Resiko Bunuh Diri


BAB I
PENDAHULUAN

A.                LATAR BELAKANG
Depresi merupakan masalah kesehatan jiwa yang utama.hal ini amat penting karena orang dengan depresi produktivitasnya akan menurun dan ini amat buruk akibatnya bagi suatu masyarakat,bangsa dan negara yang sedang membangun. Orang yang mengalami depresi adalah orang yang amat menderita. Depresi adalah penyebab utama tindakan bunuh diri.(Hawari,2001,hal.85)
Bunuh diri merupakan masalah yang sering terjadi di dunia yang sangat mengancam sejak tahun 1958 dari 100.000 penduduk jepang 25 orang diantaranya meninggal akibat bunuh diri. Sedangkan untuk Negara Austria,Denmark,inggris,rata-rata 23 orang. Urutan pertama diduduki jerman dengan angka 37 orang per 100.000 penduduk. Di amerika tiap 24 menit seorang meninggal akibat bunuh diri dan setiap tahunnya 30.000 orang meninggal akibat bunuh diri. Jumlah usaha bunuh diri yang sebenarnya adalah 10 kali lebih besar dari angka tersebut,tetapi cepat tertolong kini yang menghawatirkan trend bunuh diri mulai tampak meningkat terjadi pada anak-anak dan remaja.(Yosep,2009,hal.128)
perawat ataupun tenaga kesehatan lain hendaknya memberikan saran, motivasi bahkan cara yang dapat meminimalkan dan bahkan mencegah terjadinya bunuh diri pada klien sehingga klien dapat menyalurkan kemarahannya pada tempat dan situsai yang benar dan positif sehingga tidak membahayakan pasien sendiri. Perawat juga bisa memberikan aktivitas ataupun kegiatan yang dapat mengurangi dari tingkat depresi dan resiko bunuh diri klien sehingga hal-hal yang tidak diinginkan tidak terjadi. Oleh sebab itulah peran dari setiap aspek dan orang terdekat klien sangat berpengaruh pada timbulnya resiko bunuh diri yang dilakukan oleh klien.




B.                 TUJUAN PENULISAN
1.      Umum
Mahasiswa mampu mengetahui tentang konsep atau teoritis dari resiko bunuh diri
2.      Khusus
Setelah membaca makalah ini, mahasiswa diharapkan mampu memahami:
a.       Menjelaskan tentang konsep dasar depresi serta hubungannya dengan resiko bunuh diri
b.      Menjelaskan tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan resiko bunuh diri


C.       METODE PENULISAN
Metode yang dipakai dalam penyusunan makalah ini yaitu dengan referensi buku-buku yang berkenaan dengan keperawatan jiwa khususnya resiko bunuh diri.

D.      SISTEMATIKA PENULISAN
BAB I    : Pendahuluan yang terdiri atas : latar belakang, tujuan penulisan  metode penulisan, sistematika
BAB II       :  Tinjauan teoritis tentang resiko bunuh diri dan asuhan keperawatan dari resiko   bunuh diri
BAB III     :   Aplikasi  tindakan keperawatan pada pasien dengan resiko bunuh diri
BAB VI     :  Penutup yang terdiri dari : kesimpulan dan saran
Daftar Pustaka







BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A.    KONSEP DASAR DEPRESI
1.      Pengertian
Depresi adalah salah satu gangguan jiwa pada alam perasaan ( afektif, mood) yang di tandai dengan kemurungan, kesedihan, kelesuan, kehilangan gairah hidup, tidak ada semangat, dan merasa tidak berdaya, perasaan bersalah atau berdosa, tidak berguna dan putus asa. (Yosep, 2010, hal 101)
Depresi adalah keadaan emosional yang dicirikan dengan kesedihan, berkecil hati, perasaan bersalah, penurunan harga diri, ketidakberdayaan, dan keputusasaan. (Isaacs ,2004 ,hal 121).
Depresi adalah suatu jenis gangguan alam perasaan atau emosi yang disertai komponen psikologik : rasa susah, murung, sedih, putus asa, dan tidak bahagia, serta momponen somati : anoreksia, kostipasi, kulit lembab (rasa dingin), tekanan darah dan denyut nadi menurun. Depresi adalah salah satu bentuk gangguan jiwa pada alam perasaan (afektif, mood). (Hidayat, 2008, 275)

2.      Proses terjadinya depresi
Menurut Yosef, 2010, hal 275 proses terjadinya masalah pada klien depresi biasanya diawali dari persepsinya yang negatif terhadap stressor. Klien menggangap masalah sebagai sesuatu yang buruk.


























Rounded Rectangle: stressor
Rounded Rectangle: Accumulation of stressor











 











3.      Faktor penyebab depresi
Menurut Yosef, 2010, hal 276-277, depresi disebabkan oleh banyak faktor antara lain : faktor heriditer dan genitik, faktor konstitusi, faktor kepribadian pramoebid, faktor fisik, faktor psikobiologi, faktor neurologik, faktor biokimia dalam tubuh, faktor keseimbangan elektrolit dan sebagainya. Pada keluarga yang salah satu orang tuanya mengalami depresi akan berpeluang 10-15 % untuk memiliki anak yang akan menderita depresi dikemudian hari.
Ciri ciri orang yang mudah mengalami depresi
a.       Mereka sukar merasa bahagia, mudah cemas, gelisah dan khawatir, irritable, tegang dan agitatif.
b.      Mereka kurang percaya diri, rendah diri, mudah mengalah dan lebih senang berdamai untuk menghindari konflik dan kinfrontasi, merasa gagal dalam usaha atau sekolah, lamban, lemah, lesu atau sering mengeluh sakit ini dan itu.
c.       Pengendalian dorongan dan impuls terlalu kuat, menarik diri, lebih suka menyisih, sulit ambil keputusan, enggan bicara, pendiam dan pemalu, menjaga jarak dan menghindari keterlibatan dengan orang lain.
d.      Suka mencela, mengkritik, menyalahkan orang lain atau menggunakan mekanisme pertahanan penyangkalan.
4.      Tanda dan gejala
Menurut Yusuf, 2010, hal 277, berdasarkan data subyektif bahwa klien tidak mampu mengutarakan pendapat dan malas bicara. Sering mengemukakan keluhan somatik seperti : nyeri abdomen dan dada, anoreksia, sakit punggung, pusing. Merasa dirinya sudah tidak bergunja lagi, tidak berarti, tidak ada tujuan hidup, merasa putus asa.
Sedangkan berdasarkan data objektif menunjukkan bahwa gerak tubuh klien terhambat, pasien tampak malas, lelah, tidak ada nafsu makan, sukar tidur dan sering menangis.
Menurut Hidayat, 2008, hal 277, depresi ditandai dengan gejala sebagai berikut :
a.       Kemurungan, kesedihan, kelesuhan, kehilangan gaya hidup, tidak ada semangat dan merasa tidak berdaya.
b.      Merasa bersalah atau berdosa, tidak berguna dan putus asa.
c.       Nafsu makan dan berat badan menurun.
d.      Gangguan tidur (sulit tidur atau tidur berlebihan) disertai mimpi-mimpi yang tidak menyenangkan, misalnya memimpikan orang yang telah meninggal.
e.        daya ingat menurun.
f.       Agitasi atau retardasi motorik (gelisah atau perlambatan gerak motorik).
g.      Hilang perasaan senang, semangat dan minat meninggalkan hobby.
h.      Kreatifitas dan produktifitas menurun.
i.        Gangguan hubungan seksual (libido menurun).
j.        Timbunya pikiran-pikiran tentang kematian dan bunuh diri.
5.          Jenis depresi
Menurut Isaacs, 2004, hal 121, depresi terbagi menjadi menjadi 3 yaitu terdiri dari :
a.         Unipolar
Adalah gangguan mood hanya depresi tanpa mania.
b.        Bipolar
Gangguan mood dimana gejala-gejala mania telah terjadi paling sedikt satu kali; dapat terjadi satu episode depresi, dapat juga tidak.
c.         Gangguan depresi mayor
Dicirikan dengan sedikitnya 2 minggu depresi mood atau kehilangan minat terhadap kesenangan dan aktivitas.

Menurut Cass, 1998, hal 87, dalam penelitiannya mengemukakan bahwa 1dari 5 orang, pernah mengalami depresi dalam kehidupannya. Selanjutnya ditemukan bahwa 5%-15% dari pasien-pasien depresi melakukan bunuh diri setiap tahun. Sehingga dapat ditemukan bahwa penyebab utama orang yang beresiko bunuh diri adalah orang yang tidak dapat mengatasi depresi yang telah ia alami.

B.     KONSEP DASAR BUNUH DIRI
Faktor yang mempengaruhi bunuh diri menurut psikolog dari benefit Strategic HRD Hj. Rooswita mengatakan, “ depresi berat menjadi penyebab utama. Depresi timbul, karena terus menerus  mendapat tekanan, permasalahan kian menumpuk dan pada puncaknya memicu keinginan bunuh diri.”
1.      Pengertian
Bunuh diri merupakan tindakan yang secara sadar dilakukan oleh pasien untuk mengakhiri hidupnya. (Keliat, 2009, hal. 180).
Bunuh diri merupakan suatu upaya yang disadari dan bertujuan untuk mengakhiri kehidupan, individu secara sadar berupaya melaksanakan hasratnya untuk mati. Perilaku bunuh diri meliputi isyarat-isyarat, percobaan atau ancaman verbal, yang akan mengakibatkan kematian, luka, atau menyakiti diri sendiri. (Clinton, 1995, hal. 262).
Bunuh diri secara tradisional dipahami sebagai kegiatan mengakhiri kehidupan. Bantuan dalam melakukan bunuh diri sangat berarti. Misalnya menyediakan obat atau senjata. Tersedia untuk pasien sesuai dengan tujuan pasien. Pasien yang secara fisik mampu, akan melakukan kegiatan utuk mengakhiri hidupnya sendiri. (Taylor, 1997, hal 790).
Bunuh diri adalah menimbulkan kematian sendiri, upaya bunuh diri adalah sengaja melakukan kegiatan tersebut. Isyarat bunuh diri adalah bunuh diri yang direncanakan untuk usaha mempengaruhi perilaku orang lain. Ancaman bunuh diri adalah suatu peringatan baik secara langsung atau tidak langsung, verbal atau non verbal bahwa seseorang sedang mengupayakan bunh diri. (Sundeen, 1995, hal 866).
Menurut Maramis, 1992, hal 289 bunuh diri adalah segala perbuatan dengan tujuan untuk membinasakan dirinya sendiri dan dengan sengaja dilakukan oleh sesorang yang tahu akan akibatnya yang mungkin pada waktu yang singkat.


2.      Tahapan pada bunuh diri
Menurut Keliat, 2009, hal. 180, Tahapan bunuh diri terdapat tiga macam perilaku bunuh diri, yakni sebagai berikut;
a.       Isyarat bunuh diri
Isyarat bunuh diri ditunjukan dengan berperilaku secara tidak langsung ingin bunuh diri, misalnya dengan mengatakan, “tolong jaga anak-anak saya karena saya akan pergi jauh!” atau “segala sesuatu akan lebih baik tanpa saya.”
Dalam kondisi ini pasien mungkin sudah mempunyai ide untuk mengakhiri hidupnya, tetapi tidak disertai dengan ancaman dan percobaan bunuh diri. Pasien umumnya mengungkapkan perasaan seperti rasa bersalah, sedih, marah, putus asa, atau tidak berdaya. Pasien juga mengungkapkan hal-hal negative tentang diri sendiri yang menggambarkan harga diri rendah.
b.      Ancaman bunuh diri
Ancaman bunuh diri umumnya diucapkan oleh pasien, berisi keinginan untuk mati disertai oleh rencana untuk mengakhiri kehidupan dan persiapan alat untuk melaksanakan rencana tersebut. Secara aktif pasien telah memikirkan rencana bunuh diri, tetapi tidak disertai dengan percobaan diri.
Walaupun dalam kondisi ini pasien belum pernah mencoba bunuh diri, pengawasan ketat harus dilakukan. Kesempatan sedikit saja dapat dimanfaatkan pasien untuk melaksanakan rencana bunuh dirinya.
c.       Percobaan bunuh diri
Percobaan bunuh diri adalah tindakan pasien mencederai atau melukai diri untuk mengakhiri kehidupannya. Pada kondisi ini, pasien aktif mencoba bunuh diri dengan cara gantung diri, minum racun, memotong urat nadi, atau menjatuhkan diri dari tempat yang tinggi.
3.      Jenis bunuh diri
Menurut Yosep, 2010, hal 139, ada beberapa jenis – jenis dari bunuh diri yaitu ;
a.       Anomik
Bunuh diri yang diakibatkan factor stress dan juga akibat tekanan ekonomi. Factor lingkungan yang penuh tekanan (stress full) seperti saat ini, tampaknya berperan dalam  mendorong orang untuk bunuh diri. Kemungkinan terjadinya bunuh diri anomik ini tidak bisa diprediksikan.
b.      Altruistic
Bunuh diri altruistic berkaitan dengan kehormatan seseorang, kemungkinan bunuh diri bisa timbul karena gagal dalam melakukan suatu pekerjaan, ataupun karena kejadian-kejadian lain yang berpengaruh pada kehormatan seseorang.

c.       Egoistic
Jenis egoistic ini kecenderungannya semakin meningkat walaupun termasuk jenis yang mudah di prediksi, perkiraan tersebut bisa dikenali dari cirri kepribadian serta respon seseorang terhadap kegagalan. Orang ini umumnya suka meminta perhatian untuk eksistensi dirinya dan sangat tergantung pada orang lain.

4.      Respons protektif-diri dan perilaku bunuh diri
Perilaku destruktif-diri yaitu setiap aktivitas yang jika tidak dicegah dapat mengarah kepada kematian. Aktivitas ini dapat diklasifikasikan sebagai langsung atau tidak langsung. Perilaku destruktif-diri langsung mencakup setiap bentuk aktivitas bunuh diri. Niatnya adalah kematian, dan individu menyadari hal ini sebagai hasil yang diinginkan. Lama perilaku berjangka pendek. (stuart,2006, hal 226)
Perilaku destruktif-diri tidak langsung meliputi setiap aktivitas yang merusak kesejahteraan fisik individu dan dapat mengarah kepada kematian. Individu tersebut tidak menyadari tentang potensial terjadi kematian akibat perilakunya dan biasanya akan menyangkal apabila dikonfrontasi. Durasi perilaku ini biasanya lebih lama daripada perilaku bunuh diri.
Rentang respons protektif-diri mempunyai peningkatan diri sebagai respons paling adaptif, sedangkan perilaku destruktif-diri tidak langsung, pencederaan diri dan bunuh diri merupakan respons mal adaptif. (Stuart, 2006, hal 227)







 



Respons adaptif                                                                                                Respons maladaptif














Bunuh Diri
 


 







5.      Faktor Predisposisi
Menurut Stuart, 2006, hal. 228, lima domain faktor predisposisi yang menunjang pemahaman perilaku destruktif diri sepanjang siklus kehidupan  adalah :
a.       Diagnosis psikiatri
Lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri mengalami gangguan jiwa. Tiga gangguan jiwa yang membuat individu beresiko untuk bunuh diri yaitu gangguan alam perasaan, penyyalah gunaan zat, dan skizofrenia
b.      Sifat kepribadian
Tiga aspek kepribadian yang berkaitan erat dengan peningkatan risiko bunuh diri adalah rasa bermusuhan, implusif, dan depresi.
c.       Lingkungan psikososial
Baru mengalami kehilangan, perpisahan atau perceraian, kehilangan yang dini dan berkurangnya dukungan sosisal merupakan faktor penting yang berhubungan dengan bunuh diri.
d.      Riwayat keluarga
Riwayat keuarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan faktor resiko penting untuk perilaku destruktif diri.
e.       Faktor biokimia
Data menunjukan bahwa proses yang dimediasi serotonin, opiat, dan dopamine dapat menimbulkan perilakuu destruktif diri. (Stuart, 2006, hal 228)
6.      Stresor pencetus
Perilaku destruktif diri dapat ditimbulkan oleh stress yang berlebihan dialami individu. Pencetusnya seringkali berupakejadian kehidupn yang memalukan, seperti masalah interpersonal, dipermalukan di depan umum, kehilangan pekerjaan atau ancaman pengurungan. Selain itu, dengan mengetahui seseorang yang mencoba atau melakukan bunuh diri atau terpengaruh media untuk bunuh diri, juga dapat membuat individu semkin rentan untuk melakukan perilaku destruktif-diri. (Stuart, 2006, hal 229)


7.      Penilaian stressor
Upaya bunuh diri tidak mungkin diprediksikan pada setiap tingkat yang bermakna. Oleh karena itu, perawat harus mengkaji faktor risiko bunuh diri yang diketahui pada setiap individu dan menentukan makna setiap elemen ini terhadap potensial perilaku bunuh diri. (Stuart, 2006, hal 229)
8.      Sumber koping
Pasien dengan penyakit kronik, nyeri atau penyakit yang mengancam kehidupan dapat melakukan perilaku destruktif diri. Seringkali pasien ini secara sadar memilih untuk bunuh diri. Kualitas hidup menjadi isu yang mengesampingkan kuantitas hidup. Dilemma etis mungkin timbul bagi perawat yang menyadari pilihan pasien untuk berperilaku merusak diri. Tidak mudah untuk menjawab bagaimana mengatasi konflik ini. Perawat harus menjawabnya sesuai dengan system keyakinannya sendiri. (Stuart, 2006, hal 230)
9.      Mekanisme koping
Mekanisme koping adalah segala usaha yang diarahkan untuk menanggulangi stress. Usaha ini dapat berorientasi pada tugas dan meliputi usaha pemecahan masalah langsung. Dari sudut kedokteran dapat dikemukakan bahwa setidak-tidaknya orang yang hendak melakukan bunuh diri egoistic atau anomik berada dalam keadan patologis. Mereka semua mengalami gangguan fungsi mental yang bervariasi dari yang ringan sampai yang berat.
Menurut Stuart, 2006, hal.230, mekanisme pertahanan ego yang berhubungan dengan  perilaku destruktif diri tidak langsung adalah :
1)      Penyangkalan, mekanisme koping yang paling menonjol
2)      Rasionalisme
3)      Intelektualisasi
4)      Regresi





C.        ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN RESIKO BUNUH DIRI
1.      Pengkajian
Asuhan keperawatan tingkah laku bunuh diri difokuskan pada pencegahan bunuh diri. Pencegahan dapat dicapai karena semua individu ambivalen terhadap hidup dan tidak ada seratus persen ingin mati. Pengkajian tingkah laku bunuh diri termasuk aplikasi observasi melekat dan keterampilan mendengar untuk mendeteksi tanda spesifik, rencana yang spesifik. (Krisanty dkk,2009, hal. 293)
Menurut Hasson dalam buku Krisanty dkk,2009, hal. 293, hal utama yang perlu dikaji adalah tanda dan gejala yang dapat menentukan tingkat resiko dan tingkah laku bunuh diri. Untuk ini ada beberapa pendapat dan petunjuk yang dapat dipilih oleh perawat, sebagai berikut :
No
Perilaku atau gejala
Intensitas Resiko
Rendah
Sedang
Tinggi
1.
Cemas
Rendah
Sedang
Tinggi atau panic
2.
Depresi
Rendah
Sedang
Berat
3.
Isolasi menarik diri
Perasaan depresi yang samar, tidak menarik diri
Perasaan tidak berdaya, putus asa, menarik diris
Tidak berdaya, putus asa, menarik diri, protes pada diri
4.
Fungsi sehari – hari
Umumnya baik pada semua aktivitas
Baik pada beberapa aktivitas
Tidak baik pada semua aktivitas
5.
Sumber – sumber
Beberapa
Sedikit
Kurang
6.
Strategi koping
Umumnya konstruktif
Sebagian konstruktif
Sebagian besar destruktif
7.
Orang penting / dekat
Beberapa
Sedikit atau hanya satu
Tidak ada
8.
Pelayanan psikiatri
Tidak, sikap positif
Ya, umumnya memuaskan
Bersikap negative terhadap pertolongan

2.      Diagnosa Keperawatan Pada Pasien dengan Resiko Bunuh Diri
Menurut Yosef, 2010, 277, diagnosa keperawatan yang dapat diangkat dengan pasien resiko bunuh diri yaitu :
a.       Resiko Bunuh Diri.
b.      Resiko mencederai diri.
c.       Resiko Perilaku Kekerasan.
d.      Resiko mutilasi diri.

3.      Perencanaan
a.       Berdasarkan Wilkinson, 2006, hal 442 : resiko mutilasi
1)      bantuan dalam pengendalian marah : fasilitasi pengungkapan rasa marah dengan cara yangt adaptif.
2)      Manajemen perilaku : membahayakan diri : bantu pasien untuk menurunkan atau menghilangkan mutilasi atau penganiayaan diri
3)      Manajemen lingkungan, keamanan : pantau dan manipulasi lingkungan fisik untuk meningkatkan keamanan.
b.      Berdasarkan Wilkinson, 2006, hal 562 : resiko membahayakan orang lain
1)      bantuan dalam pengendalian marah : rasa marah dengan perilaku selain kekerasan yang adaptif.
2)      Pengelolaan lingkungan : pencegahan kekerasan : memantau dan memanipulasi lingkungan fisik, untuk menurunkan potensi perilaku kekerasan terhadap diri sendiri, orang lain atau lingkungan.



















STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)
HARGA DIRI RENDAH KRONIS

A.    PROSES KEPERAWATAN
1.      Kondisi
-          DS :
o   menyatakan ingin bunuh diri / ingin mati saja, tak ada gunanya hidup
o   menyatakan putus asa dan tak berdaya, tidak bahagia, tak ada harapan
-          DO :
o   Tatapan mata pasien kosong
o   Tampak sedih, mudah marah, gelisah, tidak dapat mengontrol impuls.
2.      Diagnosa Keperawatan
Resiko Bunuh diri
3.      Tujuan
-          Tujuan Umum
Klien tidak melakukan percobaan bunuh diri
-          Tujuan Khusus
o   Klien dapat membina hubungan saling percaya
o   Klien dapat terlindung dari perilaku bunuh diri
o   Klien dapat mengekspresikan perasaannya
o   Klien dapat menggunakan koping yang adaptif
4.      Intervensi
a.       Mendiskusikan tentang cara mengatasi keinginan bunuh diri, yaitu dengan meminta bantuan dari keluarga atau teman.
b.      Meningkatkan harga diri pasien, dengan cara:
o   Memberi kesempatan pasien mengungkapkan perasaannya.
o   Berikan pujian bila pasien dapat mengatakan perasaan  yang positif.
o   Meyakinkan pasien bahwa dirinya penting.
o   Membicarakan tentang keadaan yang sepatutnya disyukuri oleh pasien.
o   Merencanakan aktifitas yang dapat pasien lakukan.
c.       Meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah, dengan cara :
o  Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalahnya.
o  Mendiskusikan dengan pasien efektifitas masing-masing cara penyelesaian  masalah.
o  Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalah yang lebih baik.

B.     STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)
1.      Orientasi
a.       Salam terapeutik
o   Mengucapkan salam
o   Memperkenalkan diri dan mengajak berkenalan
o   Menyampaikan tujuan pertemuan, yaitu bercakap-cakap untuk mendiskusikan masalah yang dihadapi pasien
b.      Validasi
o   Menanyakan bagaimana perasaan pasien saat ini
o   Menanayakan alasan masuk ke Rumah Sakit
o   Validasi untuk semua Masalah Keperawatan (MK)
c.       Kontrak
o   Topik
Mengajak bercakap-cakap tentang kemampuan dan kegiatan yang pernah dilakukan
o   Tempat
Ruang Tamu
o   Waktu
Pukul 10.00 – 10.20 (20 menit)

2.      Kerja (SP I)
o   Mengidentifikasi benda-benda yang dapat membahayakan pasien.
o   Mengamankan benda-benda yang dapat membahayakan pasien.
o   Melakukan kontrak treatment.
o   Mengajarkan cara mengendalikan dorongan bunuh diri.
o   Melatih cara mengendalikan dorongan bunuh diri.



3.      Terminasi
a.       Evaluasi
o   Subyektif        : Menanyakan perasaan pasien setelah bercakap- bercakap.
o   Obyektif          :   Meminta klien menceritakan kembali apa yang telah  didapat dan didiskusikan
b.      Rencana Tindak Lanjut
Menganjurkan klien melakukan kemampuan pertama sesuai jadwal yang dibuat
c.       Kontrak
o   Topik
Bercakap-cakap tentang melatih kemampuan kedua
o   Tempat
Ruang Tamu
o   Waktu
Pukul 10.00 – 10.20 (20 menit)












BAB IV
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Depresi merupakan keadaan emosional yang dicirikan dengan kesedihan,berkecil hati,perasaan bersalah,penurunan harga diri,ketidakberdayaan dan keputusasaan. Depresi merupakan penyebab terjadinya seseorang melakukan bunuh diri. Bunuh diri akan terjadi apabila seseorang yang mengalami depresi tidak ditanggani dengan baik,bunuh diri merupakan tindakan yang secara sadar dilakukan oleh pasien untuk mengakhiri kehidupannya.
Sebagai perawat ataupun tenaga kesehatan lain hendaknya memberikan saran, motivasi bahkan cara yang dapat meminimalkan dan bahkan mencegah terjadinya bunuh diri pada klien sehingga klien dapat menyalurkan kemarahannya pada tempat dan situsai yang benar dan positif sehingga tidak membahayakan pasien sendiri. Perawat juga bisa memberikan aktivitas ataupun kegiatan yang dapat mengurangi dari tingkat depresi dan resiko bunuh diri klien sehingga hal-hal yang tidak diinginkan tidak terjadi. Oleh sebab itulah peran dari setiap aspek dan orang terdekat klien sangat berpengaruh pada timbulnya resiko bunuh diri yang dilakukan oleh klien.
B.     Saran
a.)    Perawat
Perawat harus memahami tentang depresi serta yang hubungannya dengan resiko bunuh diri untuk dapat membantu pasien dalam menangani masalah tersebut agar perawat lebih bersikap empati terhadap klien.perawat dapat melakukan pendekatan kepada klien serta mengajak klien beraktivitas agar klien tidak terus menurus mengalami depresi dan ingin melakukan bunuh diri.

b.)    Keluarga
Jika anggota keluarga hadir, klinisi dapat memutuskan untuk melibatkan mereka di dalam rencana pengobatan klien.keluarga sebaiknya memiliki waktu untuk berbicara dengan klien jangan membiarkan klien untuk sendirian jika klien dirawat dirumah dan berikan obat yang sudah diberikan dokter,serta tidak mendekatkan alat-alat yang membahayakan klien.
c.)    Masyarakat
Sebaiknya masyarakat memahami dan dapat bersikap yang baik kepada klien yang berfikir macam-macam, kita dapat memberlakukannya sebaik-baiknya jangan menjauhinya.