Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah


BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A.    Konsep Harga Diri Rendah Kronis
1.      Pengertian
Harga diri rendah kronik adalah evaluasi/perasaan negatif tentang diri sendiri atau kecakapan diri sendiri yang berlangsung lama(NANDA.2011 hal. 227)
Low self-esteem is a major problem  for many people and can be expressed in moderate and severe levels of anxiety. It invloves negatif self-evaluations and is associated with feelings of being weak, helpless, hopeless, frightened, vulnerable, fragile, incomplete, worthless, and inadequate. Low  self-esteem indicates self-rejection and self-hate, which may be a conscious process expressed in direct or indirect way(stuart laraia.2005 hal. 308)
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti, dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri atau kemampuan diri. Adanya perasaan hilang kepercayaan diri, merasa gagal karena tidak mampu mencapai keinginan sesuai ideal diri ( keliat, 1998 dalam yosep.2010 hal 255).
Menurut patricia D. Barry dalam mental health and mental illness ( 2003 dalam yosep.2010 hal 256) harga diri rendah adalah perasaan seseorang bahwa dirinya tidak diterima lingkungan dan gambaran – gambaran negatiff tentang dirinya. Barry mengemukakan, self esteem is a feelings of self acceptance and positive self image.

2.      Proses terjadinya harga diri rendah
Hasil riset Mahli menyimpulkan bahwa harga diri rendah diakibatkan oleh rendahnya cita – cita seseorang. Hal ini mengakibatkan berkurangnya tantangan dalam mencapai tujuan. Tantangan yang rendah menyebabkan upaya yang rendah. Selanjutnya hal ini meyebabkan penampilan seseorang tidak optimal. Dalam tinjauan life span history klien penyebab terjadinya harga diri rendah adalah pada masa kecil sering disalahkan, jarang diberi pujian atas keberhaslan. Saat remaja keberadaannya kurang dihargai, tidak diberi kesempatan dan diterima. Menjelang dewasa awal sering gagal di sekolah, perkerjaan, atau pergaulan. Lingkungan cenderung mengucilkan dan menuntut lebih dari kemampuannya.(yosep.2010. hal 256)
 









Gambar 2.1 proses terjadinya harga diri rendah menurut ranjit singh mahli (2008 dalam yosep.2010 hal.256)
3.      Faktor presdisposisi
Berbagai faktor menunjang terjadinya perubahan dalam konsep diri seseorang adalah sebagai berikut(stuart.2006 hal. 188-189):
a.       Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak realistis, kegagalan yang berulang, kurang tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain, dan ideal diri yang tidak realistis.
b.      Faktor yang mempengaruhi performa peran adalah stereotif peran gender, tuntutan peran kerja, dan harapan peran budaya .
c.       Faktor yang memengaruhi identitas pribadi meliputi kepercayaan orang tua, tekanan dari kolompok sebaya, dan perubahan struktur sosial
4.      Faktor pencetus
(stuart.2006 hal. 190)
a.       Trauma seperti pengeniayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan peristiwa yang mengancam kehidupan
b.      Ketegangan peran berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan dan individu mengalami sebagai frustasi. Ada tiga jenis transisi peran :
1)      Transisi peran perkembangan adalah perubahan normatif yang berkaitan dengan pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap perkembangan dalam kehidupan individu atau keluarga dan norma – norma budaya, nilai – nilai, serta tekanan untuk menyesuaikan diri.
2)      Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah atau berkurangnya anggota keluarga melalui kelahiran atau kematian
3)      Transisi peran sehat-sakit terjadi akibat pergeseran dari keadaan sehat ke keadaan sakit. Transisi ini dapat dicetuskan oleh :
Kehilangan bagian tubuh
Perubahan ukuran, bentuk, penampilan, atau fungsi tubuh
Perubahan fisik yang berhubungan dengan tumbuh kembang normal
Prosedur medis dan keperawatan
Faktor presifitasi biasanya adalah kehilangan bagian tubuh, perubahan penampilan/bentuk tubuh, kegagalan atau produktifitas yang menurun. Secara umum, gangguan konsep harga diri rendah dapat terjadi secara situasional atau kronik. Secara situasional misalnya karena trauma yang muncul secara tiba-tiba misalnya harus dioperasi, kecelakaan, perkosaan atau dipenjara termasuk dirumah sakit bisa menyebabkan harga diri rendah disebabkan karena penyakit fisik atau pemasangan alat bantu yang membuat tidak nyaman. Penyebab lainnya adalah harapan fungsi tubuh yang tidak tercapaiserta perlakuan petugas kesehatan yang kurang menghargai klien dan keluarga. Harga diri rendah kronik, biasannya dirasakan klien sebelum sakit atau sebelum dirawat klin sudah memiliki pemikiran negatif dan meningkat saat dirawat. Baik faktor predisposisi maupun presifitasi diatas bila mempengaruhi seseorang dalam berfikir bersikap maupun bertindak maka dianggap akan mempengaruhi terhadap koping individu tersebut sehingga menjadi tidak efektif (mekanisme koping individu tidak efektif). Bila kondisi pada klien tidak dilakukan intervensi lanjut dapat menyebabkan klien tidak mau bergaul dengan orang lain (isolasi sosial: menarik diri), yang menyebakan klien asik dengan dunia dan pikirannya sendiri sehingga dapat memunculkan resiko prilaku kekerasan(yosep.2010 hal. 256-257).
Menurut peplau dan sulivan, harga diri berkaitan dengan pengalaman interpersonal, dalam tahap perkembangan dari lahir sampai good me, bad me, not me, anak sering dipersalahkan, ditekan sehingga perasaan amanya tidak terpenuhi dan merasa ditolak oleh lingkungan dan apabila kopoing yang digunakan tidak efektif akan menimbulkan harga diri rendah.(yosep.2010 hal. 257).
Menurut caplan, lingkungan sosial akan mempengaruhi individu, pengalaman seseorang dan adanya perubahan sosial seperi perasaan dikucilkan, ditolak oleh lingkungan sosial, tidak dihargai kan menyebabkan stres dan menimbulkan penyimpangan perilaku akibat harga diri rendah(yosep.2010 hal. 257).
5.      Rentang respon
Individu dengan kepribadian yang sehat akan mengalami hal – hal seperti berikut ini(stuart.2006 hal. 187) :
a.       Citra tubuh yang positif dan sesuai
b.      Ideal diri  yang realistis
c.       Konsep diri yang positif
d.      Harga diri yang tinggi
e.       Performa peran yang memuaskan
f.       Rasa indentitas yang jelas
Respon konsep diri sepanjang rentang sehat-sakit berkisar dari status aktualisasi diri yang palimg adaptif sampai status kerancuan indentitas serta depersonalisasi yang lebih maladaftif. (stuart.2006 hal. 187)
Aktualisasi diri adalah pernyataan tentang konsep diri dengan yang positif dengan latar belakangpengalaman sukses.(stuart.2006 hal. 187)
Konsep diri positif klien mempunyai pengalaman yang positif dalam perwujudan dirinya, dapat mengidentifikasi kemampuan dan kelemahan secara jujur dalam menilai asuatu masalah sesuai dengan norma – norma sosial dan kebudayaan suatu tempat jika menyimpang ini merupakan respon adaptif.(stuart.2006 hal. 187)
Harga diri rendahtransisi antara adaptif dan mal adaptif, sehingga individu cenderung berfikir ke arah negatif.(stuart.2006 hal. 187)
Kerancuan indentitas merupakan suatu kegagalan individu untuk menintegrasikan berbagai indentifikasi masa kanak – kanak kedalam kepribadian psikososial dewasa yang harmonis.(stuart.2006 hal. 187)
Depersonalisasi ialah suatu perasaan tidak realistis dan merasa asing diri sendiri. Hal ini berhubungan dengan tingkat ansietas panik dan kegagalan dalam uji realistis. Individu megalami kesulitan membedakan diri sendiri dari orang lain dan tubuhnya sendiri terasa tidak nyata dan asing baginya.(stuart.2006 hal. 187)

Gambar 2.2 rentang respon ( sumber : stuart.2006 hal. 187)
6.      Penilaian stresor
Apa pun masalah dalam konsep diri dicetuskan oleh stressor  psikologis, sosiologis, atau fisiologis, elemen yang penting adalah persepsi pasien tentang ancaman.(stuart.2006 hal. 190).
7.      Sumber Koping
Semua orang, tanpa memeperhatikan gangguan perilakunya memepunyai beberapa bidang kelebihan personal yang meliputi(stuart.2006 hal. 190) :
a.         Aktivitas olahraga dan aktivitas diluar rumah
b.         Hobby dan kerajinan tangan
c.         Seni yang ekspresif
d.        Kesehatan dan perawatan diri
e.         Pendiodikan atau pelatihan
f.          Pekerjaan, vokasi atau posisi
g.         Bakat tertentu
h.         Kecerdasan
i.           Imaginasi dan aktivitas
j.           Hubungan interpersonal
8.      Pohon masalah

Gambar 2.3 pohon masalah (yosep.2010 hal. 257)
9.      Mekanisme koping
Mekanisme koping termasuk pertahanan koping jangka pendek atau jangka panjang serta penggunaan mekanisme pertahanan ego untuk melindungi diri sendiri dalam menghadapi persefsi diri yang menyakitkan(stuart.2006 hal. 191).
Pertahanan jangka pendek mencakup berikut ini(stuart.2006 hal. 191) :
a.         Aktivitas yang memberikan pelarian sementara dari identitas diri (misalnya : konser musik, menonton televisi secara obsesif)
b.         Aktivitas yang memeberikan identitas pengganti sementara (misalnya: ikut serta dalam kegiatan sosial, agama, politik, kelompok, gerakan, atau geng)
c.         Aktivitas yang sementara menguatrkan atau meningkatkan perasaan diri yang tidak menentu (misalnya olahraga yang kompetitif, prestasi akademik, kontes untuk mendapatkan popularitas)
d.        Aktivitas yang merupakan upaya jangka pendek untuk membuat identitas diluar dari hidup yang tidak bermakna saat ini (misalnya penyalahgunaan obat).
Pertahanan jangka panjang mencakup berikut ini(stuart.2006 hal. 191) :
a.         Penutupan identitas
Adopsi identitas prematur yang diinginkan oleh orang terdekattanpa memperhatikan keinginan, aspirasi, atau potensi diri individu
b.         Identitas negatif
Asumsi identitas yang tidak sesuai dengan nilai dan harapan yang diterima masyarakat
Mekanisme pertahanan ego termasuk penggunaan fantasi, disosiasi, isolasi, proyeksi pengalihan (displacment) spritting berbalik merah terhadap diri sendiri dan amok (stuart.2006 hal. 190).
a.       Disasosisasi : pemisahan setiap kelompok proses prilaku atau mental dari sisa kesadaran atau indentitas. Contoh : seorang pria yang dibawa keruang kedaduratan oleh polisi tidak mampu menjelaskan siapa dirinya dan dimana rumahnya atau tempat kerjanya(stuart.2006 hal. 152)
b.      Isolasi : memisahkan kompenan emosional dari pikiran, yang dapat bersifat sementara atau jangka panjang. Contoh : mahasiswa kedokteran tingkat dua membedah mayat pada kelas anatominya tanpa terganggu oleh pikiran tentang kematian(stuart.2006 hal. 153).
c.       Proyeksi
Mengaitkan pikiran atau impuls diri, terutama keinginan, perasaan emosional, atau motivasi yang tidak dapat ditoleransi kepda orang lain. Contoh : seorang wanita muda yang menyangkal bahwa dia memiliki perasaan seksual pada teman sekerjanya menuduh temannya yang mencoba untuk merayunya(maramis.2009 hal. 94).
d.      Displacment
Mengalihkan emosi yang seharusnya diarahkan pada orang atau benda tertentu ke benda atau orang yang biasanya netral atau tidak membahayakan. Contoh : timmy sedang berusia 4 tahun marah karena dia dihukum oleh ibunya akibat menggambar dinding kamar tidurnya. Ia mulai bermain “perang – perangan”. Dengan boneka tentaranya dan membiarkan bertarung satu sama lain(maramis.2009 hal. 96).
B.     Asuhan Keperawatan Teoritis Harga Diri Rendah Kronis
1.      Pengkajian harga diri rendah
Bagian ini berisi pedoman agar perawat dapat menagani pasien yang mengalami diagnosis keperawatan harga diri rendah, baik menggunakan pendekatan secara individual maupun kelompok. Bagian ini juga memberikan pedoman dalam memberikan asuhan keperawatan kepada keluarga pasien dengan harga diri rendah.
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah dir yang berkepanjangan akibat evaluasi negative terhadap diri sendiri dan kemampuan diri. Tanda dan gejala harga diri rendah :
a.       Mengkritik diri sendiri
b.      Perasaan tidak mampu
c.       Pandangan hidup yang pesimis
d.      Penurunan produktifitas
e.       Penolakkan terhadap kemampuan diri
Selain tanda dan gehala tersebut, kita dapat juga mengamati penampilan seorang dengan harga diri rendah yang tampak kurang memperhatikan perawatan diri, berpakaian tidak rapi, selera makan menurun, tidak berani menatap lawan bicara, lebih banyak menunduk, dan bicara lambat dengan nada suara lemah.
2.      Perilaku yang Berhubungan Dengan Harga Diri Rendah(stuart.2006 hal. 188)
a.       Mengkritik diri sendiri
b.      Penurunan produktivitas
c.       Destruktif yang diarahkan pada orang lain
d.      Gangguan dalam hubungan
e.       Rasa diri penting yang berlebihan
f.       Perasaan tidak mampu
g.      Rasa bersalah
h.      Mudah tersinggung atau marah yang berlebihan
i.        Perasaan negatif tentang tubuhnya sendiri
j.        Ketegangan peran yang dirasakan
k.      Pandangan hidup yang pesimis
l.        Keluhan fisik
m.    Pandangan hidup yang bertentangan
n.      Penolakan terhadap kemampuan personal
o.      Destruktif terhadap diri sendiri
p.      Pengurangan diri sendiri
q.      Pengurangan diri
r.        Menarik diri sendiri
s.       Pengurangan diri
t.        Menarik diri secara sosial
u.      Penyalahgunaan zat
v.      Menarik diri dari realitas
w.    Khawatir
3.      Diagnosis keperawatan
Makalah konsep diri berkaitan dengan perasaan ansietas, bermusuhan , dan rasa bersalah. Masalah ini sering menimbulkan proses penyebaran diri dan sirkular bagi individu yang dapat menyebabkan respon koping maladaftif. Respon ini dapat terlihat pada berbagai macam individu yang mengalami ancaman integritas fisik atau sistem diri.(stuart.2006 hal. 191)
Pengkajian keperawatan yang lengkap mencakup semua respon maladaftif pasien. Banyak masalah keperawatan tambahan akan diidentifikasi ketika konsep diri secara timbal balik dipengaruhi oleh bidang kehidupan yang lain.(stuart.2006 hal. 191)
Diagnosis Keperawatan Nanda Yang Berhubungan Dengan Respon Konsep Diri Maladaftif(stuart.2006 hal. 192)
Penyesuaian ansietas
Cirtra tubuh, gangguan
Komunikasi, hambatan verbal
Koping, ketidakefektifan
Keputusasaan
Identitas pribadi, gangguan
Kesepian, resiko
Ketidak berdayaan
Ketidakberdayaan, resiko
Performa peran, ketidakefektifan
Defisit keperawatan diri
Harga diri, resiko rendah situasional
Harga diri, rendah situasional
Persepsi sensori gangguan
Pola seksualitas, ketidakefektifan
Interaksi sosial, hambatan
Isolasi sosial
Distres spiritual
Proses pikir, gangguan
Perilaku kekerasan, resiko terhadap diri sendiri
4.      Tindakan keperawatan
(keliat.2009 hal. 84-92)
a.       Tindakan keperawatan pada pasien
1)      Tujuan keperawatan
a)      Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
b)      pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
c)      pasien dapat memilih kegiatan sesuai dengan kemampuan.
d)     Pasien dapat melatih kegiatan yang dipilih sesuai dengan kemampuan.
e)      Pasien dapat melakukan kegiatan yang sudah dilatih sesuai jadwal
2)      Tindakan keperawatan
a)      indentifikasi kemampuan dam aspek positif yang masih dimilikipasien untuk membantu pasien mengungkapkan kemampuandan aspek positif yang masihndimilikinya perawat dapat melakukan hal‑hal berikut ini.
(1)   Diskusikan tentang sejumlah kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien seperti kegiatan pasien di rumah sakit, dan di rumah adanya kcluarga dan lingkungan terdekat pasien.
(2)   Beri pujian yang realistik clam hindarkan penilaian yang ne­gatif.
Orientasi
“Assalamualaikum, bagaimana keadaan Bapak/Ibu hari ini ?Bpk/Ibu terlihat segar!“.“Bagaimana kalau hari ini kita bercakap-cakap tentang kemampuan dan kegiatan yang pernah Bpk/Ibu lakukan?”ini Sesuai janji kita minggu yang lalu ya kan pak/bu? “Dimana kita duduk?“bagaimana kalau di ruang tamu? “Berapa lama? ”Bagaimana kalau 30 menit?
Kerja
“Bpk/ibu,apa kemampuan ini saja yang dimiliki?Bagus,apa lagi?Saya buat daftarnya ya?“Apa pula kegiatan rumah tangga yang biasa Bpk/ibu lakukan?Bagaimana dengan merapihkan kamar? Menyapu?Mencuci piring………….dst”. “Wah,bagus sekali ada 5 kemampuan dan kegiatan yang Bpk/ibu miliki.”
Terminasi
“Bagaimana perasaan Bpk/Ibu setelah kita bercakap-cakap
Yach,Bpk/Ibu masih memiliki kemampuan.
“Nah,coba nanti diingat-ingat lagi,kemampuan yang belum kita bicarakan,2 hari lagi saya akan datang lagi untuk membahas kemampuan yang masih bisa Bpk/ibu lakukan”
“Jam berapa kira-kira kita ketemu?Bagaimana kalau jam 10,sampai jumpa ya”.

b)      Bantu pasien menilai kemampuan yang dapat digunakan dengan cara‑cara berikut.
(1)   Diskusikan dcngan hasima mcngenai kemampuannya yangmasih dapat digunakan saat ini.
(2)   Bantu pasien menyebutkannya dan beri penguatan terhadapkemampuan diri yang diungkapkan pasien.
(3)   perlihatkan respons yang kondusif dan upayakan menjadipendengar yang aktif.
Orientasi :
“Assalamualaikum, bagaimana keadaan bapak/ibu hari ini ?, Saya sangat senang melihat pagi ini bapak/ibu sudah terlihat lebih segar dan rapi. “Bagaimana,apakah ada lagi kemampuan Bapak/ibu yang belum kita bicarakan?“Bagus sekali,jadi sudah ada 7 ya!“Baiklah kita akan menilai kegiatan yang masih bisa bpk/ibu lakukan.“Mau duduk dimana?,berapa lama?
Kerja
“Bpk/ibu,dari 7 kegiatan/kmpuan ini yang mana yang masih dapat dikerjakan di rumah? “Coba kita lihat,yang pertama bisakah?,yang kedua………sampai 7 “Bagus sekali ada 4 kegiatan yang masih bisa dikerjakan di rumah. “Menurut bpk/ibu adakah bantuan yang diperlukan? Iya bagus sekali.
Terminasi
“Bagaimanaperasaanbpk/ibusetelahkitabercakap-cakap?jadiada 4 kegiatan yang dapatbpk/ibulakukan “Cobabpk/ibupikirkankegiatan yang akandipilihuntukdilatih “Bagaimanakalau 2 harilagikitamemilihkegiatan yang paling disukaidanmelatihnya,mau jam berapa?dimana
c)      membantu pasien untuk mcmilih/menetapkan kemampuanyang akan dilatih. Tindakankeperawatan yang dapat dilakukanadalah sebagai berikut.
(1)   Diskusikan dengan pasien kegiatan yang akan dipilih seba­gai kegiatan yang akan pasien lakukan sehari‑hari.
(2)   Bantu pasien untuk memilih kegiatan yang dapat pasien la­kukan dengan mandiri atau dengan bantuan minimal.
Orientasi
“Assalamualaikum !, bagaimana perasaan bpk/ibu hari ini ?,Wah,nampak segar ya ?”masih ingat apa yang akan kita bicarakan hari ini?Betul sekali,memilih kegiatan yang dapat bpk/ibu kerjakan dari 7 kegiatan yang pernah dilakukan,bagaiman kalau kita bercakap-cakap di tempat biasa.Berapa lama?
Kerja
“Mari kita lihat daftar kegiatan yang sudah kita buat 2 hari yang lalu.”coba bpk/ibu pilih mana yang masih bisa dikerjakan di rumah.”yang no.1,merapikan tempat tidur,bagaimana bpk?Wah,tentu bisa kan.bagus sekali.Yang nomor 2,main tenis,Wah saat ini belum bisa dilakukan,Baik no.3 mencuci piring,bisa ya?…..dst
Terminasi
“ Bagaimanaperasaanbapak/ibusetelahmemilihkegiatan yang dapatdikerjakan di rumah? Bagussekali !,ada 5 kegiatanbisadilakukan.Cobabpk/ibupikirkankegiatanmana yang akandilatihdulu.Duaharilagisayadatnglagiuntukmelatih,mau jam berapa?dimana?
d)     Latih kemampuan yang dipilih pasien den gan cara berikut.
(1)   Diskusikan dengan pasien langkah‑langkah pelaksanaan ke­giatan.
(2)   Bersama pasien, peragakan kegiatan yang ditetapkan.
(3)   Berikan dukungan dan pujian pada setup kegiatan yang da­pat dilakukan pasien.
e)      Bantu pasien menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yangdilatih.
(1)   Beri kesempatan kepada pasien untuk mencoba kegiatanyang telah dilatihkan.
(2)   Beri pujian atas kegiatan yang dapat dilakukan pasien setiaphari.
(3)   Tingkatkan kegiatan sesuai dengan tingkat toleransi dan perubahan setiap kegiatan
(4)   Susunjadwal untuk melaksanakan kegiatan yang telah dilatih
(5)   Berikan pasien kesempatan mengungkapkan perasaannya setelah pelaksanaan kegiatan
Melatih kegiatan yang sudah dipilih pasien sesuai kemampuannya dan menyusun rencana kegiatan :
Orientasi
“Assalamualaikum,bagaimana perasaan bpk/ibu hari ini?wah,tampak cerah!Sudah siap untuk latihan melakukan kegiatan yang telah ditetapkan 2 hari yang lalu?mau pilih yang mana dulu,Baik mari kita merapihkan tempat tidur.Dimana kamarnya?
Kerja
“Nah,kalau kita mau merapihkan tempat tidur,mari kita pindahkan dulu bantal dan selimutnya.Bagus,Sekarang kita angkat spreinya dan kasurnya kita balik.”nah sekarang kita pasang lagi spreinya,kita mulai dari arah atas,ya bagus!sekarang sebelah kaki,tarik dan masukkan,lalu sebelah pinggir masukkan.Sekarang ambil bantal,rapihkan dan letakkan disebelah atas kepala.Mari kita lipat selimut,nah letakkan sebelah bawah kaki.bagus..!
Terminasi
“Bagaimana perasaan bpk/ibu setelah latihan?bagus sekali,Bpk/ibu dapat mengikuti langkah-langkahnya.Sekarang mari kita masukkan pada jadual harian bpk/ibu.Mau berapa kali sehari merapikan tempat tidur.Bagus,2x sehari yaitu pagi jam berapa?lalu sehabis istirahat jam 16.00.Kalau sudah dikerjakan beri tanda ya.”nah 2 hari lagi saya datang lagi,kita latihan kegiatan yang kedua.Mau jam berapa?dimana?Sampai jumpa…

f)       SP 1 pasien : mendiskusian kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien, membantu pasien menilai kemampuan yang masih dapat digunakan, membantu pasien menilai kemampuan yang akan dilatih, melatih kemampuan yang sudah dipilih dan menyusun jadwal pelaksana kemampuan yang telah dilatih dalam rencana harian
g)      Sp 2 pasien : melatih pasien melakukan kegiatan lain sesuai dengan kemampuan pasien. Latihan dapat dilanjutkan untuk kemampuan lain sampai semua kemampuan dilatih. Setiap kemampuan dimiliki akan meningkatkan harga diri pasien
b.      Tindakan keperawatan kepada keluarga
1)      Tujuan keperawatan
a)      Keluarga dapat membantu pasien mengindentifikasi kemampuan yang dimiliki
b)      Keluarga dapat memfasilitasi pelaksanaan kemampuan yang masih dimiliki pasien
c)      Keluarga dapat memotivasi pasien untuk melakukan kegiatan yang sudah dilatih dan memberikan pujian atas keberhasilan pasien
d)     Keluarga mampu mampu menilai perkembangan perubahan kemampuan pasien
2)      Tindaan keperawatan
a)      Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien
b)      Jelaskan kepada keluarga tentang harga diri rendah yang dialami pasien
c)      Diskusikan dengan keluarga mengenai kemampuan yang dimiliki pasien dan puji pasien atas kemampuannya
d)     Jelaska cara – cara merawat pasien harga diri rendah
e)      Demonstrasikan cara merawat pasien harga diri rendah
f)       Berikan kesempatan kepada keluarga untuk mempraktikan cara merawat pasien harga diri rendah seperti yang telah perawat demontrasikan sebelumnya
g)      Bantu keluarga menyusun rencana kegiatan pasien dirumah
3)      Sp1 keluarga : mendiskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien dirumah, menjelaskan tentang pengertia, tanda dan gejala harga diri rendah, menjelaskan cara merawat pasien dengan harga diri rendah, mendemontrasikan cara merawat pasien dengan harga diri rendah, dan memberikan kesempatan kepaada keluarga untuk mempraktikkan cara merawat.
4)      Sp 2 keluarga : melatih keluarga mempraktikan cara merawat pasien harga diri rendah langsung pada pasien
5)      Sp 3 keluarga :membuat perencanaan pulang bersama keluarga
Contoh percakapan perawat-keluarga agar keluarga menjadi pendukung terhadap aktifitas yang dapat dilakukan pasien
Orientasi
“Assalamualaikum !, bagaimana keadaan bpk/ibu disini?, bagaimana kalau hari ini kita akan bercakap-cakap tentang cara memotivasi anak bpk/ibu melakukan kegiatan yang sudah dilatih?Adakah waktu Bpk/ibu,kira-kira 30 menit?kita ngobrol disini aja ya?
Kerja
“ Anak bapak/ibu telah berlatih dua kegiatan yaitu merapihkan tempat tidur dan mandi.Serta telah dibuat jadual untuk melakukannya.Saya telah katakan bahwa bpk/ibu akan mengingatkannya untuk melakukan kegiatan tsb sesuai jadual.Tolong bantu menyiapkan alat-alatnya.dan jangan lupa memberikan pujian agar harga dirinya meningkat.Ajak pula memberi tanda cek list pada jadual kegiatannya “
Terminasi
” Bagaimanabpk/ibu?ada yang inginditanyakan? Baik, janganlupayabpk/ibu.Duaarilagisayadatanglagiuntukmelatihkegiatanlain.Nantikitalakukanbersama-sama.Sampaijumpa….
5.      Evaluasi keperawatan
(stuart.2006 hal. 193,205)
a.       Apakah ancaman terhadap integritas fisik atau sistem diri pasien telah berkurang dalam sifat, jumlah, asal, atau waktu ?
b.      Apakah perilaku pasien mencerminkan penerimaan diri, nilai diri dan persetujuan diri yang lebih besar
c.       Apakah sumber koping pasien telah dikajidan dimobilisasi secara adekuat ?
d.      Apakah pasien telah memperluas kesadaran diri dan melakukan eksplorasidan evaluasi diri ?
e.       Apakah pasien mengunakan rentang respon koping yang adaptif ?
f.       Apakah pasien mempelajari strategi adaptif yang baru untuk meningkatka perubahan tingkat aktualisasi diri ?
g.      Apakah pasien menggunakan pemahaman diri yang lebih baik untuk meningkatkan perubahan dan pertumbuhan personal ?























BAB III
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)
HARGA DIRI RENDAH KRONIS

A.    PROSES KEPERAWATAN
1.      Kondisi
-          DS :
o   Mengeluh hidup tidak bermakna
o   Tidak memiliki kelebihan apapun
o   Mengeluh tidak berguna
o   Mengeluh tidak bisa apa-apa
o   Merasa jelek
o   Merasa orang lain tidak selevel
-          DO :
o   Kontak mata kurang
o   Tidak berinisiatif berinteraksi dengan orang lain
2.      Diagnosa Keperawatan
Harga Diri Rendah
3.      Tujuan
-          Tujuan Umum
Klien memiliki konsep diri yang positif
-          Tujuan Khusus
o   Klien dapat mengidentifikasi aspek positif dan kemampuan yang dimiliki
o   Klien dapat menilai kemampuan yang dimiliki untuk dilaksanakan
o   Klien dapat merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki
o   Klien dapat melakukan kegiatan sesuai rencana yang dibuat
4.      Intervensi
o   Identifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien
o   Bantu pasien menilai kemampuan pasien yang masih dapat digunakan
o   Bantu pasien memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan kemampuan pasien
o   Latih pasien sesuai kemampuan yang dipilih
o   Berikan pujian yang wajar terhadap keberhasilan pasien
o   Anjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

B.     STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)
1.      Orientasi
a.       Salam terapeutik
o   Mengucapkan salam
o   Memperkenalkan diri dan mengajak berkenalan
o   Menyampaikan tujuan pertemuan, yaitu bercakap-cakap untuk mendiskusikan masalah yang dihadapi pasien
b.      Validasi
o   Menanyakan bagaimana perasaan pasien saat ini
o   Menanayakan alasan masuk ke Rumah Sakit
o   Validasi untuk semua Masalah Keperawatan (MK)
c.       Kontrak
o   Topik
Mengajak bercakap-cakap tentang kemampuan dan kegiatan yang pernah dilakukan
o   Tempat
Ruang Tamu
o   Waktu
Pukul 10.00 – 10.20 (20 menit)
2.      Kerja (SP I)
o   Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien
o   Membantu pasien menilai kemampuan pasien yang masih dapat digunakan
o   Membantu pasien memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan kemampuan pasien
o   Melatih pasien sesuai kemampuan yang dipilih
o   Memberikan pujian yang wajar terhadap keberhasilan pasien
o   Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
3.      Terminasi
a.       Evaluasi
o   Subyektif        : Menanyakan perasaan pasien setelah bercakap-bercakap
o   Obyektif          : Meminta klien menceritakan kembali apa yang telah didapat dan didiskusikan
b.      Rencana Tindak Lanjut
Menganjurkan klien melakukan kemampuan pertama sesuai jadwal yang dibuat
c.       Kontrak
o   Topik
Bercakap-cakap tentang melatih kemampuan kedua
o   Tempat
Ruang Tamu
o   Waktu
Pukul 10.00 – 10.20 (20 menit)



DAFTAR PUSTAKA
Stuart, Gail Wiscarz & Laraia, Michele T.2005. Principles And Practice Of psychiatric Nursing edition eighth. USA : Elsevier Mosby
Maramis, Willy F.2009. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa edisi 2. Surabaya : Airlangga University Press
Stuart, Gail W.2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC
Iyus, Yosep. 2007. Keperawatan Jiwa. Refika Aditama : Bandung
NANDA.2011. Diagnosis Keperawatan : Defenisi dan Klasifikasi. Jakarta : EGC
Keliat, budi anna. 2009. Model Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta : EGC