Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi


BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Halusinasi merupakan salah satu gejala yang sering ditemukan pada klien dengan gangguan jiwa, Halusinasi sering diidentikkan dengan Schizofrenia. Dari seluruh klien Schizofrenia 70% diantaranya mengalami halusinasi. Gangguan jiwa lain yang juga disertai dengan gejala halusinasi adalah gangguan manik depresif dan delerium.
Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi melalui panca indra tanpa stimulus eksteren. Persepsi palsu. Berbeda dengan ilusi dimana klien mengalami persepsi yang salah terhadap stimulus, salah persepsi pada halusinasi terjadi tanpa adanya timulus eksternal yang terjadi. Stimulus internal dipersepsikan sebagai sesutu yang nyata ada oleh klien.
B.       Tujuan Penulisan
1.         Tujuan umum
Tujuan umum dari pembuatan makalah ini agar mahasiswa dapat membuat dan mampu memahami asuhan keperawatan pada pasien dengan halusinasi.
2.         Tujuan khusus
a.         Untuk mampu menjelaskan konspe dasar teoritis dari halusinasi.
b.        Untuk mampu menjelaskan, memahami dan mengetahui asuhan keperawatan yang tepat untuk pasien dengan halusinasi.
C.       Metode Penulisan
Dalam pembuatan makalah halusinasi ini tim penulis menggunakan metode  deskriptif yaitu dengan mengumpulkan data-data yang diambil dari sumber buku perpustakaan dan internet, diskusi kelompok, serta konsultasi dengan dosen pembimbing.
D.      Sistematika Penulisan
BAB I Pendahuluan        : Terdiri dari Latar Belakang, Tujuan Penulisan, Metode Penulisan, dan Sistematika Penulisan.

BAB II Tinjauan Teoritis : Terdiri dari Konsep Dasar Teoritis Halusinasi, dan Konsep Dasar Teoritis Asuhan Keperawatan
BAB III Askep               : Terdiri dari Pengkajian, Analisa Data, dan Strategi Pelaksanaan
BAB IV Penutupan        : Terdiri dari Kesimpulan dan Saran
DAFTAR PUSTAKA




























BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A.      Konsep Dasar Teoritis Halusinasi
1.         Pengertian
Halusinasi adalah pengalaman sensorik tanpa rangsangan eksternal klien mempunyai kesadaran penuh pada waktu halusinasi ( Dep Kes RI 1983 ).
Halusinasi adalah persepsi sensori palsu yang terjadi tanpa adanya stimulasi eksternal, keadaan tersebut dibedakan dari distorsi dan ilusi yang merupakan kelainan persepsi terhadap stimulasi yang nyata (Dr. Widjaja Kusuma, 1997).
Halusinasi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami perubahan dalam jumlah dan pola dari stimulasi yang mendekat (yang diprakarsai secara internal dan eksternal) disertai dengan pengurangan, berlebihan, distorsi atau kelainan berespon terhadap setiap stimulasi (Town Send, 1998).
2.         Proses terjadinya Masalah
a.         Faktor Predisposisi (Pendukung)
1)        Biologis
Gangguan perkembangan dan fungsi otak (system saraf perifer, hambatan perkembangan otak, khususnya korteks frontal, temporal dan limbic) gejalanya ; hambatan dalam belajar, berbicara dan daya ingat.
2)        Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon psikologis diri klien atau keadaan yang dapat mempengaruhi antara lain penolakan dan kekerasan pada klien.
3)        Social Budaya
Kehidupan social budaya dapat pula mempengaruhi gangguan orientasi realitas, seperti ; kemiskinan, konflik, social budaya, kehidupan yang terisolasi disertai stress yang menumpuk.



b.        Faktor Prespistasi (Pencetus)
1)        Kesehatan
Gizi buruk, kurang tidur, keletihan, infeksi, anxietas atau perasaan abnormal, kurang berolah raga, dan lain-lain.
2)        Lingkungan
Rasa bermusuhan, perubahan dalam kejadian kehidupan, kesepian, stress pekerjaan, kemiskinan, dan lain-lain.
3)        Sikap/Perilaku
Harga diri rendah, kurang percaya diri, prilaku agresif dan amuk.
c.       Rentang Respon Neurobiologik
Rentang respon neurobiologik
Respon Adaptif                                                                                  Perilaku Maladatif
1.    Pikiran logis
2.    Persepsi akurat
3.    Emosi konsisten dengan pengalaman.
4.    Prilaku sesuai dengan kenyataan.
5.    Hubungan social harmonis.
1.    Pikiran logis kadang menyimpang.
2.    Ilusi.
3.    Reaksi emosional berlebihan/kurang
4.    Perilaku ganjil/tidak lazim.
5.    Menarik diri
1. Kelainan pikiran/delusi.
2. Halusinasi.
3. Ketidakmampuan mengalami emosi.
4. Isolasi sosial
(Stuart and Sundeen, 1992, hal : 302)
Keterangan :
1)        Persepsi
Kemampuan mengidentifikasi dan menginterperstasi stimulus sesuai dengan informasi yang diterima melalui pnca indera.
2)        Ilusi
Suatu persepsi yang salah/palsu, dimana ada/pernah ada rangsangan dari luar.
3)        Emosi berlebihan/berkurang
Sesuatu dimana terdapat ketidak stabilan dapat berubah dari emosi yang satu pada emosi yang lain.

4)        Menarik diri
Merupakan percobaan untuk menghindari berinteraksi  dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain.
5.         Patofisiologi
Individu yang mengalami halusinasi seringkali beranggapan sumber atau penyebab halusinasi itu berasal dari lingkungannya, padahal rangsangan primer dari halusinasi adalah kebutuhan perlindungan secara psikologi terhadap kejadihan traumatic sehubungan dengan rasa bersalah, rasa sepi, marah, rasa takut ditinggalkan oleh orang yang dicintai, tidak dapat mengendalikan dorongan ego, pikiran dan perasaan sendiri. Secara umum dapat dikatakan segala sesuatu yang mengancam harga diri ( self esteem ) dan keutuhan diri dan kebutuhan keluarga dapat merupakan penyebab terjadinya halusinasi. Ancaman terhadap harga diri dan keutuhan keluarga meningkatkan kecemasan, gejala dengan meningkatkan kecemasan, kemampuan untuk memisahkan dan mengatur persepsi, mengenal perbedaan antara apa yang dipikirkan dengan perasaan sendiri menurun, sehingga segala sesuatu diartikan berbeda dan proses rasionalisasi tidak efektif lagi. Hal ini mengakibatkan lebih sukar lagi membedakan mana rangsangan yang berasal dari pikirannya sendiri dan mana yang dari lingkungannya.
6.         Mekanisme Terjadinya Halusinasi
Menurut terjadinya halusinasi meliputi 4 fase (Khobar, dkk 1987) yaitu :
a.         Fase Pertama
Pasien mengalami stress, cemas, perasaan perpisahan, kesepian yang memuncak, dan tidak sesuai, klien mulai melamun, dan memikirkan hal-hal yang menyenangkan, cara ini hanya menolong sementara.
b.        Fase Kedua
Kecemasaan meningkat, melamun, dan berpikir sendiri menjadi dominan. Mulai dirasakan ada yang tidak jelas. Klien tidak ingin orang lain tahu dan dia dapat mengontrol.
c.         Fase Ketiga
Bisikan, suara isi halusinasi semakin menonjol menguasai dan mengontrol klien, klien menjadi terbiasa dan tidak berdaya terhadap halusinasi.
d.        Fase Keempat
Halusinasinya berubah menjadi semacam memerintah dan memaksa, memarahi klie, klien menjadi takut, tidak berdaya, hilang kontrol dan tidak dapat berhubungan secara nyata dengan orang lain.
7.         Macam-macam Halusinasi
a.         Halusinasi dengar ( akustik, audiotorik ) individu mendengar suara yang membicarakan, mengejek, meneruskan, menertawakan, atau mengancam dirinya padahal tidak ada suara disekitarnya.
b.        Halusinasi lihat ( visual ) individu itu melihat pemandangan orang, binatang atau sesuatu yang tidak ada.
c.         Halusinasi penciuman ( olfaktorik ) individu yang mengalami halusinasi bau mengatakan mencium bau-bau seperti bau bunga, bau kemenyan, bau mayat yang tidak ada sumbernya.
d.        Halusinasi pengecapan ( gustatorik ) individu merasa mengecap sesuatu rasa dimulutnya.
e.         Halusinasi raba ( taktik / kinaestatik  ) individu yang bersangkutang merasa ada binatang merayap pada kulitnya.
8.         Tanda dan Gejala
a.         Klien cenderung menarik diri.
b.        Sering duduk terpaku dengan pandangan tertuju pada satu arah.
c.         Melakukan gerakan tanpa arti.
d.        Berbicara, tersenyum, tertawa sendiri.
e.         Klien tampak gelisah.
f.         Tidak peduli dengan penampilan diri sendiri.
g.        Sikap curiga, bermusuhan, marah-marah, ketakutan dan menyalahkan diri dengan orang lain.
h.        Expresi wajah tegang.
i.          Tekanan darah meningkat, nadi cepat.
j.          Klien mengatakan mendengar suara, melihat, mengecap, menghirup, mencium dan merasakan yang tidak nyata.
k.        Merusak diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
l.          Tidak dapat membedakan mana yang nyata dan tidak.
m.      Pembicaraan kacau, kadang tidak masuk akal.
n.        Tidak dapat memusatkan perhatian/konsentrasi, sulit membuat keputusan.
9.         Penatalaksanaan Medis
Halusinasi termasuk kedalam kelompok penyakit skizofrenia, maka jenis penatalaksanaan medis yang biasa dilakukan adalah :
a.         Psikofarmako
Psikofarmako adalah terapi dengan menggunakan obat, tujuannya untuk mengurangi/menghilangkan gejala gangguan jiwa. Berdasarkan khasiat obat yang tergolong dalam pengobatan psikofarmako antara lain:
1)        Clorpromazine (CPZ)
a)         Aturan pakai : 3 x 25 mg/hari, kemudian dinaikan sampai dosis optimal.
b)        Indikasi : Untuk pengobatan psikosa untuk mengurangi gejala anemis
c)         Efek samping : Hipotensi, aritmis kordis, takikardi, penglihatan kabur.
2)        Tritopirazine (Stelazine)
a)         Aturan pakai : 3 x 1 samapi 5 mg dosis tertinggi 50 mg/hari.
b)        Indikasi : Diberikan pada pasien gangguan mental organic dan gejala spikotik yang menarik.
c)         Efek samping : Gejala extrapiramidal.
3)        Diazepam
a)         Indikasi : Psikoneuronesis anxietas
b)        Efek samping : Mengantuk, mual, kadang-kadang konstipasi.
4)        Triheksifenidil HCL (Arxne)
a)         Indikasi : Berbagai bentuk parkinsonisme
b)        Aturan pakai : Hari pertama diberikan 1 mg, hari ke 1 diberikan 2 mg/hari sehingga mencapai 6-10 mg/hari yang diberikan 3-4 kali pada waktu makan.
5)        Amitripilin (Laxori)
a)         Indikasi : Dosis awal 75-100 mg/hari, pemulihan 25-75 mg/hari.
b)        Aturan pakai : Diberikan pada klien dengan gejala depresi akibat keluhan somatic.
b.        Psikoterapi
Psikoterapi membutuhkan waktu yang relatif lama dan merupakan bagian penting dalam proses terapeutik. Upaya  dalam psikoterapi ini meliputi ;  memberikan rasa nyaman dan tenang, menciptakan lingkungan yang tenang, bersikap empati, menerima klien apa adanya, motivasi klien untuk dapat mengungkapkan perasaan secara verbal, bersikap ramah, sopan dan jujur.
c.         Terapi Okupasi
Terapi okupasi adalah suatu ilmu dan seni untuk mengarahkan partisipasi seseorang dalam melakukan aktivitas/tugas yang sengaja dipilih dengan maksud untuk memperbaiki, memperkuat dan meningkatkan harga diri seseorang. Terapi okupasi menggunakan pekerjaan atau kegiatan sebagi media. Pelaksanaan terapi okupasi sesuai dengan keadaan klien dan jenis kegiatan atau pekerjaan disesuaikan minat klien.
10.     Perawatan Pasien Dengan Halusinasi
Masalah yang dihadapi perawat dalam merawat pasien dengan halusinasi dapat berupa kecemasan, kepanikan dan ketakutan yang diakibatkan halusinasinya yang tidak berhubungan dengan rangsangan yang nyata serta keutuhan pasien tentang halusinasi yang dialaminya misalnya orang atau suara yang membicarakan atau mengganggunya. Isi pikirannya yang diketahui atau dipercakapan oleh orang lain, sesuatu yang didapat, dilihat oleh orang lain.
Untuk mengatasi masalah dan mencapai tujuan perawatan, perawat dapat berusaha :
a.         Menciptakan lingkungan yang terapeutik.
Untuk mengurangi tingkat kecemasan, kepanikan dan ketakutan pada pasien akibat halusinasi sebaiknya pada permulaan pendekatan dilakukan secara individual dan usahakan agar terjadi kontak mata kalau perlu pasien disentuh atau dipegang. Pendekatan harus dilakukan secara teratur tetapi tidak terus menerus. Pasien jangan disolasikan baik secara fisik atau emosional.


b.        Melaksanakan program terapi dokter.
Seringkali pasien menolak obat yang diberikan sehubungan dengan rangsangan halusinasi yang diterimanya. Pendekatan sebaiknya secara persuasif tepi isntruktif. Perawat harus mengamati agar obat yang diberikan betul ditelannya, serta reaksi obat yang diberikan.
c.         Mengenali permasalahan pasien dan membantu mengatasi masalah yang ada.
Setelah pasien lebih kooperatif dan komunikatif, perawat dapat mengenali masalah pasien yang merupakan penyebab timbulnya halusinasi serta membantu mengatasi masalah yang ada. pengumpulan data ini juga dapat melalui keterangan keluarga atau orang lain yang dekat dengan pasien.
d.        Memberi aktifitas pada pasien.
Pasien diajak mengaktifkan diri melakukan gerakan fisik, misalnya berolahraga, bermain atau melakukan kegiatan. Kegiatan ini dapat membantu mengarahkan pasien kehidupan nyata dan memupuk hubungan dengan orang lain. Pasien diajak menyusun jadwal kegiatan dan memilih kegiatan yang sesuai.
e.         Melibatkan keluarga dan petugas lain dalam proses keperawatan.
Keluarga dan petugas lain sebaiknya diberitahu tentang data pasien agar ada kesatuan pendapat dan kesinambungan dalam proses perawatan.
B.       Konsep Dasar Teoritis Asuhan Keperawatan
1.         Pengkajian
Menurut Stuart dan Sundeen, pada klien dengan halusinasi hal yang perlu dikaji adalah :
a.         Faktor Predisposisi
1)        Biologis
Abnormalitas otak yang menyebabkan neurobiologik yang mal adaptif, termasuk hal-hal berikut :
a)         Penilaian pencitraan otak yang menunjukan keterlibatan otak yang lebih luas dalam perkembangan skizofrenia, lesi pada area frontal, temporal dan limbilik.
b)        Beberapa kimia otak dikaitkan dengan skizofrenia yaitu seperti dopamine dan neurotransmitter dan masalah-masalah pada system reseptor dopamine.
2)        Psikologis
Teori psikodimanika untuk terjadinya respon neurobiologik yang maladaptive belum didukung oleh penelitian. Teori psikologik terdahulu mengatakan keluarga sebagai penyebab gangguan ini, sehingga menimbulkan kurang rasa percaya diri terhadap tenaga kesehatan jiwa professional.
3)        Social Budaya
Stress yang menumpuk dapat menunjang terhadap awitan skizofrenia dan gangguan psikotik lain tetapi tidak dapat diyakini sebagai penyebab utama gangguan
b.        Faktor Presipitasi
Menjadi faktor stimulasi yang mencetuskan terjadinya halusinasi pada klien, misalnya dari segi kesehatan, lingkungan dan sikap atau prilaku.
c.         Tanda dan gejala
1)        Respon emosional yang terjadi pada skizofrenia yaitu :
a)         Alexstimia yaitu kesulitan dalam pemberian nama dan penguraian emosi.
b)        Apatis yaitu : kurang memiliki perasaan, emosi, minat
c)         Anhedonia yaitu : ketidakmampuan atau menurunnya kemampuan untuk mengalami kesenangan, kebahagian, keakraban dan kedekatan.
2)        Gerakan dan perilaku abnormal pada skizofrenia
a)         Segi fisik : klien bicara, senyum dan tertawa sendiri, mendengar suara dan merasakan sesuatu yang tidak nyata mampu melakukan kebersihan diri seperti mandi, sikat gigi, ganti pakaian, berhias yang rapi, muka merah, kadang pucat, ekspresi wajah tegang, tekanan darah meningkat, nafas terengah-engah, nadi meningkat dan berkeringat.
b)        Segi emosional : merasa ketakutan, cemas, mudah tersinggung, jengkel, menyalahkan diri sendiri dan orang lain.
c)         Segi intelektual : tidak dapat membedakan hal yang nyata dan tidak nyata, klien tidak dapat memusatkan perhatiannya/konsentrasinya, pembicaraan kacau tidak masuk akal, dan tidak dapat membuat keputusan.
d)        Segi social : merusak diri sendiri, orang lain dan lingkungan, bersikap curiga dan bermusuhan, menarik diri, menghindari orang lain.
e)         Segi spiritual : kehilangan kontrol diri, tidak sabar dari kehidupan rutin/sehari-hari dan tidak mempunyai harapan.
3)        Perilaku yang berkaitan dengan gerakan dan perilaku
Respon neurobiologik maladaptive menimbulkan prilaku yang aneh, tidak enak dipandang, membingungkan, kesukaran mengelola dan tampak tidak kenal dengan orang lain.
4)        Mekanisme koping
Prilaku yang mewakili upaya untuk melindungi diri sendiri dan pengalaman yang menakutkan berhubungan dengan respon neurobiologik yaitu :
a)         Regresi berhubungan dengan masalah proses informasi dan upaya untuk menanggulangi ansietas, hanya mempunyai sedikit energi yang tertinggal untuk aktivitas sehari-hari.
b)        Proyeksi sebagai upaya untuk menjelaskan keracunan persepsi.
c)         Menarik diri.
d.        Pohon masalah :
 










Dari pohon masalah didapat masalah keperawatan :
1)        Risiko tinggi mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
a)         Data Subjektif :
·           Klien mengatakan saya suka marah-marah kesal, tidak mau diganggu dan pergi tanpa tujuan jika suara-suara itu muncul.
·           Mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya.
b)        Data Objektif :
·           Klien tampak suka tiduran, gelisah, mondar-mandir, melamun ditempat tidur dan menyendiri.
·           Klien sering marah-marah tanpa sebab.
2)        Perubahan persepsi sensori ; halusinasi dengar
a)         Data Subjektif :
a)        Klien mengatakan saya sering mendengar suara-suara yang mengejek saya.
b)        Klien mengatakan suara itu muncul ketika saya merasa bingung dan sendirian.
b)        Data Objektif :
·           Klien tampak berbicara sendiri.
·           Pandangan klien tampak terfokus satu arah.
·           Klien tampak tertawa sendiri.
·           Klien tampak mengarahkan telingan pada sumber suara.
3)        Isolasi sosial
a)         Data Subjektif
·           Klien merasa tidak aman berada dengan orang lain.
·           Klien merasa ditolak oleh orang lain.
·           Klien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu.
b)        Data Objektif
·           Klien banyak diam dan tidak mau bicara.
·           Kontak mata klien kurang.
·           Klien tampak sedih, dan leih senang bicara sendiri.
4)        Harga Diri Rendah Kronis
a)         Data Subjektif
·           Klien mengatakan rasa bersalah terhadap dirinya.
·           Klien mengatakan sulit untuk bergaul dengan orang lain.
·           Klien mengatakan kurang selera makan.
b)        Data Objektif
·           Klien tampak merusak/melukai diri sendiri.
·           Klien tampak menghindari kesenangan yang memberi rasa kepuasan.
·           Klien tampak tidak bisa menerima pujian.
























BAB III
TINJAUAN KASUS
A.      Pengkajian
Ruang perawatan : R.Merak                    Tanggal Dirawat         : 24 Januari 2006
1.         Identitas Klien
Inisial            : Tn. Y.A
Umur             : 29 Tahun
Agama          : Islam
Pendidikan    : SMA
Informan       : Klien, Perawat ruangan, Cacatan Medik
2.         Alasan Masuk
Klien masuk ke rumah sakit jiwa diantar oleh ketua RW tempat dia tinggal. Dikarenakan klien suka mngamuk tanpa sebab dan mendengar suara-suara bisikan yang menyuruhnya untuk memukul orang lain. Klien merasa frustasi karena di PHK diperusahaan tempat klien bekerja.
3.         Faktor Predisposisi
Klien tidak pernah mengalami gangguan kejiwaan pada masa lalu. Klien anak kedua dari tiga bersaudara. Keluarga klien tidak ada riwayat gangguan kejiwaan dan prilaku kekerasan dalam keluarga tidak pernah dialami. Klien merasa mendengar bisikan yang menyuruhnya untuk memukul orang lain dan sering mengamuk tanpa sebab. Klien tinggal bersama ibunya saja, abang dan adiknya sudah tidak tinggal bersama lagi. Masalah keperawatan : Harga diri rendah, Perilaku Kekerasan, Koping keluarga tidak efektif.
4.         Genogram :

                                                            



                                  
                                                                                                                                                                                                                                                        Keterangan :
= Perempuan                      


 
                      = Laki-laki


 
                      = Meninggal


 
                      = Klien
5.         Fisik
a.         TD : 120/70mmHg, ND : 80x/mt, P : 20x/mt, S : 36 °C
b.        Tinggi badan : 164 cm, BB : 59 kg, IMT :  23,828 kg/M². (berat badan klien normal).  Klien mengatakan tidak ada keluhan
6.         Konsep diri
a.         Gambaran diri :Klien tidak mengalami kecacatan pada tubuhnya. Klien mengatakan menyukai rambutnya.
b.        Identitas diri :Klien anak kedua 2 dari 3 bersaudara, klien tinggal bersama orang tua dan abang . Klien mengatakan dia menyadari dirinya seorang laki-laki dan ingin berkeluarga juga.
c.         Peran diri :Klien dalam keluarga diperlakukan sebagai laki dan diberikan kebebasan untuk bergaul dengan orang lain.
d.        Ideal diri :Klien berharap bisa pulang dan berkumpul dengan keluarganya serta berharap keluarga bisa menerimanya.
e.         Harga diri : Klien mengatakan dirinya kurang berharga.
Masalah Keperawatan : Gangguan konsep diri : Harga diri rendah.
7.         Hubungan social
Orang yang berarti bagi klien adalah ibunya. Klien tidak pernah mengikuti kegiatan dimasyarakat, klien lebih suka menyendiri dari pada harus berkumpul dengan orang ramai. Klien menganut agama islam dan selama dirawat dirumah sakit jiwa klien jarang beribadah. Masalah keperawatan : isolasi social : menarik diri.
8.         Status Mental
a.         Penampilan: Klien menggunakan pakaian sesuai dengan fungsinya. Klien terlihat rapi. Masalah keperawatan :  tidak ada masalah.
b.        Pembicaraan : Klien berbicara bila ditanya dahulu dan klien sulit untuk memulai pembicaraan dengan orang lain. Masalah keperawatan : perubahan komunikasi verbal.
c.         Aktivitas Motorik : Klien tampak banyak duduk diam dan jarang melakukan kegiatan. Masalah Keperawatan : ketidak efektifan aktifitas.
d.        Alam perasaan : Klien tampak sedih, klien mengungkapkan rindu keluarga dan ingin cepat pulang kerumah. Masalah Keperawatan : Ketidak berdayaan.
e.         Afek : Emosi klien saat ini  sesuai dengan stimulus lingkungan. Masalah Keperawatan : tidak ada masalah.
f.         Interaksi selama wawancara : Selama berinteraksi klien menunjukkan sikap yang kooperatif, tetapi kontak mata kurang. Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah.
g.        Persepsi Halusinasi : Klien mengatakan mendengar suara-suara yang berkata akan memukul dirinya. Masalah Keperawatan : Halusinasi pendengaran.
h.        Proses pikir : Klien dalam berbicara masih sesuai dengan topik pembicaraan. Masalah Keperawatan : tidak ada masalah.
i.          Isi pikir : Klien berbicara sesuai dengan realita yang ada saat ini pada dirinya. Masalah Keperawatan : perubahan proses pikir :tidak ada masalah.
j.          Tingkat kesadaran : Klien mengalami kebingungan, klien merasa tidak bebas didalam sel dan ingin segera cepat pulang. Klien tidak alami disorientasi : waktu, tempat dan orang. Masalah Keperawatan : tidak ada masalah.
k.        Memori : Klien dapat mampu mengingat kejadian jangka pendek dan panjang serta klien bercerita yang sesuai dengan kenyataan. Masalah Keperawatan : tidak ada masalah.
l.          Tingkat konsentrasi dan berhitung : Klien mampu untuk berkonsentrasi dan tidak ada masalah pada tingkat konsentrasi dan berhitung pasien. Masalah Keperawatan tidak ada masalah.
m.      Kemampuan menilai : Klien dapat memilih antara dua pilihan seperti mau mandi/makan dulu dan pasien mengambil keputusan mandi dulu baru makan. Masalah Keperawatan : tidak ada masalah.
n.        Daya tilik diri : Klien sadar bahwa dirinya sedang sakit dan sedang dirawat di RSJ. Masalah keperawatan : tidak da masalah.
9.         Mekanisme Koping
Klien mengatakan jika sedang mengalami masalah, klien sering menghindar dan mencoba mencari tempat yang tenang dan sering memendam masalah itu sendiri saja tanpa mau dibicarakan. Masalah Keperawatan : Koping individu tidak efektif.
10.     Pengetahuan
Klien dan keluarga tidak mengetahui tentang penyakit yang dideritanya serta bagaimana mengatasinya. Masalah Keperawatan : Kurang pengetahuan
11.     Aspek Medik
a.         Diagnosa : Psikotik Akut
b.        Terapi Medik     : CPZ 100 mg 1x1
  THP 2 mg 2x1
  HALO 1,5 mg 2x1
1)        Trihexiphenidil ( THP )
Adalah obat yang sering dipakai sebagai penyerta pemberian obat anti psikotik jenis fenothiasin dan butirofenol, karena kasiatnya merelaksasi otot polos dan anti  spasemodik.
Efek samping : mulut kering, pusing, padangan kabur, midriasis, photopobra, imnosia, konstipasi, mengantuk, retensi urine, pada susunan saraf pusat dapat terjadi bingung, agitasi, dilirium, manifestasi psikotik, euforik, reaksi sensitive glokuma parotitis.
2)        Haloporidol ( HLP ) memperkuat kerja CPZ
Indikasi : hedaya berat dalam kemampuan menilai realita fungsi kehidupan serta fungsi mental dan sindrom mania.
Mekanisme kerja : memblokade dafamin pada reseptor paska sinap neuron diotak khususnya disistem limbic dan ekstrapiramidal mengurangi reseptor supersivity, meningkatkan cholinergik muscarini aktiviti, menghambat cyclicamp dan phosthoinosities.
Efek samping : sedasi dan inhidisi psikomator, gangguan otonomik, hipotensi mucosa kering, kesulitan miksi dan defekasi, hidung tersumbat, mata kabur, TIO meningkat, gangguan irama jantung, ganguang ekstrapiramidal ( sindrom parkimson ), gangguan endokrin    ( pemakaian jangka panjang ).
Kontra indikasi : jantung, fibris tinggi, gangguan kesadaran ketergantungan alcohol.
3)        Chlorpromazyne ( CPZ ) antipsikotik rataialifatik
Indikasi :          hedaya berat dalam kemampuan menilai realita dan fungsi kehidupan sehari-hari serta fungsi mental.
B.       Analisa Data

NO
Tgl
Data Fokus
Masalah Keperawatan
1.
15 Mei 2012
Data Subjektif :
·     Klien mengatakan saya ada mendengar suara-suara yang bilang akan memukul dirinya
Data Objektif :
·     Klien tampak  gelisah.
·     Klien tampak mondar-mandir.
·     Klien tampak memandang terfokus kesatu arah.
·     Klien kadang-kadang tersenyum sendiri.
·     Klien kadang-kadang berbicara sendiri
·     Dari status klien, klien masuk karena perilaku kekerasan terhadap dirinya sendiri.
Risiko tinggi mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
2.
15 Mei 2012
Data Subjektif :
·     Klien mengatakan saya ada mendengar suara-suara yang bilang akan memukul dirinya
·     Klien mengatakan bila suara itu muncul saya berusaha untuk melawan dengan berteriak-teriak atau sembunyi dikamar.
·     Klien mengatakan saya mendengar suara itu sehari sekali.
Data obyektif
·     Klien tampak memandang terfokus kesatu arah.
·     Klien kadang-kadang menyendiri
Perubahan persepsi sensorik : halusinasi pendengaran.
1.         Diagnosa Keperawatan :
a.         Risiko tinggi mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan yang berhubungan dengan halusinasi dengar.
b.        Gangguan persepsi sensori : Halusinasi dengar yang berhubungan dengan menarik diri.
C.       Strategi Pelaksanaan Pertemuan Pertama
Nama Klien          : Tn. Y.A
Tanggal    : 16 Mei 2012
1.         Proses Keperawatan
a.         Kondisi Pasien
1)        Data Objektif :
a)         Klien tampak gelisah.
b)        Klien tampak tersenyum sendiri.
c)         Klien tampak melamun.
d)        Klien tampak jarang berkomunikasi dengan teman/perawat
e)         Klien tampak tidak dapat memulai pembicaraan.
2)        Data Subjektif :
a)         Klien mengatakan saya sering mendengar suara-suara yang bilang akan memukul dirinya.
b.        Diagnosa keperawatan
1)        Risiko tinggi mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan yang berhubungan dengan halusinasi pendengaran
c.         Tujuan Khusus
TUK 1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya
TUK 2 : Klien dapat mengenal halusinasinya
d.        Tindakan Keperawatan
TUK 1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya
1)        Bina hubungan saling percaya
a)         Salam terapeutik.
b)        Perkenalkan diri.
c)         Jelaskan tujuan interaksi.
d)        Ciptakan lingkungan yang tenang.
2)        Dorong dan beri kesempatan klien untk mengungkapkan perasaannya.
a)         Dengarkan ungkapan klien dengan empati.
TUK 2 : Klien dapat mengenal halusinasinya
1)        Adakan kontak sering dan singkat.
2)        Observasi perilaku (verbal dan non verbal) yang bersangkutan halusinasi.
3)        Bantu klien untuk mengenal halusinasinya.
4)        Diskusikan bersama klien tentang situasi yang menimbulkan,  waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi.
5)        Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi.
2.         Strategi Komunikasi
a.         Orientasi
1)        Salam terapeutik
“Selamat Pagi, pak ?”  “Nama saya Nurul Aulia Ramadhani, saya biasa dipanggil     Perawat Nurul!” “Nama bapak siapa ?”  “Lebih senangnya dipanggil siapa ?”  “Saya mahasiswa STIKES Yarsi Pontianak yang sedang praktek diruang Merak selama 5 hari mulai hari senin sampai jumat pukul 09.00-12.00.” “Saya disini bertujuan akan merawat bapak dan menyelesaikan masalah yang bapak alami disini”.
2)        Evaluasi/Validasi
“Bagaimana perasaan bapak hari ini ?” “tidurnya semalam nyenyak”
3)        Kontrak
a)         Topik :
“bapak Y bagaimana kita berbincang-bincang sebentar ?” “ Kita bisa saling berkenalan dan pak Y bisa menceritakan apa masalah yang sedang bapak  hadapi ”.
b)        Waktu :
“ bapak berapa lama waktu kita berbincang-bincang?” “bagaimana kalu 10 menit, pada jam 10.00-10.10
c)         Tempat :
“Dimana kita akan berbicara Bu D ?” “Bagaimana kita berbicara diruang makan saja ?”
d)        Tujuan interaksi : Agar klien dapat mengenal perawat dalam membina hubungan saling percaya dan klien dapat mengenal halusinasi yang dirasakannya.
4)        Fase Kerja
“Sudah Berapa lama pak Y dirawat disini?”
“Siapa yang membawa Pak Y kesini?”
“Siapa yang paling dekat dengan Pak Y?”
“Siapa yang biasanya datang kesini?”
“Apa yang menyebabkan pak Y dibawa kesini?”
“Sekarang coba ceritakan suara seperti apa yang pak D dengar?”
“Berapa kali sehari suara itu muncul ?”
“Suster percaya pak Y mendengar suara itu, tetapi teman-teman dan suster tidak mendengarnya, berarti hanya pendengaran pak Y saja dan ini disebut halusinasi”.
5)        Terminasi
a)         Evaluasi Subjektif : “Bagaimana perasaan bapak setelah kita berkenalan dan berbincang-bincang hari ini ?”
b)        Evaluasi Perawat (Objektif) : “Dapatkah bapak Y ulangi lagi siapa nama saya dan asal sekolah saya ?” “Adakah yang masih ingin disampaikan kepada saya, ibu D ?”
c)         Tindak Lanjut : “Sekarang cukup sekian kita berbincang-bincangnya, bapak boleh istirahat dulu, saya harap pak Y dapat mengingat nama dan asal sekolah saya, besok kita bertemu lagi”.
d)        Kontrak Yang Akan Datang :
·           Topik  : “Bagaimana besok kita berbicara tentang pengendalian suara-suara yang pak Y dengar?”
·           Waktu : “Pak Y maunya jam berapa untuk besok hari kita bertemu ?” “Bagaimana kalau 10.00-10.10 WIB.
·           Tempat : “Apakah pak Y mau ditempat yang sama untuk besok kita berbincang-bincang ?”
D.      Strategi Pelaksanaan Pertemuan Kedua
Nama Klien          : Tn. Y.A
Tanggal                : 17 Mei 2012
1.         Proses Keperawatan
a.         Kondisi Pasien
1)        Data Objektif :
a)         Klien tampak gelisah.
b)        Klien tampak mulai tenang.
c)         Klien tampak rapi.
d)        Klien tampak bisa menyebutkan nama perawat.
e)         Klien tampak berbicara dengan temannya.
f)         Klien mau menyebutkan isi, situasi yang menimbulkan halusinasi.
2)        Data Subjektif :
a)         Klien mengatakan “Suara itu membisikan kepada saya , bahwa akan memukul saya”.
b)        Klien mengatakan “Saya sangat terganggu dengan suara itu dan membuat saya takut”.
b.        Diagnosa keperawatan
Risiko tinggi mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan yang berhubungan dengan halusinasi pendengaran
c.         Tujuan Khusus
TUK 3 : Klien dapat mengontrol halusiansinya
d.        Tindakan Keperawatan
1)        Identifikasi bersama klien tindakan/cara yang biasa dilakukan bila terjadi halusinasi.
2)        Diskusikan manfaat cara yang digunakan klien, jika bermanfaat beri pujian.
3)        Diskusikan cara baru untuk menulis/mengontrol halusinasinya.
4)        Bantu klien memilih dan melatih cara memutus halusinasi secara bertahap.
5)        Beri kesempatan untuk melakukan cara yang telah dilatih.
6)        Anjurkan klien untuk mengikuti TAK
2.           Strategi Komunikasi
a.         Orientasi
1)        Salam terapeutik
“Selamat Pagi, Pak Y?” “Bagaimana tadi malam bisa tidur nyenyak?”
2)        Evaluasi/Validasi
“Bagaimana Pak Y, Apakah masih ingat pembicaraan yang kita bicarakan kemarin ?”
“Masih terasa suara-suara yang Pak Y dengar hari ini ?”
“Ada yang ingin disampaikan Pak Y dengan masalah pembicaraan kita kemarin ?”
3)        Kontrak
·           Topik : “Sesuai dengan janji kita kemarin, kita berdua akan membicarakan tentang cara mengendalikan atau mengontrol halusinasi pendengaran yang Pak Y rasakan ?”
·           Waktu : “Kemarin kita sepakati,hanya 10 menit saja pada jam 10.00 WIB”,“bagaimana  Pak Y bisa ?”
·           Tempat : “Bagaimana kalau kita berbincang-bincang diruang tunggu saja saja ?”
·           Tujuan interaksi : Mengetahui halusinasi yang dirasakan oleh klien dan membantu klien untuk lebih mengenal halusinasi yang dirasakannya.
4)        Fase Kerja
“ Pak Y kemarin  katakan suara itu muncul saat pak Y sendirian ?”
“Apa yang  lakukan  bapak bila suara itu muncul agar hilang dari pendengaran bapak ?”
“Apakah pak Y pernah mencoba untuk mengatakan kepada suara itu seperti  “pergi sana, saya tidak mau dengar kamu!”  ataupun mencoba untuk berbicara dengan teman dan keluarga atau juga dengan melakukan kegiatan lainnya ?”
“Menurut pak Y cara yang paling baik yang pernah dicoba untuk mengusir suara-suara itu seperti apa ?”
“Iya itu benar, dengan sholat atau juga dengan berbicara dengan orang lain menghilangkan suara itu, pak Y saya harap untuk bisa mencoba terus ?”
5)        Terminasi
·           Evaluasi Subjektif : “Bagaimana perasaan bapak setelah kita berbicara tentang pengendalaian halusinasi yang pak Y rasakan?”
·           Evaluasi Perawat (Objektif) :
“Coba Pak Y  ungkapkan lagi cara pak Y untuk bisa mengontrol halusinasi yang dirasakan ?”
“Ada yang masih dirasakan ragu atau ingin disampaikan oleh pak Y kepada saya selama perbincangan ini ?”
·           Tindak Lanjut : “Saya harap pak Y bila mendengar suara itu lagi dapat bisa menggunakan pengendalian halusinasi yang pak Y telah pilih dalam diskusi kita tadi ?”
6)        Kontrak Yang Akan Datang :
·           Topik  : “Bagaimana besok kita berbincang-bincang tentang manfaat obat yang Pak Y minum setiap hari ?”
·           Waktu : “Pak Y maunya jam berapa untuk besok hari kita bertemu ?” “Bagaimana kalau 10.40-10.50 WIB, pak Y bisa?”
·           Tempat : “Apakah Pak Y mau ditempat yang sama untuk besok kita berbincang-bincang diruang makan?”
E.       Strategi Pelaksanaan Pertemuan Ketiga
Nama Klien          : Nn. R.D
Tanggal                : 17 Mei 2012
1.         Proses Keperawatan
a.         Kondisi Pasien
1)        Data Objektif :
a)         Klien tampak tenang.
b)        Klien tampak mulai berbicara dengan temannya.
c)         Klien tampak mengisi waktu kosongnya dengan menonton televisi.
2)        Data Subjektif :
a)         Klin mengatakan “Saya bila suara itu muncul biasanya menyendiri dikamar”.
b)        Klien mengatakan “Saya pernah mencoba untuk mengusir suara itu dengan berkata saya tidak dengar kamu” ,“tetapi suara itu selalu datang dan akhirnya saya berteriak dan kadang menyakiti diri saya”.
c)         Klien mengatakan “Selama perawatan di rumah sakit saya kenal orang lain lebih banyak”.
b.        Diagnosa keperawatan
Risiko tinggi mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan yang berhubungan dengan halusinasi pendengaran
c.         Tujuan Khusus
TUK 5    : Klien  dapat memanfaatkan obat dengan baik
d.        Tindakan Keperawatan
1)        Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang dosis, frekuensi dan manfaat obat.
2)        Anjurkan klien meminta sendiri obat pada perawat.
3)        Anjurkan klien bicara dengan dokter tentang efek samping obat yang dirasakan.
4)        Diskusikan akibat berhenti minum obat.
5)        Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar obat, benar pasien, benar dosis, benar cara dan benar waktu).
2.         Strategi Komunikasi
a.         Orientasi
1)        Salam terapeutik
“Selamat siang pak Y ?” “bagaimana perasaannya siang ini ?”
2)        Evaluasi/Validasi
“Bagaimana pak Y masih mendengar suara-suara seperti kemarin ?”
“masih ingat dengan pembicaraan kita kemarin ?”
3)        Kontrak
a)         Topik : “Hari ini kita akan berbincang-bincang tentang manfaat obat yang Pak Y minum”.
b)        Waktu : “Berapa lama waktu yang pak Y inginkan untuk pembicaraan kita?” “Bagaimana kalau 10 menit saja dari jam 10.00-10.10 WIB,bisakan ?”
c)         Tempat :  “Bagaimana kita berbicara diruang makan saja ?”
d)        Tujuan interaksi : Agar klien dapat mengenal dan mengerti manfaat penggunaan obat yang benar.
4)        Fase Kerja
“Kira-kira pak Y tahu tidak ada berapa macam warna obat yang pak Y minum setiap hari ?”
“Pak Y setiap harinya minum obat berapa kali ?”
“Setelah minum obat apa yang pak Y rasakan ?”
“Pak Y kira-kira tahu tidak efek samping dari obat jika diminum berlebihan ?”
“Apakah pak Y pernah berhenti obat tanpa terlebih dahulu berkonsultasi dengan dokter ?”
“Apa yang pak Y rasakan saat berhenti minum obat tanpa berkonsultasi dengan dokter ?”
“Saya akan memberitahukan kepada ibu cara minum obat yang benar, pertama-tama lihat benar tidaknya obat yang kita akan minum lalu perhatikan dosisnya, utntuk siapa obat yang akan diminum, kemudian cara dan waktu meminum obat itu”.
5)        Terminasi
a)         Evaluasi Subjektif : “Bagaimana perasaan pak Y setelah kita berbincang-bincang dengan topik manfaat obat hari ini ?”
b)        Evaluasi Perawat (Objektif) :
“Coba pak Y ulang kembali manfaat dari meminum obat-obatan dan cara yang benar meminum obat !”
“Adakah yang masih ingin pak Y tanyakan tentang pembicaraan kita hari ini ?”
c)         Tindak Lanjut :
“Bagus sekali bapak bisa mengulang kembali manfaat obat-obatan dan cara minum obat yang benar.”
“Saya harap pak Y dapat mengingat pembicaraan kita selama ini dan bapak terus teratur dalam menjalani pengobatan.”
6)        Kontrak Yang Akan Datang :
“Sesuai dengan janji kita, hari ini cukup sekian, bila ada yang ingin disampaikan saya  masih berada disini selama 2 hari, saya harap bapak dapat bisa menjalani hasil pembicaraan kita selama ini”
Daftar Pustaka

Keliat, Budi Anna, 1999, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Jakarta, EGC.
Keliat, Budi Anna, 1998, Gangguan Konsep Diri Pada Klien Gangguan Fisik             di Rumah sakit Umum, Jakarta, FKUI.
Kumpulan-Kumpulan Materi Perkuliah Mata Ajar keperawatan Jiwa, 2005 STIKES Banten, Tangerang.
Rasmun, 2000, Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi Dengan Keluarga, Jakarta, CV. Agung Seto.
Stuart, G.W and Sundeen SJ, 1987,Principle and Practice of Psyciatri, St. Louis, The CV. Mosby Company.
Townsend, Mary C, 1998, Buku Saku Diagnosa Keperawatan Psikiatri, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran (EGC)