BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keperawatan jiwa adalah suatu pelayan kesehatan tentang masalah kesehatan jiwa dari rentang sehat jiwa sampai gangguan jiwa yang terjadi pada anak sampai lansia. Salah satu pilar model keperawatan profesional adalah pelayan keperawatan dengan menggunakan sistem pemberian asuhan keperawatan (patient care delivery system ). Dan sistem pemberian asuhan keperawatan yang diterapkan adalah asuhan keperawatan dengan menerapkan proses keperawatan. Salah satu asuhan keperawatan yang kami bahas ini adalah auhan keperawatan pada klien dengan gangguan defisit keperawatan diri.
Defisit perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri. (Depkes 2000).
Manusia sebagai makhluk holistik yang dipengaruhi oleh lingkungan dalam dirinya dan lingkungan luar baik keluarga, kelompok maupun komunitas. Dalam berhubungan dengan lingkungan, manusia harus mengembangkan strategi koping yang efektif agar mampu beradaptasi (Susilowati, 2005).
Kegagalan dalam memberi koping yang sesuai dengan tekanan yang dialami dalam jangka panjang mengakibatkan individu mengalami berbagai macam gangguan mental. Gangguan mental tersebut sangat bervariatif, tergantung dari berat ringannya sumber tekanan, perbedaan antar individu, dan latar belakang individu yang bersangkutan (Siswanto, 2007).
Kesehatan jiwa tidak hanya terkait dengan gangguan jiwa. Ada beberapa aspek yang mempengaruhi kesehatan jiwa, misalnya: kualitas Sumber Daya Manusia dalam mengawasi emosional, kemudian aspek sosial yakni kejadian di lingkungan yang berdampak pada gangguan jiwa seperti tindakan kekerasan dan merasa tidak nyaman. Saat ini lebih dari 450 juta penduduk dunia hidup dengan gangguan jiwa. Di Indonesia berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar ( RISKESDAS) tahun 2007, menunjukkan gangguan mental emosional seperti gangguan kecemasan dan depresi sebesar 11, 6 % dari populasi orang dewasa. Jumlah populasi orang dewasa di Indonesia kurang lebih 150. 000. 000 orang yang mengalami gangguan mental emosional. (Sunaryo, 2004).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui tentang asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan defisit perawatan diri dan memberi pengetahuan kepada mahasiswa dan mahasiswi tentang asuhan keperawatan kepada klien defisit perawatan diri.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui tentang konsep dasar defisit perawatan diri
b. Mengetahui tentang jenis – jenis defisit keperawtan diri
c. Mengetahui tentang penyebab defisit keperawtan diri
d. Mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan defisit perawat diri.
e. Mengetahui strategi pelaksaan
C. Ruang Lingkup Penulisan
Pada makalah ini, kelompok hanya membatasi konsep dasar defisit perawatan diri, jenis – jenis defisit keperawtan diri, penyebab defisit keperawtan diri, asuhan keperawatan defisit perawat diri, strategi pelaksaan
D. Metode Penulisan
Dalam penyusunan makalah ini, kelompok menggunakan metode deskriftif yaitu dengan menggambarkan konsep dasar defisit perawatan diri dan asuhan keperawatan klien dengan gangguan defisit perawatan diridengan melakukan tinjauan terhadap beberapa referensi baik melalui buku literatur yang terdapat di perpustakaan maupun melalui media informasi online (internet).
E. Sistematika Penulisan
Penulisan makalah ini terdiri dari 4 bab yang meliputi :
BAB I: Pendahuluan : Latar belakang, Tujuan penulisan, Ruang lingkup, Metode penulisan, Sistematika penulisan.
BAB II: Tinjauan teoritis : membatasi konsep dasar defisit perawatan diri, jenis – jenis defisit keperawtan diri, penyebab defisit keperawtan diri, asuhan keperawatan defisit perawat diri, strategi pelaksaan
BAB III: Asuhan Keperawatan Klien dengan gangguan defisit perawatan diri
BAB IV: Penutup : Kesimpulan dan Saran.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar Defisit Perawatan Diri
Perawatan diri meliputi segala sesuatu yang dibutuhkan oleh individu dikehidupan sehari hari.
1. Defenisi
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri ( Depkes 2000).
Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Nurjannah, 2004).
Menurut Poter dan Perry (2005), personal hygine adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis, kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya.
Personal hygine berasal dari bahasa yunani yang berarti personal yang artinya perorangan dan hygine berarti sehat. Kebersihan perorangan adalah suatubtindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis. ( Tarwoto dan Wartonah 2000 ).
2. Jenis-jenis defisit perawatan diri
Ada beberapa jenis defisit perawatan diri :
a. Kurang perawatan diri : mandi / kebersihan.
Kurang perawatan diri (mandi) adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktivitas mandi/kebersihan diri.
b. Kurang perawatan diri : mengenakan pakaian / berhias.
Kurang perawatan diri(mengenakan pakaian) merupakan gangguan kemampuan memakai pakaian dan aktivitas berdandan sendiri.
c. Kurang perawatan diri : makan
Kurang perawatan diri (makan) adalah gangguan kemampuan untuk menunjukkan aktivitas makan.
d. Kurang perawatan diri : toileting
Kurang perawatan diri (toileting) adalah gangguan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas toileting sendiri. (Nurjannah : 2004,77-79 ).
3. Penyebab defisit perawatan diri
Menurut Tarwoto dan Wartonah, (2003) penyebab kurang perawatan diri adalah sebagai berikut :
a. Kelelahan fisik
b. Penurunan kesadaran
4. Pohon masalah
Akibat : Isolasi sosial
|
Core problem :
Penyebab : Harga diri rendah
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2003), penyebab kurang perawatan diri adalah :
a. Faktor prediposisi
Riwayat kesehatan struktur dilobus frontal, dimana lobus tersebut berpengaruh kepada proses kognitif, ada riwayat keluarga yang menderita gangguan jiwa, gangguan sistem limbic akan berpengaruh pada fungsi perhatian, memori dan suplai oksigen serta glukosa terganggu.
2) Kemampuan psikologi turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang meyebabkan ketidak pedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.
Beberapa masalah psikologi yang menyebabkan defisit perawatan diri diantaranya :
a) Harga diri rendah : klien tidak mempunyai motivasi untuk merawat diri
b) Body image: gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya.
3) Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.
b. Faktor presipitasi
Faktor presiptasi defisit perawatan diri adalah kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah atau lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri.
Menurut Tarwoto & Wartonah (2003: 59) faktor – faktor yang mempengaruhi personal hygiene adalah:
1) Body image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya.
2) Praktik sosial
Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
3) Status sosial ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.
4) Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.
5) Budaya
Disebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan.
6) Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain-lain.
7) Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.
Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene.
Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene.
8) Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang sering terjadi adalah : gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada kuku.
9) Dampak psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.
c. Penilaian terhadap stress
Pada mulanya klien merasa dirinya tidak berharga lagi sehingga merasa tidak aman dalam berhubungan dengan orang lain. Biasanya klien berasal dari lingkungan yang penuh permasalahan, ketegangan, kecemasan dimana tidak mungkin mengembangkan kehangatan emosional dalam hubungan yang positif dengan orang lain yang menimbulkan rasa aman. Klien semakin tidak dapat melibatkan diri dalam situasi yang baru. Ia berusaha mendapatkan rasa aman tetapi hidup itu sendiri begitu menyakitkan dan menyulitkan sehingga rasa aman itu tidak tercapai. Hal ini menyebabkan ia mengembangkan rasionalisasi dan mengaburkan realitas daripada mencari penyebab kesulitan serta menyesuaikan diri dengan kenyataan. Keadaan dimana seorang individu mengalami atau berisiko mengalami suatu ketidakmampuan dalam menangani stressor internal atau lingkungan dengan adekuat karena ketidakadekuatan sumber-sumber (fisik, psikologis, perilaku atau kognitif).
d. Mekanisme koping
Mekanisme koping berdasarkan penggolongannya dibagi menjadi 2 (Stuart & Sundeen, 2000) yaitu :
1) Mekanisme koping adaptif
Mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi, pertumbuhan, belajar dan mencapai tujuan. Kategorinya adalah klien bisa memenuhi kebutuhan perawatan diri secara mandiri
2) Mekanisme koping maladaptif
Mekanisme koping yang menghambat fungsi integrasi, memecah pertumbuhan, menurunkan otonomi dan cenderung menguasai lingkungan. Kategorinya adalah tidak mau merawat diri.
RENTANG RESPONS PERAWATAN DIRI
Adaptif maladaptif
- Pola perawatan - Kadang perawatan diri - Tidak melakukan
diri seimbang kadang tidak perawatan saat stres
- Pola perawatan diri seimbang, saat klien mendapatkan stresor dan mampu untuk berprilaku adaptif, maka pola perawatan yang dilakukan klien seimbang, klien masih melakukan perawatan diri.
- Kadang perawatan diri kadang tidak, saat klien mendapatkan stresor kadang – kadang klien tidak memperhatikan perawatan dirinya,
- Tidak melakukan perawatan diri, klien mengatakan dia tidak peduli dan tidak bisa melakukan perawatan saat stresor.
e. Tanda dan gejala
Menurut Depkes (2000: 20) tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri adalah :
1) Fisik
Badan bau, pakaian kotor, rambut dan kulit kotor, kuku panjang dan kotor, gigi kotor disertai, mulut bau, penampilan tidak rapi.
Badan bau, pakaian kotor, rambut dan kulit kotor, kuku panjang dan kotor, gigi kotor disertai, mulut bau, penampilan tidak rapi.
2) Psikologis
Malas, tidak ada inisiatif, menarik diri, isolasi diri, merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.
Malas, tidak ada inisiatif, menarik diri, isolasi diri, merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.
3) Sosial
Interaksi kurang, kegiatan kurang, tidak mampu berperilaku sesuai norma. Cara makan tidak teratur bak dan bab di sembarang tempat, gosok gigi dan mandi tidak mampu mandiri.
Interaksi kurang, kegiatan kurang, tidak mampu berperilaku sesuai norma. Cara makan tidak teratur bak dan bab di sembarang tempat, gosok gigi dan mandi tidak mampu mandiri.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Riwayat keperawatan
a. Pola kebersihan tubuh
b. Perlengkapan personal hygine yang dipakai
c. Faktor -faktor yang mempengaruhi personal hygine
2. Alasan masuk rumah sakit
Defisit dalam merawat diri, dari perawatan perawatan diri yang biasa dilakukan, dan sekarang jarang dilakukan dengan diawali masalah seperti senang menyendiri, tidak mau banyak berbicara dengan orang lain, terlihat murung.
3. Faktor yang mempengaruhi
a. Faktor prediposisi
Riwayat kesehatan struktur dilobus frontal, dimana lobus tersebut berpengaruh kepada proses kognitif, ada riwayat keluarga yang menderita gangguan jiwa, gangguan sistem limbic akan berpengaruh pada fungsi perhatian, memori dan suplai oksigen serta glukosa terganggu.
2) Kemampuan psikologi turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang meyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.
Beberapa masalah psikologi yang menyebabkan defisit perawatan diri diantaranya :
c) Harga diri rendah : klien tidak mempunyai motivasi untuk merawat diri
d) Body image: gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya.
3) Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri dari lingkungannya.
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri dari lingkungannya.
4) Faktor presipitasi
Faktor presiptasi defisit perawatan diri adalah kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah atau lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri. Cara klien menilai masalah merupakan awal dari terbentuknya sumber koping. Jika sumber koping tidak adekuat, bahkan jika ada namun mekanisme koping maladaptif maka akan menimbulkan permasalahan.
4. Pemeriksaan fisik
a. Rambut: Keadaan kesuburan rambut, keadaan rambut yang mudah rontok, keadaan rambut yang kusam, keadaan tekstur.
b. Kepala: Adanya botak atau alopesia, ketombe, berkutu, kebersihan.
c. Mata : Periksa kebersihan mata, mata gatal atau mata merah
d. Hidung: Lihat kebersihan hidung, membran mukosa
e. Mulut: Lihat keadaan mukosa mulut, kelembabannya, kebersihan
f. Gigi: Lihat adakah karang gigi, adakah karies, kelengkapan gigi
g. Telinga: Lihat adakah kotoran, adakah lesi, adakah infeksi
h. Kulit: Lihat kebersihan, adakah lesi, warna kulit, teksturnya, pertumbuhan bulu.
i. Genetalia: Lihat kebersihan, keadaan kulit, keadaan lubang uretra, keadaan skrotum, testis pada pria, cairan yang dikeluarkan
B. Diagnosa keperawatan
Kurangnya perawatan diri : Kebersihan diri.
Definisi : Kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya.
Kemungkinan ditemukan data :
a. Badan kotor dan berbau
b. Rambut kotor
c. Kuku panjang dan kotor
d. Bau mulut dan kotor
Kondisi klinis :
a. Stroke
b. Fraktur
c. Koma
Tujuan yang diharapkan :
a. Kebersihan diri sesuai pola
b. Keadaan badan, mulut, rambut dan kuku bersih
c. Pasien merasa nyaman
Intervensi :
a. Kaji pola kebersihan diri.
R : Data dasar dalam melakukan intervensi
b. Bantu klien dalam kebersihan badan, mulut, rambut dan kuku
R : Mempertahankan rasa nyaman
c. Lakukan penkes : pentingnya kebersihan diri, pola kebersihan diri, cara kebersihan.
R : Meningkatkan pengetahuan dan lebih kooperatif
Objektif :
1. Ketidakmampuan mandi/membersihkan diri ditandai dengan rambut kotor, gigi kotor, kulit berdaki, dan berbau, serta kuku panjang dan kotor.
2. Ketidakmampuan berapakaian/berhias ditandai dengan rambut acak-acakan, pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai, tidak bercukur (laki-laki), atau tidak berdandan (wanita).
3. Ketidakmampuan makan secara mandiri ditandai dengan ketidakmampuan mengambil makan sendiri.
4. Ketidakmampuan bab/bak secara mandiri ditandai bab/bak tidak pada tempatnya, tidak membersihkan diri dengan baik setelah bab/bak.
C. Diagnosa
Defisit perawatan diri
Defisit perawatan diri
D. Rencana Tindakan Keperawatan
1. Tujuan
a. Klien mampu melakukan aktivitas perawatan diri secara mandiri seperti mandi/membersihkan diri, berpakaian/berhias, makan, dan bab/bak.
b. Tindakan keperawatan untuk klien
Tindakan yang dilakukan mencakup SP 1, 2, 3 dan Sp kelurga
No | Kemampuan | Tgl | Tgl | Tgl | Tgl | Tgl | Tgl | Tgl |
| | | | | | | ||
A | Pasien | |||||||
| SP I | | | | | | | |
1 | Mengidentifikasi penyebab defisit perawatan diri pasien | | | | | | | |
2 | Berdiskusi dengan pasien tentang pentingnya kebersihan diri | | | | | | | |
3 | Berdiskusi dengan pasien tentang cara menjaga kebersihan diri | | | | | | | |
4 | Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian | | | | | | | |
| SP II | | | | | | | |
1 | Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien | | | | | | | |
2 | Menjelaskan cara mandi yang baik | | | | | | | |
3 | Membantu pasien mempraktekkan cara mandi yang baik | | | | | | | |
4 | Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian | | | | | | | |
| SP III p | | | | | | | |
1 | Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien | | | | | | | |
2 | Menjelaskan cara eliminasi yang baik | | | | | | | |
3 | Membantu pasien mempraktekkan cara eliminasi yang baik dan memasukkan dalam jadual | | | | | | | |
4 | Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian | | | | | | | |
| SP IV p | | | | | | | |
1 | Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien | | | | | | | |
2 | Menjelaskan cara berdandan | | | | | | | |
3 | Membantu pasien mempraktekkan cara berdandan | | | | | | | |
4 | Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian | | | | | | | |
B | Keluarga | |||||||
| SP I | | | | | | | |
1 | Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien | | | | | | | |
2 | Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala defisit perawatan diri, dan jenis defisit perawatan diri yang dialami pasien beserta proses terjadinya | | | | | | | |
3 | Menjelaskan cara-cara merawat pasien defisit perawatan diri | | | | | | | |
| SP II | | | | | | | |
1 | Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan defisit perawatan diri | | | | | | | |
2 | Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien defisit perawatan diri | | | | | | | |
| SP III | | | | | | | |
1 | Membantu keluarga membuat jadual aktivitas di rumah termasuk minum obat (discharge planning) | | | | | | | |
2 | Menjelaskan follow up pasien setelah pulang | | | | | | | |
BAB IV
STRATEGI PELAKSANAAN
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien
a. Data Subyektif :
Klien mengatakan sudah tidak mandi selama 7 hari.
Klien mengatakan malas untuk mandi
b. Data Obyektif :
Baju kotor
Rambut acak acakan
Badan bau
Kulit kotor
Menggaruk tubuh
2. Diagnosa Keperawatan
Defisit perawatan diri
3. Tindakan Keperawatan
a. Tujuan Sp1
1) Mengidentifikasi penyebab defisit perawatan diri pasien
2) Berdiskusi dengan pasien tentang pentingnya kebersihan diri
3) Berdiskusi dengan pasien tentang cara menjaga kebersihan diri
4) Membantu pasien mempraktekan cara menjaga kebersihan diri
5) Menganjurkan pasien memasukan kegiatan perawatan diri di kegiatan harian
b. Intervensi
1) Bina hubungan saling percaya
Dalam membina hubungan saling percaya perlu dipertimbangkan agar pasien merasa aman dan nyaman saat berinteraksi dengan perawat. Tindakan yang harus saudara lakukan dalam rangka membina hubungan saling percaya adalah:
a) Mengucapkan salam terapeutik
b) Berjabat tangan
c) Menjelaskan tujuan interaksi
d) Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu pasien.
2) Diskusikan bersama pasien penyebab perilaku malas untuk melakukan perawatan diri
3) Menjelaskan pentingnya kebersihan diri
a) Kaji pengetahuan klien tentang kebersihan diri
b) Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan ketika tidak melakukan perawatan diri
c) Diskusikan kepada klien tentang pentingnya kebersihan untuk diri
d) Beri reinforcement positif terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaanya tentang perawatan diri
4) Menjelaskan cara menjaga kebersihan diri
a) Menjelaskan berapa kali sehari mandi
b) Menjelaskan cara eliminasi yang benar
c) Menjelaskan cara menggosok gigi yang benar
d) Menjelaskan cara berhias diri
5) Membantu pasien mempraktekan cara menjaga kebersihan diri
a) Mempraktekkan cara gosok gigi yang benar
b) Mempraktekkan cara berhias diri
6) Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
Diskusikan bersama klien tentang aktivitas yang akan dilakukan setiap hari sesuai kemampuan klien
B. Strategi Komunikasi Dalam Pelaksanaan Tindakan
1. Orientasi
a. Salam Kenal
“Assalamualaikum”…..selamat pagi pak?Perkenalkan nama saya Mariyani, biasa dipanggil yani.saya mahasiswi stikes yarsi pontianak yang akan praktek di ruang 5 ini, selama dua minggu, yang nantinya saya akan membantu menyelesaikan atau mengurangi masalah yang bapak rasakan, bapak namanya siapa?Senang dipanggil apa?Asalnya dari mana pak?
b. Evaluasi/validasi
“Bagaimana keadaan bapak hari ini? Apa ada keluhan atau masalah selama tinggal disini? Apa bapak sudah makan?Sudah mandi??
c. Kontrak :
1) Topik
“Pak, mari kita berbincang-bincang tentang mengapa bapak tidak mau melaskukan perawatan diri….selain itu juga kita akan berdiskusi tentang bagaimana manfaat jika bapak melakukan perawatan diri, Dan kegiatan ini akan kita masukan dikegiatan harian bapak.
2) Waktu
“Baiklah pak, berapa lama kita akan berbincang-bincang?
3) Tempat
“bapak maunya kita berbincang-bincang dimana? Disini atau dimana?
2. Kerja (langkah-langkah tindakan keperawatan)
a. …………………………………………………………….
b. …………………………………………………………….dst
3. Terminasi
a. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi klien subjektif
Evaluasi perawat (objektif setelah reinforcement)
b. Tindak lanjut klien (apa yang perlu dilatih klien sesuai dengan hasil tindakan yang telah dilakukan):
c. Kontrak yang akan datang
Topik :
Waktu :
Tempat :
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perawatan diri merupakan suatu hal yang penting bagi setiap individu, karena dengan melakukan perawatan diri pada tubuh kita dapat menciptakan suatu pola hidup yang sehat dan memberikan kepedulian pada diri suatu individu. Perawatan diri merupakan suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis, kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya.
Ketidakmampuan individu yang melakukan perawatan diri itu hampir 90 %, dialami oleh orang yang mengalami gangguan jiwa. Defisit perawatan diri yang sering dialami yaitu mengenai mandi, makan, berhias diri, dan eliminasi. Oleh sebab itu peran perawatan sangat penting bagi klien yang mengalami defisit perawatan diri, agar dapat memberikan motivasi dan mengajarkan klien agar dapat melakukan perawatan diri secara individu sesuai dengan asuhan keperawatan.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka kelompok mengambil saran dalam rangka meningkatkan pelayanan asuhan keperawatan. Saran-saran adalah sebagai berikut :
1. Untuk Keluarga
Apabila sudah mengetahui dan memahami akibat yang akan dilakukan oleh klien yang mengalami defisit perawatan diri, maka sebagai orang terdekat / keluarga harus memberikan motivasi dan nasehat agar pasien dapat melakukan perawatan diri secara individu.
2. Untuk Perawat
Bagi seorang perawat sebaiknya harus memahami dan mengerti baik secara teoritis maupun praktek tentang defisit perawatan diri agar dapat memberikan nasehat, motivasi, dorongan pada klien yang mengalami defisit perawatan diri agar dapat melakukan perawatan diri pada dirinya dan dapat memberikan asuhan keperawatan defisit perawatan diri dengan baik.
3. Untuk Rumah Sakit
Bagi rumah sakit agar dapat memfasilitasi klien dalam melakukan perawatan dirinya secara individu, agar dapat memberikan atau membiasakan klien dalam melakukan perawatan diri secara individu.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC.
Depkes. 2000. Standar Pedoman Perawatan jiwa. Jakarta : EGC
Kaplan Sadoch. 1998. Sinopsis Psikiatri. Edisi 7. Jakarta : EGC
Keliat. B.A. 2006. Modul MPKP Jiwa UI. Jakarta : EGC
Keliat. B.A. 2006. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC
Nurjanah, Intansari S.Kep. 2001. Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa. Yogyakarta : Momedia
Perry, Potter. 2005 . Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC
Rasmun S. Kep. M 2004. Seres Kopino dan Adaptasir Toors dan Pohon Masalah Keperawatan. Jakarta : CV Sagung Seto
Stuart, Sudden, 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa edisi 3. Jakarta : EGC
Santosa, Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda, 2005 – 2006. Jakarta : Prima Medika.
Stuart, GW. 2002. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta: EGC.
Tarwoto dan Wartonah. 2000. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta.
Townsend, Marry C. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Perawatan Psikiatri edisi 3. Jakarta. EGC
Depkes. 2000. Standar Pedoman Perawatan jiwa. Jakarta : EGC
Kaplan Sadoch. 1998. Sinopsis Psikiatri. Edisi 7. Jakarta : EGC
Keliat. B.A. 2006. Modul MPKP Jiwa UI. Jakarta : EGC
Keliat. B.A. 2006. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC
Nurjanah, Intansari S.Kep. 2001. Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa. Yogyakarta : Momedia
Perry, Potter. 2005 . Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC
Rasmun S. Kep. M 2004. Seres Kopino dan Adaptasir Toors dan Pohon Masalah Keperawatan. Jakarta : CV Sagung Seto
Stuart, Sudden, 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa edisi 3. Jakarta : EGC
Santosa, Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda, 2005 – 2006. Jakarta : Prima Medika.
Stuart, GW. 2002. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta: EGC.
Tarwoto dan Wartonah. 2000. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta.
Townsend, Marry C. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Perawatan Psikiatri edisi 3. Jakarta. EGC