatomi dan fisiologi
1.      Anatomi Kulit
Kulit merupakan pembungkus yang elastik yang melindungi tubuh dari pengaruh lingkungan. Kulit juga merupakan alat tubuh yang terberat dan terluas ukurannya, yaitu 15% dari berat tubuh dan luasnya 1,50-1,75 m2. Rata-rata tebal kulit 1-2 mm. Paling tebal (6 mm) terdapat di telapak tangan dan kaki, dan paling tipis (0,5 mm) terdapat di bagian genetalia.
 Kulit terbagi atas tiga lapisan pokok, yaitu:
a.       Epidermis
Epidermis terbagi menjadi empat lapisan :
1)      Lapisan basal atau stratum germinativum
2)      Lapisan malpighi atau startum spinosum
3)      Lapisan granula atau stratum granulosum
4)      Lapisan tanduk atau stratum korneum
b.      Dermis
Dermis atau korium merupakan lapisan di bawah epidermis dan di atas jaringan subkutan. Dermis terdiri dari jaringan ikat yang di lapisan atas terjalin rapat (pars papillaris), sedangkan di bagian bawah terjalin lebih longgar (pars reticularis). Lapisan pars reticularis mengandung pembuluh darah, saraf, rambut, kelenjar keringat, dan kelenjar sebaseus.
c.       Subkutan
Jaringan subkutan merupakn lapisan yang langsung di bawah dermis. Batas antara jaringan subkutan dan dermis tidak tegas. Sel-sel yang terbanyak adalah liposit yang menghasilkan banyak lemak. Jaringan subkutan mengandung saraf, pembuluh darah, dan limfe, kandung rambut, dan dilapisan atas jaringan subkutan terdapat kelenjar keringat. Fungsi jaringan subkutan adalah penyekat panas, bantalan terhadap trauma, dan tempat penumpukan energi.
      
2.      Fisiologi Kulit
Fungsi kulit sebagai berikut :
1)      Pelindung
Jaringan tanduk sel-sel epidermis paling luar membatasi masuknya benda-benda dan keluarnya cairan berlebihan dari tubuh.
2)      Pengatur suhu
Di waktu suhu dingin, peredaran darah dikulit berkurang untuk mempertahankan suhu badan.
3)      Penyerap
Kulit dapat menyerap bahan-bahan tertentu seperti gas, dan zat yang larut dalam lemak, tetapi air dan elektrolit sukar masuk melalui kulit.
4)      Indra perasa
Indra perasa dikulit terjadi karena rangsangan terhadap saraf sensoris dalam kulit.
5)      Faal pergetahan (faal secretoris)
Kulit diliputi oleh dua jenis pergetahan, yaitu sebum dan keringat (prof. Dr. MarwaliHarahap, 2000 hal 2).

3.      Anatomi Rambut
Rambut merupakan salah satu adneksa kulit yang terdapat pada seluruh tubuh kecuali telapak tangan, telapak kaki, kuku, ujung zakar, permukaan dalam bibir-bibir kemaluan wanita, dan bibir. Jenis rambut pada manusia pada garis besarnya dapat digolongkan 2 jenis:
a.       Rambut terminal, rambut kasar yang mengandung banyak pigmen. Terdapat di kepala, alis, bulu mata, ketiak, dan genitalia eksterna. Rambut terminal diproduksi oleh folikel-folikel rambut besar yang ada di lapisan subkutis. Secara umum diameter rambut > 0,03 mm.
b.      Rambut velus, rambut halus sedikit mengandung pigmen, terdapat 16drene di seluruh tubuh. Rambut velus diproduksi oleh folikel-folike rambut yang sangat kecil yang ada di lapisan dermis, diameternya < 0,03 mm. (Soepardiman, Lily. 2010; Kusumadewi, dkk; Olsen, E. A. 1994)

Rambut dapat dibedakan menjadi bagian-bagian sebagai berikut:
a.       Folikel Rambut, yaitu suatu tonjolan epidermis ke dalam berupa tabung yang meliputi:
1)      Akar rambut (folliculus pili), yaitu bagian rambut yang tertanam secara miring dalam kulit.
2)      Umbi rambut (bulbus pili), yaitu pelebaran bagian terbawah akar rambut (Kusumadewi, dkk; Brown, Robin Graham dan Tony Burns).
b.      Batang Rambut, yaitu bagian rambut yang berada diatas permukaan kulit. Batang rambut terdiri atas 3 bagian, yaitu kutikula (selaput rambut), korteks (kulit rambut), dan medulla (sumsum rambut)(Soepardiman, Lily. 2010; Kusumadewi, dkk; Pusponegoro, Erdina H.D. 2002).
c.       Otot Penegak Rambut (muskulus arector pili), merupakan otot polos yang berasal dari batas dermo-epidermis dan melekat di bagian bawah kandung rambut. Otot-otot ini dipersarafi oleh saraf-saraf 17drenergic dan berperan untuk menegakkan rambut bila kedinginan serta sewaktu mengalami tekanan emosional. (Kusumadewi, dkk; Brown, Robin Graham dan Tony Burns)

4.      Fisiologi Rambut
a.       Pengaturan Suhu Badan
Dalam kondisi dingin, pori-pori rambut akan mengecil. Dalam kondisi panas, maka kondisi tersebut berlaku sebaliknya (Kusumadewi, dkk; Ridwan, Muhammad).
b.      Fungsi Sebagai Alat Perasa
Rambut memperbesar efek rangsang sentuhan terhadap kulit. Sentuhan terhadap bulu mata menimbulkan reflex menutup kelopak mata (Kusumadewi, dkk).

B.     Konsep dasar penyakit alopesia androgenetika
1.      Pengertian
Alopesiaini timbul pada pria usia 30-40 tahun atau lebih, berupa keguguran rambut bertahap dari bagian verteks dan frontal.garis rambut anterior berangsur masuk ke dalam ( mundur), sehingga dahi terlihat bertatmbah lebar. ( prof. Dr. Marwali Harahap,200 hal 164 ).
Alopesia atau kerontokan rambut dapat terjadi akibat banyak keadaan seperti infeksi kulit kepala, pemakaian obat pewarna rambut, penambahan usia, pemakaian obat-obatan dan perubahan kadar hormon androgen. Alopesia andrgogenetik dapat terjadi pada laki-laki dan wanita. Meskipun kebotakan pola laki-laki lazim dijumpai, wanita dapat pula mengalami kerontokan rambut dengan pola yang sama. Karena rambut merupakan bagian tubuh yang sangat visible dan menjadi bagian dari citra tubuh serta harga diri seseorang, kerontokan rambut dapat menimbulkan permasalahan emosional dan social yang cukup serius bagi laki-laki maupun perempuan. (Smeltzer & Bare, 2001 hal : 1907)
Alopesia androgenik (juga dikenal sebagai androgenetic alopecia, alopecia androtesticleas, male pattern baldness, common baldness) merupakan sebuah bentuk umum kehilangan rambut pada laki-laki dan perempuan.
Alopesia Androgenik adalah gangguan yang sangat umum yang mempengaruhi baik laki-laki dan perempuan. Insiden ini umumnya dianggap lebih besar pada laki-laki daripada perempuan, meskipun beberapa bukti menunjukkan bahwa perbedaan insiden merupakan cerminan dari ekspresi berbeda pada pria dan wanita. Kebotakan pada laki-laki (alopesia androgenik) dianggap normal pada laki-laki dewasa.
Jika di lihat dari pengertian di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa alopesia androgenetik adalah  suatu gangguan yang bersifat umum ditandai dengan hilangnya rambut, dan dapat terjadi pada laki-laki maupun perempuan.

2.    Etiologi
Mekanisme yang tepat untuk terjadinya alopesi androgenik ini belum jelas,tetapi diduga alopesia ini disebabkan stimulasi hormon androgen terhadap folikel rambut yang mempunyai predisposisi. Predisposisi ini dipengaruhi faktor genetik dan faktor peningkatan usia. ( prof. Dr. Marwali Harahap, 2000 hal : 165 ).




















3.    Patofisologi
Folikel rambut terpapar
Perubahan pola integritas kulit
Terjadi kebotakan
Gangguan konsep diri
Rambut rontok
Fase anagen memendek dan telogen memanjang
Pengecilan batang rambut
Transkripsi gen yang meregulasi pertumbuhan rambut tidak optimal
Mengalami polimorfisme region poliglutamin
Meningkatkan transkripsi gen gen yang meregulasi pertumbuhan rambut
Produksi gen reseptor androgen (RA)
Berikatan membentuk DHT - RA
Dihydro testosteron (DHT)
Hormone testosterone mengalami percepatan konvensi
Dibawah ini merupakan patofisiologi alopesia androgenik :














Fungsi (RA)
 















4.    Manifestasi klinis
Adapun gejala klinis alofesia androgenik menurut hamilton:
Tipe I    : rambut masih penuh
Tipe II : tampak pengurangan pada rambut pada kedua bagian temporal
Tipe III : Border line
Tipe IV : pengurangan rambut daerah frontotemporal
Tipe V : tipe IV yang menjadi lebih berat
Tipe VI : seluruh kelainan menjadi satu
Tipe VII   : alopesia luas di batasi pita rambut jarang
Tipe VIII : alopesia frontotemporal menjadi satu dengan bagian vertex
5.      Prognosis
Prognosis kebotakan (alopesia) tergantung penyebabnya. Namun, prognosis androgenetik alopesia tidak diketahui. Pada umumnya lebih mudah rambut rontok daripada rambut tumbuh.
6.      Diagnosis banding
a.      Alopesia Areata : Penyebabnya belum diketahui, namun sering dihubungkan dengan adanya infeksi fokal, kelainan endokrin dan stres emosional. Gejala klinis ditandai adanya bercak dengan kerontokan rambut pada kulit kepala, alis, janggut, dan bulu mata.(2,18)
b.      Trikotilomania : Alopesia neurosis, rambut ditarik berulang kali sehingga putus. Sering pada gadis yang mengalami depresi. Kulit kepala normal tanpa peradangan atau parut.(2)
c.      Tinea Kapitis : Kelainan pada kulit dan rambut kepala yang disebabkan oleh spesies dermatofita seperti T. rubrum, T. Mentagrophytes, M. gypseum. Gejala ini ditandai dengan lesi bersisik, kemerah-merahan, alopesia, dan kadang-kadang terjadi gambaran klinis yang lebih berat, yang disebut kerion.(3,16,18)
d.     Telogen Efluvium : adanya kerontokan rambut terlalu cepat dan terlalu banyak pada folikel rambut yang normal. Kelainan ini terjadi karena adanya rangsangan yang mempercepat fase anagen menjadi fase telogen. Keadaan ini terjadi pada pascapartum,pascanatal, stress, pascafebris akut.
7.      Komplikasi
Rambut rontok dapat menyebabkan gangguan kosmetik, mempengaruhi secara psikologis (kecemasan) dan jarang monosymptomatic hypochondriasis. Kulit kepala botak mudah terpapar sinar matahari (sinar ultraviolet), dan menimbulkan Multipel Actinic Keratosis.

8.      Penatalaksanaan
a.       Medis
1)      Preparat topikal minoksidil 2 % (Rogaine)
 (Olsen, 1994 dalam Smeltzer & Bare, 2001 hal : 1908).
2)      Preparat tropikal tretinoin
3)      Transplantasi Rambut
4)      Punch grafting
5)      Sclep reduction atau pengurangan kulit kepala
( prof. Dr. Marwali Harahap,200 hal 165 )
                                             
9.      Pemeriksaan penunjang
a.       Analisis laboratorium dehydroepiandrosterone (DHEA)-sulfate dan testosteron perlu dilakukan, hal tersebut dilakukan untuk mengetahui hubungan kelebihan hormon androgen dengan alopesia androgenik.
b.      Biopsi jarang dibutuhkan untuk membuat diagnosis. Jika satu spesimen biopsi diperoleh, itu umumnya dipotong melintang jika pola alopesia dicurigai.



BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN RAMBUT : ALOPESIA ANDROGENETIKA

A.    Pengkajian Keperawatan
Pengkajian keperawatan menurut Raharyani (1990), Anemnesis dilakukan untuk mengklasifikasikan suatu pemahaman sehingga perlu ada kesepakatan antara pemeriksa dan pasien. Wawancara harus efektif dan harus memahami perasaan pasien sehingga pasien lebih terbuka. Dibawah ini adalah wawancara pada pasien gangguan sistem integumen, sebagai data fokus.
1.      Biodata
2.      Keluhan utama
3.      Riwayat penyakit sekarang
a.       Kapan pasien pertama kali mengetahui masalah rambut ini?
b.      Apa ada gejala yang lain?
c.       Pada rambut bagian mana tempat pertama kali terkena?
d.      Apakah terdapat kerontokan?
e.       Apakah masalah tersebut menjadi bertambah parah pada waktu tertentu?
f.       Apakah pasien dapat menjelaskan bagaimana kelainan tersebut berawal?
g.      Obat-obatan apa yang anda gunakan?
4.      Riwayat penyakit dahulu
Apakah masalah penyakit rambut yang dideritanya pernah terjadi sebelumnya?
5.      Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada diantara anggota keluarga anda yang mengalami masalah rambut seperti ini?
6.      Riwayat psikososial
7.      Kebiasaan sehari-hari
8.      Pemeriksaan fisik
a.       Inspeksi
Pasien berada dalam ruangan dalam penerangan yang baik.
1)      Catat warna rambut klien
2)      Lesi yang abnormal
3)      Mobilitas kondisi rambut
4)      Gejala gatal-gatal
5)      Kerontokan rambut
b.      Palpasi
Dalam melakukan tindakan ini pemeriksa harus menggunakan sarung tangan. Tindakan ini dimaksudkan untuk memeriksa:
1)      Sibak rambut klien untuk melihat distribusi
2)      Tekstur rambut
3)      kerontokan

B.     Diagnosa keperawatan
1.      Gangguan konsep diri (body image) b.d perubahan penampilan fisik
2.      Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penyakit (alopesia androgenetik)
3.      Kurang pengetahuan terhadap penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan b.d kurang pemajanan, kesalahan interpretasi, kurang informasi

C. Rencana Keperawatan
NO
Diagnosa Keperawatan
Tujuan & Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional
1.
Gangguan konsep diri (body image) berhubungan dengan perubahan fisik.
Ds :
-       klien mengatakan malu dengan keadaan rambutnya
-       klien mengatakan tidak menerima dengan keadaannya
Do :
-        klien tampak minder.
-        klien kurang percaya diri
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 1x24 jam, diharapkan tidak terjadi gangguan body image. Dengan kriteria hasil:
-          Menyatakan penerimaan situasi diri.
-          Bicara dengan keluarga/orang terdekat tentang situasi, perubahan yang terjadi.
a.       Berikan kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang perubahan citra tubuh.
b.      Nilai rasa keprihatinan dan ketakutan klien.


c.       Bantu klien dalam mengembangkan kemampuan untuk menilai diri dan mengenali serta mengatasi masalah.
d.      Mendukung upaya klien untuk memperbaiki citra diri, mendorong sosialisasi dengan orang lain dan membantu klien ke arah penerimaan diri.
a.       Klien membutuhkan pengalaman didengarkan dan dipahami dalam proses peningkatan kepercayaan diri.

b.      Memberikan kesempatan kepada perawat untuk menetralkan kecemasan dan memulihkan realitas situasi.
c.       Kesan seseorang terhadap dirinya sangat berpengaruh dalam pengembalian kepercayaan diri.


d.      Pendekatan dan saran yang positif dapat membantu menguatkan usaha dan kepercayaan yang dilakukan.
2.
Kurang pengetahuan terhadap penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang pemajanan, kesalahan interpretasi, kurang informasi.
Ds :- klien mengatakn tidak mengetahui kenapa rambut rontok hingga menyebabkan kebotakan
-Klien mengatakan tidak tau harus berbuat apa
Do : -klien bingung saat ditanya perawat

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x 24 jam di harapkan pasien dapat mengerti tentang penyakit dan pengobatan yang berhubungan dengan penyakitnya.
Dengan kriteria hasil :
Ø  pasien mengerti dan paham tentang kondisi, prognosis, dan pengobatan.
Ø  pasien dapat mengerti tentang tindakan pengobatan dan terapi
Ø  melakukan perubahan pola hidup tertentu dan berpartisipasi dalam program pengobatan.
a.       Kaji ulang prognosis dan harapan yang akan datang.


b.      diskusikan bagaimana perawatan pada rambutnya yang mengalami kerontokan

c.       penkes tentang alopesia
a.       Memberikan dasar pengetahuan dimana pasien dapat membuat pilihan berdasarkan informasi.

b.      Agar klien dapat merawat rambutnya



c.       Agar klien mengetahui tentang alopesia, penyebab, tanda dan gejala dan pengobatannya
Ø 
3.
Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penyakit (alopesia androgenetik).
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan tidak tejadi kerusakan pada integritas kulit kepala klien dengan criteria hasil :
Ds :
-          Klien mengatakan tidak merasa panas di kepalanya.
-          Klien mengatakan tidak terasa gatal di kepalanya.
Do :
-          Klien tampak nyaman.
-          Tidak terjadi iritasi pada kulit kepala klien.
a.       Kaji keadaan kulit kepala


b.      Anjurkan klien menggunakan pelindung kepala ( topi / rambut palsu ).

c.       Berikan penkes tentang bahaya sinar UV

d.      Kolaborasi dengan dokter kulit.
a.    Untuk mengetahui keadaan kulit kepala klien

b.    Untuk memberikan perlindungan pada kepala klien agar tidak terpapar sinar matahari secara lansung.

c.    Agar klien mengetahui bahaya sinar UV.

d.   Untuk mencegah/mengetahui apakah kulit kepala klien terjadi gangguan atau tidak.