Askep Klien Masalah Krisis


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Dalam kehidupan, manusia harus mengatasi masalah terus menerus untuk menjaga keseimbangan atau balance antara stress dan mekanisme koping. Jika hal ini tidak bisa seimbang maka akan bisa terjadi kondisi KRISIS. Krisis merupakan bagian dari kehidupan yang dapat terjadi dalam bentuk yang berbeda – beda, dengan penyebab yang berbeda, dan bisa eksternal atau internal.
Dalam ilmu keperawatan jiwa masalah krisis yang dimaksud yaitu suatu kejadian atau peristiwa yang terjadi secara tiba – tiba dalam kehidupan seseorang yang mengganggu keseimbangan selama mekanisme koping individu tersebut tidak dapat memecahkan masalah. Mekanisme koping yang biasa digunakan individu sudah tidak efektif lagi untuk mengatasi ancaman dan individu tersebut mengalami suatu keadaan tidak seimbang disertai peningkatan ansietas. Ancaman atau peristiwa pemicu, biasanya dapat di identifikasikan.
Krisis mempunya keterbatasan waktu dan konflik berat yang ditunjukkan menyebabkan peningkatan ansietas. Konflik berat yang ditunjukkan dapat merupakan perode peningkatan kerentanan yang dapat menstimulasi pertumbuhan personal. Konsep krisis di asosisasikan dengan respon potensi yang adaptif, dan basanya tidak berkaitan dengan sakit, disisi lain konsep stress sering di hubungkan dengan konotasi negatif atau resko tinggi untuk sakit.
Dalam hal ini intervensi krisis merupakan pendekatan yang relatif baru dalam mencegah gangguan jiwa dengan fokus pada penemuan kasus secara dini dan mencegah dampak lebih jauh dari stress, hal ini dilaksanakan dengan kerja sama dan interdisiplin dalam mencegah dan meningkatkan kesehatan mental.



B.     Tujuan Penulisan
1.      TujuanUmum
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Keperawatan Jiwa pada semester IV, dan di harapkan bagi mahasiswa agar mampu memahami tentang gangguan psikososial yaitu masalah krisis dan dapat membuat asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah krisis.
2.      Tujuan Khusus
a.       Mahasiswa mampu menjelaskan tentang konsep dasar asuhan keperawatan pada masalah krisis
b.      Mahasiswa mampu menjelaskan proses gangguan psikososial masalah krisis
c.       Mahasiswa mampu menjelaskan pengkajian, analisa data, diagnosa keperawatan, intervensi dan evaluasi dari asuhan keperawatan masalah krisis

C.    Metode Penulisan
Dalam pembuatan makalah ini penulis menggunakan metode  deskriptif  yaitu dengan mengumpulkan data-data yang diambil dari sumber buku perpustakaan dan internet, kemudian diskusi kelompok.

D.    Sistematika Penulisan
Makalah ini disusun berdasarkan sistematika penulisan dalam 3 BAB yaitu :
BAB I : Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II : Tinjauan teori yang terdiri dari konsep dasar teori dan konsep asuhan keperawatan pada klien masalah krisis.
BAB III          : Penutup yang terdiridarikesimpulandan saran.
DAFTAR PUSTAKA



BAB II
TINJAUAN TEORITIS


A.    Konsep Dasar Teori Asuhan Keperawatan Masalah Krisis

1.      Pengertian
Menurut Iyus Yosep dalam buku keperawatan jiwa, krisis adalah gangguan internal yang di akibatkan oleh  peristiwa yang menegangkan atau ancaman yang dirasakan pada diri individu.(  Iyus Yosep, 2007, hal.263 )
Krisis didefinisikan juga sebagai konflik atau masalah atau gangguan internal yang merupakan hasil dari keadaan stress karena adanya ancaman terhadap dirinya. Pengertian lain tentang krisis yaitu suatu kondisi individu tak mampu mengatasi masalah dengan cara penanganan (koping) yang biasa dipakai. Krisis juga dapat diartikan sebagai ketidakseimbangan psikologis yang merupakan hasil dari peristiwa menegangkan atau mengancam integritas diri.( Asuhan Keperawatan Jiwa, 2009, hal.113 )
Krisis adalah reaksi berlebihan terhadap situasi yang mengancam saat kemampuan menyelesaikan masalah yang dimiliki klien dan respon kopingnya tidak adekuat untuk mempertahankan keseimbangan psikologis.( Keperawatan Kesehatan Jiwa & Psikiatrik, 2004, hal.279)
Berdasarkan pengertian – pengetian di atas, dapat disimpulkan bahwa krisis tersebut merupakan suatu gangguan internal yang mempengaruhi keseimbangan psikologis seseorang karena adanya peristiwa yang menegangkan atau mengancam terhadap individu tersebut.

2.      Periode Terjadinya Krisis

Pra Krisis                           Krisis                           Post Krisis
a.       Pra Krisis         :
Individu dapat berfungsi dengan baik dalam memenuhi kebutuhan. Individu memiliki keseimbangan sosial

b.      Krisis               :
Individu mengalami ancaman atau bahaya disorganisasi dan ketidakseimbangan. Individu mencoba menangani krisis dengan berbagai cara yang dimiliki atau dengan bantuan orang lain. Individu memiliki pengalaman subyektif berupa kekecewaan, gagal melakukan mekanisme koping yang biasa dan mengalami berbagai gejala (tabel 2-1)

c.       Post Krisis       :
Resolusi krisis atau penyelesaian krisis dapat menghasilkan :
1)      Sama dengan sebelum krisis                     hasil pemecahan masalah efektif
2)      Lebih dari pada sebelum krisis                  Individu menemukan sumber dan cara
penanganan yang baru
3)      Lebih rendah dari sebelum krisis              ke maladaptif ( terjadi depresi, Curiga )


Gejala Fisik
·         Keluhan somatik ( mis. Sakit kepala, gejala gastrointestinal, rasa sakit )
·         Ganguan nafsu makan ( mis. Peningkatan atau penurunan berat badan yang signifikan )
·         Gangguan tidur ( mis. Insomnia, mimpi buruk )
·         Gelisah, sering menangis, iritabilitas
Gejala kognitif
·         Konfusi, sulit berkonsentrasi
·         Pikiran yang kejar mengejar
·         Ketidakmampuan mengambil keputusan
Gejala Prilaku
·         Disorganisasi
·         Impulsive, ledakan kemarahan
·         Sulit menjalankan tanggung jawab peran yang biasa
·         Menarik diri dari interaksi social
Gejala Emosional
·         Ansietas, marah, merasa bersalah
·         Sedih, depresi
·         Paranoid, curiga
·         Putus asa, tidak berdaya

Tabel 2-1.Gejala Umum Individu yang Mengalami Krisis

3.      Tipe Krisis
Krisis sebagai aspek  integral dari pertumbuhan dan perkembangan manusia, dalam rentang hidup seseorang mungkin pernah dan akan mengalami krisis, kemampuan individu atau seseorang dalam menghadapi krisis di gambarkan sebagai jalan keluar dalam berprilaku adaptif. Beberapa tipe krisis yang dapat dihadapi individu atau seseorang :
a.       Krisis Perkembangan ( Maturasi )
Terjadi sebagai respons terhadap transisi dari satu tahap maturasi ke tahap lain dalam siklus kehidupan. Misalnya, beranjak dari remaja ke dewasa.Menurut Psychoanalitical Theory, hal terpenting dalam krisis adalah pengalaman respons adaptif dan mal adaptif masa usia dini anak sepanjang perjalanan hidupnya. Dampak dari masa anak tersebut akan berpengaruh pada masa dewasanya khususnya kematangan dalam pola koping yang digunakan. Konflik masa lalu anak yang tidak selesai atau belum terpecahkan akan mewarnai cara dia menghadapi krisis setelah dewasanya.
        Sigmun Freud membagi perkembangan kepribadian menjadi 5 fase yaitu  fase oral, fase anal, fase laten dan fase pubertas. Sedangkan Erik Erikson membagi  menjadi 8 fase yaitu masa bayi, masa kanak-kanak, masa pra sekolah, masa remaja, masa dewasa muda, masa dewasa pertengahan dan masa dewasa lanjut.Erikson Theory lebih menekankan pada tugas – tugas perkembangan yang harus dicapai pada setiap tahap kembangnya, misalnya basic trust, autonomy, initiative, industry, identity, intimacy, generativity, integrity, tiap tahap itu bias gagal dicapai dan dipenuhi maka akan terjadi kebalikannya seperti mistrust, shame, guilt, dan sebagainya.
        Dalam teori yang mereka kemukakan menekankan bahwa perkembangan tersebut merupakan satu rentang yang setiap tahap mempunyai tugas dan masalah yang harus diselesaikan untuk menuju kematangan pribadi individu. Keberhasilan seseorang menyelesaikan masalah pada fase-fase tersebut akan mempengaruhi individu mengatasi stress yang terjadi dalam hidupnya. Krisis maturasi terjadi dalam satu periode transisi yang dapat mengganggu keseimbangan psikologis seperti pada masa pubertas, masa perkawinan, menjadi orang tua, menaupause, lanjut usia. Krisis maturasi membutuhkan perubahan peran yang memadai, sumber-sumber interpersonal dan penerimaan orang lain terhadap peran baru.

b.      Krisis Situasi ( Situasional )
        Terjadi sebagai respon terhadap kejadian yang tiba – tiba dan tidak terduga dalam kehidupan seseorang.Krisis situasi terjadi apabila keseimbangan psikologis terganggu akibat suatu kejadian yang spesifik seperti kehilangan, kehamilan yang tidak diinginkan, atau penyakit akut, kehilangan orang yang dicintai, bahkan kegagalan.
        Krisis situasi terjadi jika peristiwa eksternal tertentu menimbulkan ketidakseimbangan yang berupa :
1)      Dapat diduga
           Dimana Peristiwa kehidupan sehari – hari seperti bekerja, sekolah, kuliah, maupun kegagalan di kehidupan sehari – hari.Kemudian peristiwa dalam hubungan keluarga seperti adanya anggota keluarga baru, perpisahan atau perceraian.




2)      Tidak dapat diduga
           Merupakan sebuah peristiwa yang sangat traumatik dan tidak pernah diduga atau pun diharapkan oleh seorang individu.Contohnya  kematian orang yang dicintai akibat sebuah kecelakaan, PHK, diperkosa, dipenjara.

c.       Krisis sosial ( Adventisius )
        Terjadi sebagai respon terhadap trauma berat atau bencana alam.Disebabkan oleh suatu kejadian yang tidak diharapkan serta dapat menyebabkan kehilangan ganda yang berupa harta benda dan sejumlah perubahan dilingkungannya seperti bencana alam gunung meletus, kebakaran, banjir, perang.Krisis ini tidak dialami oleh semua orang seperti halnya krisis maturasi.Tapi krisis ini dapat mempengaruhi individu, masyarakat, bahkan Negara.

Perkembangan
( Maturasi )
Situasional
Adventisius
ü  Mulai sekolah
ü  Pubertas
ü  Lulus sekolah
ü  Menikah
ü  Melahirkan anak
ü  Anak – anak meninggalkan rumah
ü  pensiun
ü  Bercerai
ü  Kematian
ü  Kehilangan pekerjaan
ü  Kegagalan akademik
ü  Diagnose penyakit serius
ü  Banjir
ü  Gempa bumi
ü  Perang
ü  Kejahatan dengan kekerasan
ü  Perkosaan
ü  Pembunuhan
ü  Penculikan
ü  Tindakan teroris

Tabel 2-2.Jenis Krisis




Menurut CAPLAN (1961) aspek penting kesehatan jiwa :
a.         Kemampuan seseorang untuk menahan stress, ansietas serta mempertahankan keseimbangan.
b.          Kemampuan mengenal kenyataan yang dihadapi serta memecahkan masalah.
c.         Kemampuan mengatasi problem serta mempertahankan keseimbangan psikososial.

Pengaruh balancing factor
Individu
stress-----Eguilibrium ----- stress
eguilibrium terganggu
usaha individu untuk mengembangkan keseimbangan

            POSITIF                                                                                 NEGATIF
Ada faktor yang mengimbangi                                                           tak ada faktor yang mengimbang
Realitas terhadap kejadian                                                      tidak realitas terhadap kejadian
Dorongan situasi kuat                                                             dorongan situasi tidak kuat

Mekanisme pertahanan kuat                                                   mekanisme pertahanan tidak kuat
Problema terpecahkan                                                                         equilibrium tak seimbang
Equilibrium seimbang                                                                         KRISIS
TIDAK ADA KRISIS

4.       Psikodinamika kejadian krisis
Fase 1 : memakai coping yang biasa, jika tidak efektif timbul ketegangan
Fase 2 : respon problem solving yang bisa, jika tidak efektif ketegangan meningkat
Fase 3 : emergency problem solving diaktifkan

5.      Faktor Keseimbangan ( Balancing Factor )
            Manusia adalah makhlukyang unik dan utuh yang terdiri dari bio-psikososial-spiritual. Dalam keadaan sehat ( terhindar dari stress dan ketegangan ) individu berada dalam keadaan seimbang. Beberapa hal yang bias mempengaruhi keseimbangan individu tersebuat yaitu :
a.       Persepsi terhdap peristiwa/kejadian
1)      Apa arti kejadian pada individu
2)      Pengaruh kejadian pada masa depan
3)      Apakah individu memandang masalah secara realitas
Persepsi yang realistis mendorong individu untuk menerima kenyataan sehingga dalam menghadapi masalah dapat menemukan pemecahan masalah positif.Sebaliknya persepsi yang tidak realistis membuat individu sulit untuk menerima kenyataan sehingga dalam menghadapi masalah dapat menemukan pemecahan masalah negatif.

b.      Situasi pendukung atau yang mendorong
Sebuah kondisi atau situasi yang ada dilingkungan internal maupun eksternal individu bisa mempengaruhi keseimbangan psikologinya. Contohnya hubungan intim yang bermakna dengan lingkungan akan memberi dukungan dan sumber pada individu tersebut.

c.       Koping
Individu mempunyai koping yang siap dipakai setiap saat dalam mengatasi masalah. Jika individu tidak tahu apa yang akan dilakukan dapat menimbulkan kecemasan meningkat, dalam keadaan cemas yang meningkat, penyelesaian masalah menjadi tidak rasional sehingga menimbulkan krisis.

Selanjutnya caplan menjelaskan tentang 3 kriteria agar seseorang mampu kembali pada keadaan adaptif dari krisis :
1.      Kemampuan untuk mengelola emosi seperti marah, kecemasan, frustasi
2.      Kemampuan menggunakan koping yang adaptif
3.      Kemampuan untuk memelihara reality testing dan tidak regresi saat berhadapan dengan krisis.

B.     Teori Askep pada klien dengan Masalah Krisis

1.      Pengkajian
              Selama pengkajian perawat harus mengumpulkan data tentang sifat krisis dan pengaruhnya.Mengingat batas waktu krisis dan penyelesaiannya sangat singkat yaitu paling lama enam minggu, maka pengkajian harus dilaksanakan secara spesifik dan berorientasi pada masalah yang actual. Aspek – aspek yang perlu dikaji :
a.       Faktor predisposisi
-          Keberhasilan seseorang dalam menyelesaikan masalah pada fase – fase tumbuh kembangakan mempengaruhi kemampuan individu mengatasi stress yang terjadi dalam hidupnya. Setiap fase, individu menglami krisis yang lazim disebut krisis maturisi
-          Pembagian fase tumbuh kembang menurut Sigmund freud dari fase oral, anal, falik, laten dan pubertas
-          Krisis maturasi terjadi  dalam satu periode transisi yang dapat menganggu keseimbangan psikologis seperti pada masa pubertas, masa perkawinan, menjadi orang tua, menopause, lanjut usia
-          Krisis maturisi memerlukan perubahan peran yang dipengaruhi oleh contoh peran yang memadai, sumber-sumber interpersonal dan tingkat penerimaan orang lain terhadap peran baru

b.      Faktor Presipitasi
1)      Mengindentifikasi factor pencetus, termasuk kebutuhan yang terancam, misalnya :
-          Kehilangan orang yang dicintai, baik kematian maupun perpisahan yang lazim disebut krisis situasi
-          Kehilangan biopsikososial, seperti kehilangan salah satu anggota tubuh karena operasi, sakit, kehilangan pekerjaan, kehilangan peran social, kehilangan kemampuan melihat dan sebagainya.
-          Kehilangan milik pribadi misalnya kehilagan harta benda, kehilangan kewarganegaraan, rumah kena gusur, dan sebagainya.
-          Ancaman kehilangan misalnya anggota keluarga yang sakit, perselisihan yang hebat dengan pasangan hidup

2)      Mengidentifikasi persepsi klien terhadap kejadian.
Persepsi terhadap kejadian yang menimbulkan krisis,termasuk pokok pikiran dan ingatan yang berkaitan dengan kejadian tersebut.
-          Apa arti / makna kejadian terhadap individu
-          Pengaruh kejadian terhadap masa depan
-          Apakah individu memandang kejadian tersebut secara realistic

3)      Mengidentifikasi sifat dan kekuatan system pendukung
Meliputi keluarga, sahabat dan orang – orang penting bagi klien yang mungkin dapat membantu :
-          Dengan siapa klien tinggal, tinggal sendiri, dengan keluarga, dengan teman
-          Pakah punya teman tempat mengeluh
-          Apakah bisa menceritakan masalah yang dihadapi bersama keluarga
-          Apakah ada orang atau lembaga yang memberikan bantuan
-          Apakah mempunyai keterampilan untuk mengganti fungsi orang yang hilang


4)      Mengidentifikasi kekuatan dan mekanisme koping ynag lalu termasuk strategi koping ynag berhasil dan tidak berhasil
-          Apakah yang bisa dilakukan dalam mengatasi masalah yang dihadapi
-          Cara apa yang pernah berhasil dan tidak berhasil, serta apa saja yang dapat menyebabkan kegagalan tersebut
-          Apa saja yang sudah dilakukan untuk mengatasi masalah sekarang
-          Apakah suka mengikuti latihan olahraga utnuk mengatasi ketegangan
-          Apakah mencetuskan perasaanya dengan menangis.

c.       Perilaku
           Berapa gejala yang sering ditunjukkan olehindividu dalam keadaan krisis :
1)      Perasaan tidak berdaya, kebingungan, depresi, menarik diri. Keinginan merusak diri sendiri atau orang lain
2)      Perasaan di asingkan oleh lingkungan
3)      Kadang – kadang menunjukkan gejala somatic

2.      Diagnosa keperawatan
a.       Koping individu inefektif b.d krisis situasi : kehilangan orang berarti
b.      Perubahan proses keluarga b.d krisis situasi : perpindahan
c.       Koping individu inefektif b.d krisis situasi : perpisahan
d.      Koping individu inefektif b.d krisis situasi : diagnose terminal
e.       Perubahan proses keluarga b.d krisis maturasi : pernikahan

3.      Rencana Tindakan Keperawatan
a.       Tujuan Umum
1)      Klien dapat berfungsi kembali seperti sebelum terjadi krisis
2)      Klien dapat meningkatkan perannya
3)      Klien menampakkan perilaku yang adekuat ( dampak krisis tidak terlihat )
4)      Klien mampu meningkatkan system pendukung dalam menghadapi krisis di kemudian hari

b.      Tindakan keperawatan
1)      Manipulasi Lingkungan
Intervensai yang secara langsung untuk merubah situasi yang bertujuan memberikan dukungan situasional atau kehilangan stress
2)      Dukungan umum
Memberikan rasa aman dan naman bahwa perawat dengan sikap hangat, menerima, empati penuh perhatin berada di pihak klien untuk memberikan dukungan
3)      Pendekatan umum
Intervensi diberikan untuk individu atau masyarakat dengan resiko tinggi sesegera mungkin, seperti krisis pada korban bencana. Membantu mereka menghadapi proses berduka
4)      Pendekatan individual
Pendekatan ini termasuk menegakkan diagnose dan terapi terhadap masalah spesifik pada klien tertentu. Pendekatan individual ini efektif untuk semua jenis krisis ketika terdapat peristiwa mencederai diri sendiri dan orang lain. Teknis intervensi krisis bersifat aktif, local, dan ekspolarif yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah sesegara mungkin.

4.      Evaluasi
Beberapa hal yang perlu di evaluasi antara lain :
a.       Klien dapat menjalankan fungsinya kembali seperti sebelum krisis
b.      Perilaku maladaptif atau gejala yang ditunjukkan oleh klien berkurang
c.       Klien dapat menggunakan mekanisme koping yang adaptif
d.      Klien mempunyai sistem pendukung untuk membantu koping terhadap krisis yang akan datang.



BAB III
KASUS

Tn. T berusia 45 tahun, bekerja sebagai seorang manager disebuah bank swasta. Tn. T mempunyai seorang istri dan tiga anak yang semuanya masih membutuhkan biaya untuk sekolah. Istri Tn. T bekerja sebagai sekretaris disalah satu perusahaan asing.
Tn. T dikenal bagus sebagai sosok manager yang mempunyai kinerja atau prestasi kerja yang bagus dan loyalitas yang tinggi. Jika menghadapi masalah Tn.T selalu mampu menyelesaikan permasalahan dengan bijaksana, namun karena kesibukannya komunikasi antar anggota keluarga kurang baik. Anak-anaknya merasa kurang mendapatkan perhatian dari kedua orangtuanya, sehingga mereka mencari kesibukan diluar rumah, sehingga pada akhirnya mereka terlibat pergaulan bebas dan narkoba.
Akhir-akhir ini banyak permasalahan yang menimpa keluarga tersebut, istri Tn. T terlibat hubungan terlarang dengan bosnya, sementara anaknya yang terakhir laki-laki terlibat narkoba dan tertangkap polisi, sedangkan anak pertamanya perempuan sedang hamil diluar nikah, namun anak yang kedua memiliki prestasi yang baik disekolahnya dan dia menaruh perhatian yang lebih kepada keluarganya, sehingga Tn. T sering bertukar pikiran dengan anak yang kedua atau dengan teman dekatnya dikantor. Disamping itu selain permasalahan dikeluarga kini muncul permasalahan ditempat Tn. T bekerja, bank tersebut dilikuidasi karena kredit macet dn krisis moneter yang berkepanjangan.
Sejak muncul permasalahan yang banyak dikeluarga dan ditempat kerja Tn. T terlihat murung sering melamun, menyendiri dan tak nafsu makan serta minum. Melihat kondisi ayahnya yang seperti itu, anak yang kedua membawa kepoliklinik rumah sakit.




I.            PENGKAJIAN
1.      Faktor predisposisi
a.       Istri yang berselingkuh.
b.      Anak-anak yang terlibat narkoba dan pergaulan bebas.
2.      Fakto presipitasi
a.       Faktor pencetus
1)      Bank tempat Tn. T bekerja dilikuidasi.
2)      Tn. T statusnya menjadi pengangguran.
b.      Persepsi klien terhadap kejadian.
1)      Tn. T merasa tidak berdaya dan gagal sebagai seorang manajer dan kepala keluarga.
c.       Sifat dan kekuatan sistem pendukung
1)      Tn. T sering bertukar pikiran dengan anak yang kedua.
d.      Kekuatan dan mekanisme koping yang lalu
1)      Jika ada masalah mampu menyelesaikan masalah dan sering bertukar pikiran dengan anak kedua dan sahabat dekatnya.
3.      Perilaku
a.       Terlihat murung
b.      Sering melamun
c.       Menyendiri
d.      Tidak nafsu makan dan minum

II.         MASALAH KEPERAWATAN
a.       Gangguan penyesuaian
b.      Ansietas
c.       Koping keluarga inefektif
d.      Koping individu inefektif
e.       Perubahan proses keluarga
f.       Perubahan proses keluarga
g.      Perubahan pemeliharaan kesehatan
h.      Gangguan harga diri : harga diri rendah
i.        Isolasi sosial

III.      Diagnosa keperawatan
a.       Koping individu inefektif berhubungan dengan krisis situasi : kehilangan orang berarti dan pekerjaan.
b.      Perubahan proses keluarga berhubungan dengan krisis situasi : peran dan fungsi kepala keluarga.
c.       Kerusakan interaksi sosial berhubungan dengan ansietas berat.
d.      Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan ansietas.

IV.      PERENCANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
1.      Tujuan Umum
a.       Klien dapat berfungsi kembali dengan mencari pekerjaan lain.
b.      Klien dapat meningkatkan perannya sebagai kepala keluarga.
c.       Klien menampakkan prilaku yang adekuat mulai berkomunikasi dengan anggota keluarga.
d.      Klien mampu meningkatkan sistem pendukung dengan adanya komunikasi yang baik antar anggota keluarga.
2.      Intervensi
a.       Manipulasi lingkungan
Menjelaskan kepada keluarga tentang pentingnya lingkungan yang terapeutik bagi klien, anjurkan keluarga klien untuk memberikan perhatian kepada klien, misalnya : rekreasi keluarga dan makan bersama.
b.      Dukungan umum
Perawat bersikap hangat, empati dan penuh perhatian dalam memberikan dukungan.
c.       Pendekatan umum
Menganjurkan kepada anaknya untuk menghubungi teman dekat/keluarga dekat untuk mengunjungi klien den memberi semangat untuk bangkit kembali.
d.      Pendekatan individual
Mengembangkan kepercayaan diri klirn dengan menggali aspek-aspek positif yang ada pada diri klien dengan mengeksplorasi keberhasilan-keberhasilan masa lalu.
V.         EVALUASI
Beberapa hal yang perlu dievaluasi antara lain :
a.       Klien dapat menjalankan fungsinya kembali dengan mencari pekerjaan lain sesuai bakat dan kemampuannya.
b.      Klien mulai berkomunikasi dengan anggota keluarga.
c.       Klien mampu  mengungkapkan dan mengatasi permasalahannya.
d.      Klien mempunyai sistem pendukung yang kuat : keharmonisan keluarga.
e.       Klien dapat belajar dari pengalaman untuk membantu koping terhadap krisis yang akan datang.





















BAB IV
PENUTUP

A.        Kesimpulan
Berdasarkan data-data yang diperoleh, akhirnya dapat disimpulkan bahwa krisis merupakan suatu keadaan gangguan jiwa yang bisa terjadi pada orang-orang yang menghadapi suatu keadaan yang berubah dari keadaan, peristiwa atau kejadiaan yang terjadi secara tiba – tiba di dalam kehidupan seseorang . Hal tersebut dapat mengganggu keseimbangan mekanisme koping individu tersebut yang tidak dapat menyelesaikan masalahnyaDi dalam menangani pasien dengan respon kehilangan, diperlukan prinsip-prinsip keperawatan yang sesuai, misalnya pada anak atau pada orang tua dengan respon kehilangan (kematiananak).
Dalam proses asuhan keperawtan terutama pada pengkajiannya yaitu kami memfokuskan pada pengkajian terfokus yang menyebabkan klien tersebut dalam masalah krisis yang meliputi beberapa factor  yaitu factor predisposisi, presipitasi, dan prilaku.

B.        Saran
Setelah kami membuat kesimpulan tentang asuhan keperawatan pada klien dengan masalah krisis, maka kami menganggap perlu adanya saran untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu asuhan keperawatan.
Adapun saran-saran yang dapat disampaikan sebagai berikut:
1.       Dalam pengkajian kita tantukan terlebih dahulu mana yang termasuk factor predisposisi, presipitasi, dan prilaku.
2.          Intervensi krisis merupakan pendekatan yang relative baru dalam mencegah gangguan jiwa pada kasus secara dini.





DAFTAR PUSTAKA

Budi, Anna Keliat. 2009. Model PraktikKeperawatanProfesionalJiwa. Jakarta : EGC

Iyus, Yosep. 2007. KeperawatanJiwa. RefikaAditama : Bandung

NANDA.2011. Diagnosis Keperawatan : Defenisi dan Klasifikasi. Jakarta : EGC