BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kelenjar tiroid, yang terletak tepat dibawah laring sebelah kanan dan kiri depan trakea. Sekresi tiroid terutama diatur hormon perangsang tiroid yang disekresi oleh kelenjar hipofisis anterior berupa tiroksin (T4), triiodotironi (T3), yang mempunyai efek nyata pada kecepatan metabolisme tubuh. Kelenjar ini juga menyekresikalsitonin, suatu hormon yang penting untuk metabolisme kalsium.
Nodul hipertiroid dibedakan atas struma multinoduler toksik dan struma uninoduler toksik atau nodul toksik, insiden struma multinoduler toksik di Inggris dilaporkan sebanyak 5-8 % dari kasus hipertiroid, sedangkan di Jerman dilaporkan oleh Fischer sebanyak 34 %. Di Selandia baru, Brownlie melaporkan sesuai dengan pemeriksaan sidik tiroid dengan menggunakan presentase yang didapatkan kasus hipertiroid sebanyak 75 % Graves, 15 % struma multinodular toksik, dan 10 % struma uninodular toksik . Struma multinodular toksik disebut juga sebagai sindroma Marine-Lenhart dan struma uninodular toksik disebut juga adenoma toksik atau penyakit plummer. Kemungkinan keganasan pada nodul yang hipertiroid sekitar 2 % .
Tidak adanya sekresi tiroid sama sekali biasanya menyebabkan laju metabolisme turun sekitar 40 persen di bawah normal dan sekresi tiroksin yang berlebihan sekali dapat menyebabkan laju metabolisme basal meningkat setinggi 60 sampai 100 persen di atas normal yang beresiko terjadinya hipertiroidisme pada tubuh.
B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu mengetahui tentang konsep dasar penyakit dan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem Endokrin yaitu pada pasien penderita penyakit Kanker Tiroid
2. Tujuan khusus
a. Menjelaskan konsep dasar penyakit pada klien ganguan sistem endokrin yang khususnya kanker tiroid
b. Mengidentifikasi asuhan keperawatan pada klien dengan ganguan sistem endokrin dengan penyakit kanker tiroid
C. RUANG LINGKUP PENULISAN
Ruang lingkup penulisan makalah ini yaitu konsep dasar penyakit dan asuhan keperawatan perawat pada klien dengan gangguan sistem endokrin terutama kanker tiroid
D. METODE PENULISAN
Penulisan makalah ini menggunakan metode deskriftif yaitu dengan penjabaran masalah – masalah yang ada dan menggunakan studi kepustakaan literatur yang ada baik di perpustakaan maupun di media internet sebagai pelengkap baik itu media blog, web, maupun artikel.
E. SISTEMATIKA PENUISAN
Makalah ini terdiri dari 3 bab yang disusun dengan sistematika penulisan sebagai berikut :
BAB I :Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, ruang lingkup penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II :Tinjauan teoritis yang terdiri dari konsep dasar sistem endokrin terutama konsep dasar penyakit kanker tiroid
BAB III : Asuhan Keperawatan pada Kanker Tiroid
BAB IV : Penutup terdiri dari Kesimpulan dan Saran
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. ANATOMI FISIOLOGI SISTEM ENDOKRIN
1. Definisi
Kelenjar endokrin atau kelenjar buntu adalah kelenjar yang mengirimkan hasil sekresinya langsung kedalam darah yang beredar dalam jaringan. Kelenjar tanpa melewati duktus atau saluran dan hasil sekresinya disebur hormon. Beberapa dari organ endokrin ada yang menghasilkan satu macam hormon atau hormon tunggal, disamping itu juga ada yang menghasilkan lebih dari satu hormon atau hormon ganda, misalnya kelenjar hipofise sebagai pengatur kelenjar yang lain. (Syaifuddin, 2006. Hlm: 219).
Gambar 1.1 Anatomi sistem endokrin manusia
Sumber: Martini, Fundamental of Anatomy Fisiology (2000)
Kelenjar tanpa saluran atau kelenjar buntu digolongkan bersama dibawah nama organ endokrin, sebab sekresi yang dibuat tidak meninggalkan kelenjarnya melalui suatu saluran, tetapi langsung masuk kedalam darah yang beredar didalam jaringan kelenjar. Kata “endokrin” berasal dari bahasa yunani yang berarti “sekresi kedalam”; zat aktif utama dari sekresi internal ini disebut hormon, dari kata yunani yang berarti “merangsang”. (C. Pearce Evelyn, 2009. Hlm: 281).
Adapun fungsi dari kelenjar endokrin adalah sebagai berikut :
a. Menghasilkan hormon yang dialirkan kedalam darah yang diperlukan oleh jaringan dalam tubuh tertentu
b. Mengontrol aktivitas kelenjar tubuh
c. Merangsang aktivitas kelenjar tubuh
d. Merangsang pertumbuhan jaringan
e. Mengatur metabolisme oksidasi, meningkatkan absopsi glukosa pada usus halus
f. Memengaruhi metabolisme lemak protein, vitamin, mineral dan air. (Syaifuddin, 2006. Hlm: 219).
2. Anatomi Kelenjar Tiroid
Kelenjar tiroid merupakan organ yang bentuknya seperti kupu - kupu dan terletak pada leher bagian bawah disebelah anterior trakea. Kelenjar ini terdiri atas dua buah lobus lateral yang dihubungkan oleh sebuah istimus. Kelenjar tiroid mempunyai panjang kuranag lebih 5 cm dan lebar 3 cm dan berat kurang lebih 25 - 30 gram. Aliran darah ke dalam tiroid per gram jaringan kelenjar sangat tinggi, yaitu kurang lebih lima kali aliran darah kedalam hati. Kelenjar tiroid menghasilkan 3 jenis hormon yang berbeda yaitu Tiroksin (T4), serta Triiodotironin (T3) yang keduanya disebut dengan satu nama hormkon tiroid, dan Kalsitonin. (Smeltzer, 2002. Hlm: 1293).
Gambar 1.2 Anatomi Kelenjar Tiroid
Kelenjar tiroid mempunyai dua lobus, struktur yang kaya vaskularisasi. Lobus terletak di sebelah lateral trakea tepatnya dibawah laring yang dihubungkan dengan jembatan jaringan tiroid, yang disebut istmus, yang secara terbentang pada permukaan anterior trakea. Secara mikroskopik, tiroid terutama terdiri atas folikel steroid, yang masing-masing menyinpan materi koloid didalam pusatnya. Folikel memproduksi, menyimpan serta mensekresikan kedua hormon utama yaitu triiodotironin (T3) dan tiroksin (T4). (Hudak & Gallo, 2010. Hlm: 425)
Gambar 1.3 Lobus – lobus Kelenjar Tiroid
Kelenjar ini terdiri dari lebih dari satu juta kelompok sel, atau folikel. Struktur ini tersusun sferis dan terdiri dari sel – sel yang mengelilingi rongga sentral yang mengandung zat seperti jeli yang disebut koloid, yang fungsinya menyimpan hormon tiroid sebelum di sekresi. Setiap sel tiroid memiliki tiga fungsi ;
a. Eksokrin, karena mensekresikan zat ke dalam koloid
b. Absorptif, karena mengambil zat dari koloid dengan pinositosis
c. Endokrin, karena mensekresikan hormone langsung ke dalam aliran darah
(Ben Greenstein & Diana Wood,2010. Hlm: 31)
3. Hormon Tiroid
Kelenjar tiroid memiliki fungsi untuk mensintesisi dan mensekresikn hormone tiroid trioksin (T4) dan tri-iodotronin (T3). Hormon – hormon ini bersifat esensial untuk tumbuh kembang normal dan homeostasis tubuh dengan meregulasi produksi energi.
Gambar 1.4 Struktur Hormon Tiroid
Sintesis sel folikel memiliki mekanisme penangkap iodide (iodide-trapping) pada membrane basalnya yang memompa iodide dari makanan ke dalam sel. Pompa ini sangat kuat dan sel dapat mengkonsentrasikan iodide sampai 25-50 x lipat dari konsentrasinya dalam plasma. Kandungan iodidin dalam tiroid pada keadaan normal adalah sekitar 600 ug/g jaringan.
Gambar 1.5 Sintesis dan sekresi Hormon Tiroid
Metabolisme hormon tiroid mensekresi secara total 80-100 ug T3 dan T4 per hari. Walaupun T3 dan T4 sama – sama bersirkulasi, namun jaringan mendapat 90% dari T3 yang dimilikinya dengan mendeiodinasi T4. Iodida yang dibebaskan dari hormone tiroid diekresi di urin atau diresirkulasi ke tiroid, tempat iodida ini di konsentrasikan oleh mekanisme perangkap (trapping). Sekitar sepertiga T4 yang keluar dari plasma di konjungasikan dengan glukuronida atau sulfat di hati dan di ekskresi dalam empedu . Adapun fungsi hormon tiroid adalah :
a. Mengendalikan aktivitas metabolik seluler
b. Sebagai alat pemacu umum dengan mempercepat proses metabolisme
c. Untuk pertumbuhan
d. Sebagai respon terhadap kadar kalsium plasma yang tinggi
e. Menurunkan kadar kalsium plasma dengan meningkatkan jumlah penumpukan kalsium dalam tulang. (Smeltzer, 2002. Hlm: 1294)
B. KONSEP DASAR PENYAKIT
Kanker tiroid menempati urutan ke – 9 dari sepuluh keganasan tersering. Lebih banyak pada wanita dengan distribusi berkisar antara 2 : 1 sampai 3 : 1. Insidennya berkisar antara 5,4 – 30 %. Berdasarkan jenis histopatologi, sebenarnya adalah kanker tiroid jenis papilar (71,4%) ; kanker tiroid jenis folikular (16,17 %) ; kanker tiroid jenis anasplastik (8,4%) ; dan kanker tiroid jenis medular (1,4%).
1. Definisi
Kangker tiroid adalah sutu keganasan pada tiroid yang memiliki 4 tipe yaitu: papiler, folikuler, anaplastik dan meduler. Kanker tiroid jarang menyebabkan pembesaran kelenjar, lebih sering menyebabkan pertumbuhan kecil (nodul) dalam kelenjar. Sebagian besar nodul tiroid bersifat jinak, biasanya kanker tiroid bisa disembuhkan.(Smeltzer, 2002. Hlm: 1294-1295).
Hipertiroidisme adalah suatu ketidakseimbangan metabolik yang merupakan akibat dari produksi hormon tiroid yang berlebihan. Bentuk umumnya dari masalah ini adalah penyakit graves, sedangkan benruk yang lain adalah toksik adenoma, tumor kelenjar hipofisis yang menimbulkan sekresi TSH meningkat, tiroiditis subakut dan berbagai bentuk kanker tiroid. (Doenges, dkk, 2000. Hlm: 708).
Hipertiroidisme yang dalam hal prevalensi merupakan penyakit endokrin yang menempati urutan kedua sesudah diabetes melitus, adalah suatu kesatuan penyakit dengan batasan yang jelas, dan penyakit grave menjadi penyebab utamanya. Pengeluran hormon yang berlebihan diperkirakan terjadi akibat stimulasi abnormal kelenjar tiroid oleh imunoglobulin dalam darah.(Smeltzer, 2002. Hlm: 1307)
Hipertiroidisme menyerang wanita lima kali lebih sering dibandingkan laki-laki dan insidennya akan memuncak dalam dekade usia ketiga serta keempat.(Schimke, 1992).
2. Klasifikasi
Menurut WHO, tumor epitel maligna tiroid dibagi menjadi :
a. Karsinoma Folikuler.
Terdapat kira-kira 25 % dari seluruh karsinoma tiroid yang ada, terutama mengenai kelompok usia diatas 50 tahun. Menyerang pembuluh darah yang kemudian menyebar ke tulang dan jaringan paru. Jarang menyebar ke daerah nodes limpa tapi dapat melekat/menempel di trakea, otot leher, pembuluh darah besar dan kulit, yang kemudian menyebabkan dispnea serta disfagia. Bila tumor mengenai “The Recurrent Laringeal Nerves”, suara klien menjadi serak. Prognosisnya baik bila metastasenya masih sedikit pada saat diagnosa ditetapkan.
b. Karsinoma Papilar.
Merupakan tipe kanker tiroid yang sering ditemukan, banyak pada wanita atau kelompok usia diatas 40 tahun. Karsinoma Papilar merupakan tumor yang perkembangannya lambat dan dapat muncul bertahun-tahun sebelum menyebar ke daerah nodes limpa. Ketika tumor terlokalisir di kelenjar tiroid, prognosisnya baik apabila dilakukan tindakan Tiroidektomi parsial atau total.
c. Karsinoma Medular.
Timbul di jaringan tiroid parafolikular. Banyaknya 5 – 10 % dari seluruh karsinoma tiroid dan umumnya mengenai orang yang berusia diatas 50 tahun. Penyebarannya melewati nodes limpa dan menyerang struktur di sekelilingnya. Tumor ini sering terjadi dan merupakan bagian dari Multiple Endocrine Neoplasia (MEN) Tipe II yang juga bagian dari penyakit endokrin, dimana terdapat sekresi yang berlebihan dari kalsitonin, ACTH, prostaglandin dan serotonin.
d. Karsinoma berdiferensiasi buruk (Anaplastik).
Merupakan tumor yang berkembang dengan cepat dan luar biasa agresif. Kanker jenis ini secara langsung menyerang struktur yang berdekatan, yang menimbulkan gejala seperti:
1) Stridor (suara serak/parau, suara nafas terdengar nyaring).
2) Suara serak.
3) Disfagia
Stadium kanker tiroid tidaksaja berdasarkan histopatologi, ekstensi lokal, regional dan metastase jauh, tetapi juga pada umur dan jenis kelamin. Klasifikasinya sebagai berikut :
Tipe dan stadium | <45 tahun | > 45 tahun |
Papiler Stadium I Stadium II Stadium III Stadium IV | Setiap T, setiap N, M0 | T1, N1, M0 T2-4, N1, M0 Setiap T, N0, M0, Setiap T, setiap N, M0 |
Tipe dan stadium | <45 tahun | >45 tahun |
Folikuler v Stadium I v Stadium II v Stadium III v Stadium IV | Setiap T, setiap N, M0 Setiap T, setiap N, M1 - - | T1, N0, M0 T2-4, N0, M0 Setiap T, N1, M0 Setiap T, setiap N, M0 |
Meduler v Stadium I v Stadium II v Stadium III v Stadium IV | - setiap T, setiap N, M0 - setiap T, setiap N, M1 | T1, N0, M0 T2-4, N0, M0 Setiap T, N1, M0 Setiap T, setiap N, M1 |
Tidak dapat diklasifikasikan v Stadium I v Stadium II v Stadium III v Stadium IV | - - - setiap T, setiap N, etiap M | - - - setiap T, setiap N, setiap M |
Catatan :
Tx : tumor tidak dapat ditentukan
T0 : Tidak ada tumor
T1 : tumor berdiameter terpanjang < 3 cm
T2 : tumor berdiameter terpanjang >3 cm
T3 : fikus intraglanduler multiple
T4 : tumor primer terfiksasi
C. Etiologi
Etiologi dari penyakit ini belum pasti, yang berperan khususnya untuk terjadi well differentiated (papiler dan folikuler) adalah radiasi dan goiter endemis, dan untuk jenis meduler adalah factor genetic. Belum diketahui suatu karsinoma yang berperan untuk kanker anaplastik dan meduler. Diperkirakan kanker jenis anaplastik berasal dari perubahan kanker tiroid berdiferensia baik (papiler dan folikuler), dengan kemungkinan jenis folikuler dua kali lebih besar.
Radiasi merupakan salah satu faktor etiologi kanker tiroid. Banyak kasus kanker pada anak-anak sebelumnya mendapat radiasi pada kepala dan leher karena penyakit lain. Biasanya efek radiasi timbul setelah 5-25 tahun, tetapi rata-rata 9-10 tahun. Stimulasi TSH yang lama juga merupakan salah satu faktor etiologi kanker tiroid. Faktor resiko lainnya adalah adanya riwayat keluarga yang menderita kanker tiroid dan gondok menahun.
D. Tanda dan gejala (Manifestasi Klinik)
Adapun tanda dan gejala adalah mencakup penurunanselera makan, konsumsi makanan, penurunan berat badan yang progresif, kelelahan otot yang abnormal, amenore, perubahan defekasi dengan konstipasi dan diare, efek pada jantung mencakup sinus takikardi, peningkatan tekanan nadi, dan palpitasi.(Smeltzer, 2002. Hlm: 1307) .
E. Patofisiologi
Neoplasma tiroid sering timbul sebagai pembesaran tiroid yang diskret. Kadang-kadang mirip goiter noduler jinak. Nodule-nodule tiroid dapat diraba, kebanyakan nodule tersebut jinak, namun beberapa nodule goiter bersifat karsinoma.
Untuk menentukan apakah nodule tiroid ganas atau tidak, harus dinilai factor-faktor resiko dan gambaran klinis massa tersebut, dan harus dilakukan beberapa pemeriksaan laboratorium.
F. Komplikasi
1. Paralisis pita suara
2. Pendarahan
3. Trauma nervus langerhan
4. Abses
5. Hipokalsemia
G. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medik
Tidak ada pengobatan yang langsung ditujukan kepada penyebab hipertiroidisme. Namun upaya untuk menurunkan hiperaktif tiroid akan mengurangi gejalanya secara efektif dan menghilangkan penyebab utama terjadinya komplikasi serius. Terdapat 3 bentuk terapi yang tersedia untuk mengobati dan mengendalikan aktivitas tiroid yang berlebihan yaitu : (Smeltzer, 2002. Hlm: 1308-1310)
1) Pemerikasaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang membedakan tumor jinak dan ganas tiroid belum ada yang khusus, kecuali kanker meduler, yaitu pemeriksaan kalsitonon dalam serum. Pemeriksaan T3 dan T4 kadang-kadang diperlukan karena pada karsinoma tiroid dapat terjadi tiroktositosis walaupun jarang. Human Tiroglobulin (HTG) Tera dapat dipergunakan sebagai tumor marker dan kanker tiroid diferensiasi baik. Walaupun pemeriksaan ini tidak khas untuk kanker tiroid, namun peninggian HTG ini setelah tiroidektomi total merupakan indikator tumor residif atau tumbuh kembali (barsano). Kadar kalsitonin dalam serum dapat ditentukan untuk diagnosis karsinoma meduler.
2) Radiologis
a) Foto X-Ray
Pemeriksaan X-Ray jaringan lunak di leher kadang-kadang diperlukan untuk melihat obstruksi trakhea karena penekanan tumor dan melihat kalsifikasi pada massa tumor. Pada karsinoma papiler dengan badan-badan psamoma dapat terlihat kalsifikasi halus yang disertai stippledcalcification, sedangkan pada karsinoma meduler kalsifikasi lebih jelas di massa tumor. Kadang-kadang kalsifikasi juga terlihat pada metastasis karsinoma pada kelenjar getah bening. Pemeriksaan X-Ray juga dipergunnakan untuk survey metastasis pada pary dan tulang. Apabila ada keluhan disfagia, maka foto barium meal perlu untuk melihat adanya infiltrasi tumor pada esophagus.
b) Ultrasound
Ultrasound diperlukan untuk tumor solid dan kistik. Cara ini aman dan tepat, namun cara ini cenderung terdesak oleh adanya tehnik biopsy aspirasi yaitu tehnik yang lebih sederhna dan murah.
c) Computerized Tomografi
CT-Scan dipergunakan untuk melihat prluasan tumor, namun tidak dapat membedakan secara pasti antara tumor ganas atau jinak untuk kasus tumor tiroid.
d) Scintisgrafi
Dengan menggunakan radio isotropic dapat dibedakan hot nodule dan cold nodule. Daerah cold nodule dicurigai tumor ganas. Teknik ini dipergunakan juga sebagai penuntun bagi biopsy aspirasi untuk memperoleh specimen yang adekuat.
3) Biopsy aspirasi
Pada dekade ini biopsy aspirasi jarum halus banyak dipergunakan sebagai prosedur diagnostik pendahuluan dari berbagai tumor terutama pada tumor tiroid. Teknik dan peralatan sangat sederhana , biaya murah dan akurasi diagnostiknya tinggi. Dengan mempergunakan jarum tabung 10 ml, dan jarum no.22 – 23 serta alat pemegang, sediaan aspirator tumor diambil untuk pemeriksaan sitologi. Berdasarkan arsitektur sitologi dapat diidentifikasi karsinoma papiler, karsinoma folikuler, karsinoma anaplastik dan karsinoma meduler.
b. Penatalaksanaan Keperawatan
Adapun penatalaksanaan keperawatan yang dapat dilakukan adalah modifikasi aktivitas, pemantauan berkelanjutan, pengaturan suhu, dukungan emosional, dan pendidikan pasien.(Smeltzer, 2002. Hlm: 1302-1303).
1) Modifikasi aktivitas
Penderita kangker tiroidakan mengalami pengurangan tenaga dan letargi sedang hingga berat. Sebagai akibatnya, resiko komplikasi akibat imobilitas akan meningkat. Kemampuan pasien untuk melakukan aktivitas menjadi terbatas akibat perubahan pada status kardiovaskuler dan pulmoner yang terjadi akibat hipertiroidisme. Peranan perawat yang penting adalah membantu perawatan dan kebersihan diri pasien sambil mendorong partisipasi pasien untuk melakukan aktivitas yang masih berada dalam batas toleransi yang ditetapkan untuk mencegah komplikasi imobilitas.
2) Pemantauan berkelanjutan
Pamantauan TTV dan tingkat kognitif pasien dilakukan dengan ketat selama proses penegakan diagnosis dan awal terapi untuk mendeteksi :
a) Kemunduran status fisik dan mental
b) Tanda serta gejal yang menunjukkan peningkatan laju metabolik akibat terapi yang melampaui kemampuan reaksi sistem kardivaskuler dan pernafasan
c) Keterbatasan dan komplikasi miksidema yang berkelanjutan
3) Pengaturan suhu
Pasien yang sering mengalami gejala menggigil dan menderita intoleransi yang ekstrem terhadap hawa dingin meskipun ia berada pada ruangan yang nyaman atau panas. Ekstra pakaian dan selimut yang diberikan dan pasien harus dilindungi terhadap hembusan angin.
4) Dukungan emosional
Penderita hipertiroidisme sedang hingga berat dapat mengalami reaksi emosional hebat terhadap perubahan penampilan serta citra tubuhnya dan terhadap terlambatnya diagnosis, yang sering dijumpai pada penyakit ini.
5) Pendidikan pasien
Pasien dan keluarga sering sangat prihatin terhadap perubahan yang mereka saksikan akibat hipertiroid. Sering kita menentramkan pasien dan keluarga dengan penjelasan bahwa banyak diantara gejala-gejala tersebut akan menghilang setelah dilakukan terapi dan berhasil dilakukan.pasien diberitahu untuk terus minum obat seperti yang diresepkan dokter meskipun gejala sudah membaik. Instruksi tentang diit untuk meningkatkan penurunan berat badan begiru pengobatan dimulai, untuk prose penyembuhan.
Radiasi
|
Sel tiroid
|
| |||||
| |||||
Operasi Hiperplasia Mendesak trakea
Post Operasi Nyeri
|
|
Kesulitan Menelan
|
|
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Dampak peningkatan kadar hormon dalam tubuh sangat bervariasi, oleh karena itu lakukanlah pengkajian terhadap ha1-ha1 penting yang dapat menggali sebanyak mungkin informasi antara lain: (Doenges, 2000. Hlm: 708-709).
1. Aktivitas / Istirahat
Gejala :
a. Insomnia, sensitivitas meningkat
b. Otot lemah, gangguan koordinasi
c. Kelelahan berat
Tanda :
a. Atrofi Otot
2. Sirkulasi
Gejala :
a. Palpitasi
b. Nyeri dada (angina)
Tanda :
a. Distrimnia (vibrilasi atrium), irama gallop, murmur
b. Peningkatan tekanan darah dengan nada yang berat.Takikardi saat istirahat.
c. Sirkulasi kolaps, syok (krisis tirotoksitosis)
3. Eliminasi
Gejala :
a. Urine dalam jumlah banyak
b. Perubahan dalam feses : Diare
4. Integritas Ego
Gejala :
a. Mengalami stres yang berat baik emosional maupun fisik
Tanda :
a. Emosi labil (euforia sedang sampai delirium), depresi
5. Makanan / Cairan
Gejala :
a. Kehilangan berat badan yang mendadak
b. Nafsu makan meningkat, makan banyak, makannya sering, kehausan. Mual dan muntah
Tanda :
a. Pembesaran tiroid, goiter
b. Edema non-pitting terutama daerah pretibial
6. Neurosensori
Tanda :
a. Bicaranya cepat dan parau
b. Gangguan status mental dan prilaku, seperti : bingung, disorientasi, gelisah, peka rangsang, delirium, psikosis, stupor, koma
c. Tremor halus pada tangan, tanpa tujuan, beberapa bagian tersentak-sentak
d. Hiperaktif refleks tendon dalam (RTD)
7. Nyeri / Kenyamanan
Gejala :
a. Nyeri orbital, fotofobia
8. Pernafasan
Tanda :
a. Frekuensi pernafasan meningkat, takipnea
b. Dispnea
c. Edema paru (pada krisis tirotoksikosis)
9. Keamanan
Gejala :
a. Tidak toleransi terhadap panas, keringat yang berlebihan
b. Alergi terhadap iodium (mungkin digunakan pada pemeriksaan)
Tanda :
a. Suhu meningkat diatas 37,4oC, diaphoresis
b. Kulit halus, hangat dan kemerahan, rambut tipis, mengkilat dan lurus.
c. Eksoftalmus : retraksi, iritasi pada konjungtiva, dan berair. Pruritus, lesi eritema (sering terjadi pada pretibial) yang menjadi sangat parah
10. Seksualitas
Tanda :
a. Penurunan libido, hipomenorea, amenorea, dan impoten.
| Data Senjang | Etiologi | Problem | ||
1. | Ds : - Klien mengatakan belum makan dalam 1 hari - Klien mengatakan sakit saat menelan makanan - Klien mengatakan badannya terasa lemah Do : - Berat badan klien menurun - Klien tampak menghindari makanan - Klien mengeluhkan sakit saat menelan | Ketidakmampuan menelan makanan | Nutrisi kurang dari tubuh | ||
2. | Ds : - klien mengatakan malu dengan keadaan dirinya - klien mengatakan tidak ingin keluar rumah Do : - Klien tampak lemah - Klien tampak menutup diri | Penyakit ; kanker tiroid | Ganguan citra tubuh | ||
3. | Ds : - Klien mengatakan masih sakit pada bagian lehernya - Klien mengatakan gatal – gatal di area leher pasca operasi Do : - Klien tampak gelisah - Klien tampak menggaruk – garuk area sekitar leher | Proses inflamasi | Resiko infeksi | ||
4. | Ds : - Klien mengatakan sakit pada area leher - Klien mengatakan sulit untuk menggeakkan lehernya Do : - Klien tampak lemah - Klien tampak meringis kesakitan | adanya desakan / pembengkakan oleh nodule tumor | Nyeri | ||
5. | Ds : - Klien mengatakan sulit untuk bernafas - Klien mengatakan lehernya sakit Do : - Klien tampak lemah - Klien tampak terengah – engah dalam bernafas | obstruksi trachea akibat desakan massa tumor | Obstruksi jalan napas | ||
6. | Ds : - Klien mengatakan suaranya berubah menjadi serak - Klien mengatakan agak sulit untuk berbicara Do : - Klien tampak sulit berbicara - Suara klien serak | Terganggunya pita suara | Gangguan komunikasi verbal |
C. Rencana Keperawatan
No. Dx | Tujuan & KH | Intervensi | Rasional |
1. | Keadekuatan nutrisi di dalam tubuh membaik setelah di lakukan tindakan selama 2 x 24 jam dengan KH : - Terjadi peningkatan berat badan klien - Klien mampu menelan makanan - Kien dapat makan secara teratur - Terjadi perubahan keadekuatan tingkat energi | · Kaji derajat kesulitan menelan klien · Aukultasi bising usus · Berikan makanan dalam jumlah keci dan teratur, dalm jumlah yang sering | ü Untuk mengetahui seberapa parah klien untuk menelan makanan ü Membantu dalam menentukan respon untuk makan atau berkembangnya komplikasi ü Meningkatkan proses pencernaan |
2. | Setelah di lakukan tindakan selama 2 x 24 jam, klien mampu berfikir positif dan menerima keadaan tubuhnya dengan baik dengan KH : - Klien tampak bisa berbaur - Klien bisa percaya diri dengan tubuh nya saat ini. | · Kaji respon verbal dan non verbal klien · Beri dukungan emosional kepada klien · Kaji adanya factor yang memperparah masalah klien ; factor stress | ü Mengetahui respon positif dari klien ü Memotifasikan klien untuk optimis dengan keadaannya ü Agar keparahan penyakit klien tidak terjadi |
3. | Setelah dilakukan tindakan selama 2 x 24 jam , factor resiko infeksi akan menghilang dengan KH : - Imunitas yang adekuat - Tidak menunjukkan adanya resiko infeksi pada klien - Rasa gatal klien berkurang | · Patau tanda dan gejala infeksi · Pengendalian infeksi · Ajarkan klien untuk menjaga hygiene pribadi | ü Untuk menentukan terjadinya infeksi ü Meminmalkan penularan agen infeksi ü Untuk menghindari tubuh terhadap factor resiko infeksi |
4. | Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan nyeri berkurang dengan kriteria hasil : - Melaporkan nyeri hilang / berkurang - Skala nyeri 0-2 - Tampak relax - Tak ada keluhan menelan | · Observasi adanya tanda-tanda nyeri baik verbal maupun nonverbal · Ajarkan dan anjurkan pasien untuk menggunakan tehnik relaksasi · Kolaborasi pemberian analgetik | ü Mengantisipasi jika timbu nyeri ü Memberikan kenyamanan pada klien ü Untuk mengurangi nyeri |
5. | Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan jalan nafas efektif dengan kriteria hasil : - Tidak ada kesulitan pernafasan - Sekret mudah keluar - Tidak mengeluh sesak nafas - Respirasi dalam batas normal (16-20) | · Pantau frekuensi pernafasan, kedalaman dan kerja pernafasan · Auskultasi suara nafas, catat adanya ronchi · Kaji adanya dyspneu, stridor dan cianosis · Perhatikan kualitas pernafasan · Kolaborasi pemberian therapi Oksigen bila perlu | ü Untuk mengetahui adanya komplikasi secara dini ü Untuk mengetahui adanya ronchi atau tidak ü Mengetahui pernafasan klien ü Mencegah terjadinya dispnea ü Membantu pernafasan klien |
6. | Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan kerusakan komunikasi verbal teratasi dengan kriteria hasil : Mampu menciptakan metode komunikasi dimana kebutuhan dapat dipahami | · Kaji fungsi bicara secara periodik · Pertahankan komunikasi sederhana · Memberikan metode komunikasi alternative yang sesuai | ü untuk mengetahui kondisi klien ü Agar tidak terlalu memaksa klien untuk berbicara ü Menyesuaikan dengan kondisi klien |