BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dengan berkembangnya teknologi maka manusia harus dituntut untuk berkembang dengan kemajuan teknologi saat ini.seseorang atau individu itu sendiri harus mampu mengikuti perkembangan tersebut dengan kemampuan dan support system dalam beradaptasi. Karena akan banyaknya timbul stressor yang berasal dari lingkungan luar maupun dalam lingkup individu itu sendiri. Seiring dengan semakin tingginya stressor yang dihadapi individu dalam masyarakat, seperti tuntutan pemenuhan kebutuhan hidup yang semakin kompleks, berdampak pada tingkat stress individu. Kondisi tersebut beresiko tinggi menyebabkan gangguan fisik dan jiwa, sehingga dapat diprediksi angka kesakitan semakin meningkat khususnya gangguan jiwa.Disinilah konsep – konsep keperawatan jiwa akan disampaikan khususnya pada konsep modal sosial.
Model konseptual keperawatan jiwa mengurai situasi yang terjadi dalam lingkungan atau stresor yang mengakibatkan seseorang individu menciptakan perubahan yang adaptif baik secara mandiri maupun bantuan perawat. Model konseptual keperawatan jiwa merupakan upaya yang dilakukan baik oleh perawat untuk menolong seseorang dalam mempertahankan keseimbangan melalui mekanisme koping yang positif untuk mengatasi stresor yang dialaminya (Videbeck, 2008 : 54).
Sedangkan model sosial itu sendiri adalah lingkungan sosial. Lingkungan sosial tersebut dapat berakibat terhadap individu dan pengalaman individu dalam hidupnya. Menurut Szass & Caplan dalam Stuart & Laraia (2005), budaya dapat berguna dalam mengartikan gangguan jiwa, terapi dan memastikan masa depan pasien.
Masalah Ganguan jiwa pada individu bisa terjadi karena kehidupan sosial individu tersebut di dalam masyarakat. Ganguan jiwa yang disebabkan faktor lingkungan sosial ini seperti isolasi sosial. Dimana tindakan isolasi sosial ini akan membuat individu tersebut akan menimbulkan masalah ganguan jiwa yang lebih kompleks yaitu halusinasi yang akan terjadi oleh individu tersebut terhadap lingkungannya, keluarga, orang lain , bahkan dirinya sendiri. Berdasarkan masalah-masalah di atas, kami tertarik untuk membahas model konseptual keperawatan jiwa secara lebih mendalam khususnya tentang model sosial.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu mengetahui tentang model konseptual keperawatan jiwa (model sosial)
2. Tujuan khusus
a. Menjelaskan model konseptual keperawatan jiwa
b. Mengidentifikasi model konseptual sosial
c. Menjelaskan aplikasi model sosial
C. Ruang lingkup Penulisan
Ruang lingkup penulisan makalah ini yaitu model konseptual keperawatan jiwa khususnya model konseptual sosial.
D. Metode Penulisan
Penulisan makalah ini menggunakan metode deskriftif yaitu dengan penjabaran masalah – masalah yang ada dan menggunakan studi kepustakaan literatur yang ada baik di perpustakaan maupun di media internet sebagai pelengkap baik itu media blog, web, maupun artikel.
E. Sistematika Penulisan
Makalah ini terdiri dari 3 bab yang disusun dengan sistematika penulisan sebagai berikut :
BAB I :Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan
penulisan, ruang lingkup penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II :Tinjauan teoritis yang terdiri dari konsep dasar kesehatan jiwa, pengertian konsep model sosial
BAB III :Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran
BAB II
TINJAUN TEORITIS
A. Model konseptual Keperawatan Jiwa
1. Pengertian
Model adalah cara mengorganisasi pokok pengetahuan yang kompleks. Model konseptual merupakan kerangka kerja konseptual, sistem atau skema yang menerangkan tentang serangkaian ide global tentang keterlibatan individu, kelompok, situasi, atau kejadian terhadap suatu ilmu dan perkembangannya (Brockopp, 1999).
Model konseptual keperawatan merupakan suatu cara untuk memandang situasi dan kondisi pekerjaan yang melibatkan perawat di dalamnya. Model konseptual keperawatan memperlihatkan petunjuk bagi organisasi dimana perawat mendapatkan informasi agar mereka peka terhadap apa yang terjadi pada suatu saat dengan apa yang terjadi pada suatu saat juga dan tahu apa yang harus perawat kerjakan (Brockopp, 1999 : 73).
Model konseptual keperawatan jiwa mengurai situasi yang terjadi dalam situasi lingkungan atau stresor yang mengakibatkan seseorang individu berupa menciptakan perubahan yang adaktif dengan menggunakan sumber-sumber yang tersedia. Model konseptual keperawatan jiwa mencerminkan upaya menolong orang tersebut mempertahankan keseimbangan melalui mekanisme koping yang positif unutk mengatasi stresor ini (Videbeck, 2008 : 54).
2. Macam –macam model konseptual keperawatan jiwa
Menurut Yosep (2009 : 12), konseptual model keperawatan, dapat dikelompokkan menjadi beberapa model yaitu :
a. Model psikoanalisa ( Freud, Erickson )
Model ini menjelaskan bahwa gangguan jiwa dapat terjadi pada seseorang apabila ego (akal) tidak berfungsi dalam mengontrol id (kehendak nafsu atau insting). Ketidakmampuan seseorang dalam menggunakan akalnya ( ego ) untuk mematuhi tata tertib, peraturan, norma, agama (super ego/das uber ich), akan mendorong terjadinya penyimpangan perilaku (defiation of behavioral).
Proses terapeutik Psikoanalisa memakai : Free association, analisa mimpi dan transfer untuk membentuk kembali perilaku. Free association : mencurahkan seluruh pikiran dan perasaan tanpa ada sensor. Terapist akan mencari pola kata-kata dan area yang secara tidak sadar dihindari. Kemudian dibandingkan dengan ilmu terapist tentang pengetahuan tentang jiwa dan konflik. konflik yang dihindari klien dianggap hambatan dan harus diselesaikan. Analisa mimpi : menjadi gambaran konflik intra psikis yang menjadi hambatan klien dalam berperilaku. Simbol-simbol mimpi dianalisa dan disimpulkan. Kedua proses ini dilengkapi dengan transfer yaitu terapist menjadi sasaran perilaku atau perasaan klien.
b. Model interpersonal
Teori ini dikemukakan oleh Harri Stack Sullivan. Dia menganggap perilaku itu merupakan bentukan karena adanya interaksi dengan orang lain atau lingkungan sosial. Kecemasan disebabkan perilakunya tidak sesuai atau tidak diterima orang lain sehingga akan ditolak oleh lingkungan. Perilaku timbul karena adanya dorongan untuk kepuasan dan dorongan untuk keamanan. Perilaku karena adanya dorongan untuk memuaskan diri disebabkan karena adanya kelaparan, tidur, kenyamanan dan kesepian. Keamanan berhubungan dengan penyesuaian diri terhadap nila-nilai budayaseperti nilai-nilai masyarakat dan suku. Sulivan beranggapan bila kemampuan untuk memenuhi kebutuhan akan kepuasan dan keamanan terganggu maka dia akan mengalami sakit mental.
c. Model sosial
Konsep ini dikemukan oleh Gerard Caplan, yang menyatakan bahwa perilaku dipengaruhi lingkungan sosial dan budaya. Caplan percaya bahwa situasi sosial dan menjadi faktor predisposisi klien mengalami gangguan mental, seperti kejadian kemiskinan, masalah keluarga dan pendidikan yang rendah. Karena kondisi ini akhirnya individu mengalami ketidakmampuan mengkoping stes, ditambah lagi dukungan dari lingkungan sangat sedikit. Individu mengembangkan koping yang patologis. Krisis juga bisa menyebabkan klien mengalami perubahan perilaku. Koping yang selama ini dipakai dan dukungan dari lingkungan tidak dapat dipakai lagi sehingga klien mengalami penyimpangan perilaku.
d. Model eksistensi
Menurut teori model eksistensi ganguan prilaku atau ganguan jiwa terjadi bila individu gagal menemukan jati dirinya dan tujuan hidupnya. Individu tidak memiliki kebanggan akan dirinya. Membenci diri sendiri dan mengalami ganguan dalam body image – nya.
e. Model komunikasi
Konsep ini dikemukan oleh Eric Berne. Dia mengatakan bahwa setiap perilaku, baik verbal maupun non verbal adalah bentuk komunikasi. Ketidak mampuan komunikasi mengakibatkan kecemasan dan frustasi.
f. Model behavioral
Konsep ini berdasarkan teori belajar, dan mengatakan bahawa semua perilaku itu dipelajari. Perilaku seseorang karena dia belajar itu dari lingkungannya. Fokus konsep ini terletak pada tindakan, bukan pada pikiran atau perasaan individu. Perubahan perilaku membuat perubahan pada kognitif dan afektif.
g. Model medical
Menurut konsep ini ganguan jiwa cendrung muncul akibat multi factor yang kompleks meliputi aspek fisik, genetic, lingkungan dan factor sosial. Sehingga focus penatalaksanaannya harus lengkap melalui pemeriksaan diagnostic, terapi somatic, farmakologi, dan teknik interpersonal.
h. Model keperawatan
Konsep ini dikemukan oleh Dorethea, Orem, Joan Richi, Roy dan Martha Rogers. Konsep ini berdasarkan teori sistem, teori perkembangan dan teori interaksi yang bersifat holistik : bio-psiko-sosial spiritual. Perawat mengarah pada perubahan perilaku, menyediakan waktu banyak, menciptakan hubungan yang terapeutik dan sebagai pembela klien.
B. Model konseptual Sosial
1. Pengertian
Konsep ini dikemukan oleh Gerard Caplan, yang menyatakan bahwa perilaku dipengaruhi lingkungan sosial dan budaya. Caplan percaya bahwa situasi sosial dan menjadi faktor predisposisi klien mengalami gangguan mental, seperti kejadian kemiskinan, masalah keluarga dan pendidikan yang rendah. Karena kondisi ini akhirnya individu mengalami ketidak mampuan mengkoping stres, ditambah lagi dukungan dari lingkungan sangat sedikit. Individu mengembangkan koping yang patologis. Seseorang akan mengalami gangguan jiwa atau penyimpangan perilaku apabila banyaknya factor sosial dan factor lingkungan yang akan memicu munculnya stress pada seseorang (social and environmental factor create stress, which cause anxiety and symptom). Beberapa factor predisposisi stress yaitu :
a. Pengaruh genetic
b. Pengaruh masa lalu
c. Pengaruh konflik lain
Pada lingkungan sosial yang mempengaruhi individu dan pengalaman hidupnya. kondisi sosial bertanggung jawab terhadap penyimpangan perilaku. Prilaku yang dianggap normal pada suatu daerah tertentu mungkin sebagai penyimpangan pada daerah yang lain. Individu yang sudah dilabel atau dicap jika tidak dapat menyesuaikan diri dengan norma lingkungan, maka perilaku tersebut memerlukan perawatan atau dirawat. Kaplan, meyakini bahwa situasi sosial dapat mencetuskan gangguan jiwa. Oleh karena itu situasi yang dapat menjadi pencetus:
a. Kemiskinan, situasi keuangan tidak stabil, pendidikan tidak adekuat.
b. Kurang mampu mengatasi stress.
c. Kurang support system
2. Faktor - faktor perubahan prilaku
Di dalam kehidupan sosial masyarakat, individu memiliki beberapa aspek factor terjadinya ganguan prilaku sosial terhadap individu.
a. Fisik
Kondisi fisik adalah salah satu kondisi tejadinya kehilangan organ tubuh akibat bencana yang memerlukan pelayanan dalam rangka adaptasi terhadap kondisi fisiknya. Tetapi disini lingkungan tidak dapat menerima dan memberikan adaptasi yang baik sesuai dengan keadaan normal sebelumnya. Maka hal ini bisa menyebabkan sesorang tidak mau bersosialisasi pada masyarakat sekitarnya. Ini merupakan salah satu factor pemicu terjadinya HDR pada sesorang tersebut.
b. Psikologi
Berbagai masalah psikologi yang dialami masyarakat atau individu seperti ketakutan, trauma, kecemasan maupun kondisi yang lebih berat di karenakan kondisi suatu peristiwa atau insiden yang terjadi di lingkungan pada masa lalu.
c. Sosial
Dimana seseorang akan mengalami keadaan duka dan konflik berkepanjangan seperti kehilangan keluarga yang di cintai, kehilangan pekerjaan, tempat tinggal dan harta benda akibat musibah yang melanda. Akibat tidak adanya pelayanan dari berbagai sektor dapat memicu ketidakpuasan dalam kehidupan sosial.
d. Budaya
Semakin berkembangnya budaya idealism di dalam masyarakat kita menjadi lebih mementingkan diri masing – masing, yang seharusnya budaya lebih mementingkan kebersamaan untuk menciptakan masyarakat yang lebih nyaman. Hal ini lah yang dapat membuat terjadinya kesenjangan di dalam masyarakat.
e. spiritual
Nilai – nilai agama yang terlalu kuat di dalam masyarakat dapat menimbulkan deskriminasi terhadap agama minoritas. Potensi inilah yang dapat berkembang di masyarakat terjadinya konflik dan berbagai masalah yang tidak dapat terselesaikan.
3. Model Terapi
Peran perawat dalam memberikan terapi menurut model ini adalah pasien harus menyampaikan masalah menggunakan sumber yang ada di masyarakat melibatkan teman sejawat, atasan, keluarga atau suami-istri. Sedangkan terapis berupaya menggali system sosial klien seperti suasana dirumah, di kantor, di sekolah, di masyarakat atau tempat kerja.
a. peran klien :
1) Bekerja samalah dengan terapis dengan menceritakan seluruh masalah yang dialaminya dan aktif terlibat dalam proses pemulihan. Disini tujuannya yaitu perawat mampu menganalisa faktor utama yang menyebabkan klien mengalami gangguan jiwa, selain itu klien juga dapat membina hubungan baik antara perawat sehingga lebih mudah dalam proses pemulihan.
2) Menggunakan sistem pendukung sosial. yang dimaksud kan system pendukung sosial disini adalah selain terapis dalam proses pemulihan juga diharapkan berperannya anggota keluarga lain yang dapat membantu karena klien akan lebih mudah mengerti tujuan utama yang diharapkan oleh terapis jika yang menyampaikan adalah orang terdekat klien. Selain itu dalam proses sosialisasi juga dibutuhkan alat bantu pendukung seperti gambar, buku cerita sehingga klien lebih mudah untuk mengerti.
3) Mengubah perilaku sehingga menjadi sehat
Disini klien diharapkan secara bertahap mampu untuk memulihkan prilaku yang kurang baik menjadi baik, juga klien dapat mengerjakan sesuatu dimulai dari hal yang terkecil seperti mengurusi mandi sendiri pada setiap hari.
b. peran terapis :
Terapi yang dianjurkan adalah terapi sosial dan pasien tidak dianjurkan untuk dirawat di rumah sakit. Terapis dianjurkan untuk ke mengunjungi pasien di masyarakat. Dan aktivitas yang dilakukan adalah penyuluhan terhadap kelompok masyarakat dan konseling
Ketentuan hubungan pasien dan terapis (perawat) adalah terapi akan dapat menolong pasien hanya apabila pasien meminta pertolongan. Pasien datang ke terapis untuk menjelaskan masalahnya dan meminta untuk dibantu menenyelesaikan masalahnya. Pasien juga mempunyai hak menolak intervensi terapeutik yang diberikan. Terapi akan sukses jika pasien puasa dengan perubahan yang terjadi dalam hidupnya. Terapis bersama-sama dengan pasien meningkatkan perubahan. Perubahan tersebut menyangkut membuat rekomendasi tentang arti yang mungkin dari apa elemen penyesuain diri yang efektif, tidak termasuk beberapa elemen yang termasuk dalam paksaan terhadap tindakan di rumah sakit jika pasien tidak setuju dengan rekomendasi yang dianjurkan oleh terapis. Ketentuan dari terapi juga termasuk didalamnya perlindungan pasien dari tuntutan sosial terhadap prilaku kekerasan di lingkungan sosial (Caplan dalam Stuart & Laraia, 2005).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Model sosial merupakan salah satu contoh model yang dapat dikembangkan dan diaplikasikan dalam tatanan pelayanan keperawatan khususnya keperawatan jiwa. Fokus model sosial ini adalah lingkungan sosial yang dapat berpengaruh terhadap individu dan pengalaman hidupnya.
Aplikasi model sosial ini dapat diterapkan pada proses keperawatan jiwa yaitu pada saat perawat mengkaji pasien dengan gangguan sosial dan saat melakukan tindakan keperawatan. Dengan mengaplikasikan model sosial ini maka diharapkan dapat meningkatkan mutu asuhan keperawatan jiwa.
B. Saran
1. Perawat diharapkandapat menerapkan model konseptual keperawatan jiwa khususnya model sosialdalam melakukan asuhan keperawatan jiwa dirumah sakit maupun dilingkungan masyarakat.
2. Institusi pelayanan keperawatan khususnya rumah sakit maupun puskesmas diharapkan mampu melayani masyarakat dengan menggunakan model konseptual sosial kepada masyarakat baik yang mengalami gangguan maupun tidak.
3. Institusi pendidikan keperawatan dapat memberikan pendidikan yang mendalam mengenai model konseptual khususnya model sosialsehingga ketika turun kelapangan mahasiswa dan mahasiswi dapat melakukan perawatan yang baik dan benar.
DAFTAR PUSTAKA
Stuart, sundeen. 1998. Buku saku Keperawatan jiwa edisi 3. Jakarta ; EGC
Yosep, Iyus. 2009. Keperawatan jiwa. Bandung : PT Refika Aditama
Suliswati, Dkk. 2004. Konsep dasar keperawatan kesehatan jiwa.Jakarta : EGC
Anna, budi. 2004. Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC