MAKALAH KEPERAWATAN JIWA I
ASUHAN KEPERAWATAN
ANSIETAS
DISUSUN OLEH : KELOMPOK 5
EDY NOVRIADI
LIANA SARI
DAI’MATUL HASANAH
TRI ASMAWATI
U. YENI MAULINA
WIRAYUDHA RUSADI
TARIQ SETIAWAN
MURADI
DOSEN PEMBIMBING:
WAHYU KIRANA, M.Kep., Sp. Jiwa
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM PONTIANAK
PRODI SI KEPERAWATAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Globalisasi telah membuat perubahan diberbagai bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, persaingan kelompok dan individu semakin ketat, dampak dari perubahan tersebut merupakan salah satu stressor bagi individu, apabila seseorang tidak bisa bertahan dengan perubahan yang terjadi. Hal tersebut akan dirasakan sebagai stressor yang berkepanjangan, koping individu yang tidak efektif menjadikan seseorang mengalami gangguan secara psikologis.
Masalah kesehatan jiwa sangat mempengaruhi produktifitas dan kualitas kesehatan perorangan maupun masyarakat. Mutu sumber daya manusia tidak dapat diperbaiki hanya dengan pemberian makanan atau gizi seimbang, namun juga perlu memperhatikan aspek-aspek dasar berupa aspek fisik/jasmani, mental-emosional/jiwa, dan sosial-budaya/lingkungan. Gangguan jiwa walaupun tidak langsung menyebabkan kematian, namun akan menimbulkan penderitaan yang mendalam bagi individu dan beban berat bagi keluarga, baik mental maupun materi karena penderita menjadi kronis dan tidak lagi produktif.
Dampak gangguan kesehatan jiwa tidak hanya dirasakan oleh si penderita, tetapi juga oleh keluarga, teman, pekerja, dan komunitas. Sehingga akan mempengaruhi produktifitas komunitas dan berdampak pada perekonomian serta kesejahteraan. Hal itu terlihat dari hasil studi Bank Dunia tahun 1995 di beberapa negara yang menunjukkan bahwa 8,1 persen hari-hari produktif hilang akibat beban penyakit disebabkan oleh masalah kesehatan jiwa. Angka itu lebih besar dibandingkan hari-hari produktif yang hilang akibat penyakit tuberculosis (7,2 persen), kanker (5,8 persen), penyakit jantung (4,4 persen) dan malaria (2,6 persen). Bunuh diri, yang terjadi karena gangguan kesehatan jiwa, merupakan salah satu penyebab kematian tertinggi di beberapa negara (Narishma, 2012).
Data Riset Kesehatan Dasar tahun 2007 (Riskesdas) menunjukkan bahwa gangguan mental emosional (depresi dan kecemasan) dialami oleh sekitar 11,6% populasi usia di atas 15 tahun (sekitar 24.708.000 orang). Sedangkan sekitar 0,48% populasi (1.065.000 orang) mengalami gangguan jiwa berat atau psikosis (Depkes, 2012).
Gangguan mental berupa depresi, kecemasan, dan keluhan somatik didominasi perempuan dengan angka sekitar 1 dari 3 orang dalam masyarakat dan merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius. Unipolar depresi diperkirakan menjadi penyebab utama kedua beban kecacatan global yang akan terjadi pada tahun 2020 dimana angka kejadian dua kali lebih sering terjadi pada perempuan (Yasira, 2011).
Kecemasan atau ansietas masih menjadi salah satu masalah kesehatan jiwa yang masih banyak terjadi kasus baik di negara-negara maju maupun di negara berkembang. Gangguan ansietas merupakan gangguan mental emosional yang paling sering terjadi di Amerika serikat. Setidaknya 17% individu dewasa di Amerika serikat menunjukkan satu gangguan ansietas atau lebih dalam satu tahun. Gangguan ansietas lebih sering di alami oleh individu wanita, individu berusia kurang dari 45 tahun, individu yang bercerai atau berpisah, dan individu yang berasal dari status sosio-ekonomi rendah (Videbeck, 2008, hal. 308).
Didalam makalah ini, kelompok akan membahas mengenai ansietas atau kecemasan, yang dapat menjadi sebuah masalah kesehatan jiwa apabila respons yang diberikan berlebihan dan mengganggu kehidupan sehari-hari. Pada makalah ini akan dibahas mengenai konsep dasar tentang ansietas, penyebab, mekanisme terjadinya, hingga respons yang dapat terjadi pada setiap individu dan tingkatannya. Serta akan dijelaskan mengenai pendekatan konsep asuhan keperawatan yang akan diberikan pada masalah kesehatan jiwa berupa kecemasan atau ansietas ini. Penanganan masalah gangguan mental emosional ini sangat penting, karena apabila tidak dapat ditangani dengan baik maka bisa saja dapat berlanjut kepada masalah gangguan jiwa.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penyusunan makalah ansietas ini adalah untuk memberikan gambaran tentang ansietas serta penanganannya dalam proses keperawatan.
2. Tujuan Khusus
Asuhan keperawatan ini disusun sebagai tugas mata kuliah keperawatan jiwa. Setelah menyusun atau mempelajari makalah ini mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan:
a. Konsep dasar Ansietas
b. Asuhan keperawatan dengan klien ansietas secara teoritis
C. Metode penulisan
Metode penulisan dalam penyusunan makalah ini, kelompok menggunakan metode deskriftif yaitu dengan menggambarkan konsep dasar tentang asuhan keperawatan pada klien dengan ansietas. Dan dengan menggunakan studi literatur, baik melalui literatur kepustakaan yang ada maupun litertur kepustakaan secara online.
D. Sistematika penulisan
Penyusunan asuhan keperawatan pada klien dengan ansietas ini menggunakan sistematika sebagai berikut :
1. Bab I : Pendahuluan
a. Latar Belakang
b. Tujuan
c. Metode penulisan
d. Sistematika
2. Bab II : Tinjauan Teoritis
a. Konsep dasar ansietas
1) Pengertian
2) Teori – teori yang mendasari ansietas
3) Penyebab ansietas
4) Tingkatan ansietas
5) Respon ansietas
6) Rentang respon
7) Penatalaksanaan
b. Asuhan keperawatan klien dengan ansietas secara teoritis
1) Pengkajian
2) Diagnosis keperawatan
3) Rencana keperawatan
4) Implementasi
5) Evaluasi
3. Bab III : Penutup
a. Kesimpulan
b. Saran
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. KONSEP DASAR ANSIETAS
1. Pengertian
Ansietas adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya.Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik. Ansietas dialami secara subjektif dan dikomunikasikan secara interpersonal (Stuart & Laraia 2005, hal.260 ).
Kecemasan memiliki nilai yang positif. Menurut Stuart dan Laraia (2005, hal.260 ) aspek positif dari individu berkembang dengan adanya konfrontasi, gerakmaju perkembangan dan pengalaman mengatasi kecemasan. Tetapi pada keadaan lanjut perasaan cemas dapat mengganggu kehidupan seseorang.
Ansietas adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh situasi (Videbeck, 2008, hal. 307).
Ansietas atau kecemasan adalah respons emosi tanpa objek yang spesifik yang secara subjektif dialami dan dikomunikasikan secara interpersonal (Suliswati, 2005, hal. 108 ).
Ansietas adalah suatu kekhawatiran yang berlebihan dan dihayati disertai berbagai gejala sumatif, yang menyebabkan gangguan bermakna dalam fungsi sosial atau pekerjaan atau penderitaan yang jelas bagi pasien (Mansjoer, 1999, hal. ? ).
Jadi, kecemasan merupakan hal yang normal terjadi pada setiap individu, reaksi umum terhadap stress kadang dengan disertai kemunculan kecemasan. Namun kecemasan itu dikatakan menyimpang bila individu tidak dapat meredam rasa cemas tersebut dalam situasi dimana kebanyakan orang mampu menanganinya tanpa adanya kesulitan yang berarti.
2. Teori-Teori yang Mendasari Ansietas
Teori yang dikembangkanuntuk menjelaskan penyebab ansietas adalah (Stuart&Sundeen,1998, 177-181) :
1. Teori psikoanalitik
Menurut Sigmund Freud struktur kepribadian terdiri dari tiga elemen, yaitu id, ego, dan superego. Id melambangkan dorongan insting dan impuls primitif. Superego mencerminkan hati nuraniseseorang dan dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang, sedangkan ego atau aku digambarkan sebagaimediator antara tuntutan dari id dan superego.Menurut teori psikoanalitik, ansietas merupakankonflik emosional yang terjadi antara id dan superego, yang berfungsi memperingatkan ego tentang sesuatu bahayayang perlu diatasi.
2. Teori interpersonal
Ansietas terjadi dari ketakutan akan penolakan interpersonal. Hal ini juga dihubungkan dengan trauma masa pertumbuhan seperti kehilangan, perpisahan yang menyebabkan seseorang menjadi tidak berdaya. Individu yang mempunyai harga diri rendah biasanya sangat mudah untuk mengalami ansietas yang berat.
3. Teori prilaku
Ansietas merupakanhasil frustasi dari segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapaitujuan yang diinginkan. Para ahli prilaku menganggap ansietas merupakan sesuatu dorongan yang dipelajari berdasarkan keinginan untuk menghindarkan rasa sakit. Teori ini meyakini bahwa individu yang pada awal kehidupannya dihadapkan pada rasa takut berlebihan akan menunjukkan kemungkinan ansietas berat pada kehidupan masa dewasanya.
4. Kajian keluarga
Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan ansietas merupakan hal yang biasa ditemui dalam suatu keluarga.
5. Kajian biologis
Kajian biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus untuk benzodiazepin. Reseptor ini mungkin membantu mengatur ansietas. Selain itu kesehatan umum seseorang mempunyai predisposisi terhadapansietas. Ansietas mungkin disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang untuk mengatasi stressor.
3. Penyebab
Meski penyebab ansietas belum sepenuhnyadiketahui, namun gangguankeseimbangan neurotransmitter dalam otak dapat menimbulkan ansietas pada diri seseorang. Faktor genetik juga merupakan faktor yang dapatmenimbulkan gangguan ini. Ansietas terjadi ketika seseorang mengalami kesulitan menghadapi situasi, masalah dan tujuan hidup (Videbeck, 2008, hal. 312). Setiap individu menghadapi stres dengan cara yang berbeda-beda, seseorang dapat tumbuh dalam suatu situasi yang dapat menimbulkan stres berat pada orang lain.
a. Faktor Predisposisi
1) Dalam pandangan psikoanalisis, ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian, id dan superego.Id mewakili dorongan insting dan impuls primitif, sedangkansuperego mencerminkan hati nurani dan dikendalikan oleh norma budaya.
2) Menurut pandangan interpersonal, ansietas timbul dari perasaan takut terhadap ketidaksetujuan dan penolakan interpersonal.
3) Menurut pandangan perilaku, ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan individu untuk mencapai tujuan.
4) Kajian keluargamenunjukkan bahwa gangguan ansietas biasanya terjadi dalam keluarga. Gangguan ansietas juga tumpang tindih dengan depresi.
5) Sedangkan kajian biologis menunjukkan bahwa otak megandungreseptor khususuntuk benzodiasepin, obat-obatan yang meningkatkan neuroregulator inhibisi asam-asam gama-aminobutirat (GABA), yang berperanpenting dalam mekanisme biologis yang berhubungan dengan ansietas.
b. Faktor Presipitasi
Stresor presipitasi adalah semua ketegangandalam kehidupan yang dapat mencetuskan timbulnya kecemasan (Suliswati, 2005, hal 114 ). Stresor presipitasi kecemasan dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu :
1) Ancaman terhadap integritas fisik. Ketegangan yang mengancam integritas fisik yang meliputi :
· Sumber internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologis sistem imun, regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal (misalnya : hamil).
· Sumber eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan bakteri, polutan lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi, tidak adekuatnya tempat tinggal.
2) Ancaman terhadapharga diri meliputi sumber internal dan eksternal.
· Sumber internal : kesulitan dalam berhubungan interpersonal di rumah dan tempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru. Berbagai ancaman terhadap integritas fisik juga dapatmengancam harga diri.
· Sumber eksternal : kehilangan orang yang dicintai, perceraian, perubahan status pekerjaan, tekanan kelompok, sosial budaya.
4. Tingkat Ansietas
Menurut Stuart dan Sundeen (1998, hal.175-176), tingkat ansietas sbb :
a. Ansietas ringan;
berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada danmeningkatkan lahan persepsinya. Ansietas memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas.
b. Ansietas sedang;
memungkinkan seseorang untuk berfokus pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain, sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif namun dapat berfokus untuk melakukan sesuatu yang lebih terarah.
c. Ansietas Berat;
sangat mengurangi lahan persepsi seseorang.Seseorang cendrung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak dapat berfikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan padasuatu area lain.
d. Tingkat Panik ;
dari ansietas berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror. Rincian terpecah dari proporsinya, tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Panik melibatkan disorganisasi kepribadian. Terjadi peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan berhubungan dengan orang lain, persepsi menyimpang, kehilangan pemikiran rasional.
5. Respon Ansietas
a. Respon Fisiologis
Sistem tubuh | Respons |
Kardiovaskuler | Ø Palpitasi Ø Jantung berdebar-debar Ø Tekanan darah tinggi Ø Rasa mau pingsan Ø Pingsan Ø Tekanan darah menurun Ø Denyut nadi menurun |
Pernapasan | Ø Napas cepat Ø Napas pendek Ø Tekanan pada dada Ø Napas dangkal Ø Pembengkakan tenggorok Ø Sensasi tercekik Ø Terengah-engah |
Neuromuskular | Ø Refleks meningkat Ø Reaksi kejutan Ø Mata berkedip-kedip Ø Insomnia Ø Tremor Ø Rigiditas Ø Gelisah Ø Wajah tegang Ø Kelemahan umum Ø Kaki goyah Ø Gerakkan janggal |
Gastrointestinal | Ø Kehilangan napsu makan Ø Menolak makan Ø Rasa tidak nyaman pada abdomen Ø Mual Ø Diare Ø Rasa terbakar pada jantung |
Traktus urinarius | Ø Tidak dapat menahan kencing Ø Sering berkemih |
Kulit | Ø Wajah kemerahan Ø Berkeringat setempat Ø Gatal Ø Rasa panas dan dingin pada kulit Ø Wjah pucat Ø Berkeringat seluruh tubuh |
( Stuart & Sundeen , 1998. Hal.178-179)
b. Respon Prilaku, Kognitif, dan Afektif
Sistem | Respons |
Perilaku | Ø Gelisah Ø Ketegangan fisik Ø Tremor Ø Gugup Ø Bicara cepat Ø Kurang koordinasi Ø Cenderung mendapat cidera Ø Menarik diri dari hubungan interpersonal Ø Mengahalangi Ø Melarikan diri dari masalah Ø Menghidar Ø Hiperventilasi |
Kognitif | Ø Perhatian terganggu Ø Konsentrasi buruk Ø Pelupa Ø Preokupasi Ø Salah dalam memberikan penilaian Ø Hambatan berpikir Ø Bidang presepsi menurun Ø Kreativitas menurun Ø Produktivitas menurun Ø Bingung Ø Sangat waspada Ø Kesadaran diri meningkat Ø Kehilangan objektivitas Ø Takut kehilangan kontrol Ø Takut padapada gambaran visual Ø Takut cedera atau kematian |
Afektif | Ø Mudah terganggu Ø Tidak sabar Ø Gelisah Ø Tegang Ø Nervus Ø Ketakutan Ø Alarm Ø Teror Ø Gugup |
( Stuart & Sundeen , 1998. Hal. 180-181)
6. Respon Setiap Tingkat Ansietas
a. Ansietas ringan adalah perasaan bahwa ada sesuatu yang berbeda dan membutuhkan perhatian khusus. Stimulasi sensori meningkat dan membantu individu memfokuskan perhatian untuk belajar, menyelesaikan masalah, berpikir, bertindak, merasakan, dan melindungi diri sendiri.
Menurut Videbeck (2008, hal. 311), respons dari ansietas ringan adalah sebagai berikut :
1) Respons fisik
- Ketegangan otot ringan
- Sadar akan lingkungan
- Rileks atau sedikit gelisah
- Penuh perhatian
- Rajin
2) Respon kognitif
- Lapang persepsi luas
- Terlihat tenang, percaya diri
- Perasaan gagal sedikit
- Waspada dan memperhatikan banyak hal
- Mempertimbangkan informasi
- Tingkat pembelajaran optimal
3) Respons emosional
- Perilaku otomatis
- Sedikit tidak sadar
- Aktivitas menyendiri
- Terstimulasi
- Tenang
b. Ansietas sedang merupakan perasaan yang menggangu bahwa ada sesuatu yang benar-benar berbeda; individu menjadi gugup atau agitasi. Menurut Videbeck (2008, hal. 311), respons dari ansietas sedang adalah sebagai berikut :
1) Respon fisik :
- Ketegangan otot sedang
- Tanda-tanda vital meningkat
- Pupil dilatasi, mulai berkeringat
- Sering mondar-mandir, memukul tangan
- Suara berubah : bergetar, nada suara tinggi
- Kewaspadaan dan ketegangan menigkat
- Sering berkemih, sakit kepala, pola tidur berubah, nyeri punggung
2) Respons kognitif
- Lapang persepsi menurun
- Tidak perhatian secara selektif
- Fokus terhadap stimulus meningkat
- Rentang perhatian menurun
- Penyelesaian masalah menurun
- Pembelajaran terjadi dengan memfokuskan
3) Respons emosional
- Tidak nyaman
- Mudah tersinggung
- Kepercayaan diri goyah
- Tidak sabar
- Gembira
c. Ansietas berat, yakni ada sesuatu yang berbeda dan ada ancaman, memperlihatkan respons takut dan distress. Menurut Videbeck (2008, hal. 311), respons dari ansietas berat adalah sebagai berikut :
1) Respons fisik
- Ketegangan otot berat
- Hiperventilasi
- Kontak mata buruk
- Pengeluaran keringat meningkat
- Bicara cepat, nada suara tinggi
- Tindakan tanpa tujuan dan serampangan
- Rahang menegang, mengertakan gigi
- Mondar-mandir, berteriak
- Meremas tangan, gemetar
2) Respons kognitif
- Lapang persepsi terbatas
- Proses berpikir terpecah-pecah
- Sulit berpikir
- Penyelesaian masalah buruk
- Tidak mampu mempertimbangkan informasi
- Hanya memerhatikan ancaman
- Preokupasi dengan pikiran sendiri
- Egosentris
3) Respons emosional
- Sangat cemas
- Agitasi
- Takut
- Bingung
- Merasa tidak adekuat
- Menarik diri
- Penyangkalan
- Ingin bebas
d. Panik, individu kehilangan kendali dan detail perhatian hilang, karena hilangnya kontrol, maka tidak mampu melakukan apapun meskipun dengan perintah. Menurut Videbeck (2008, hal. 311), respons dari panik adalah sebagai berikut :
1) Respons fisik
- Flight, fight, atau freeze
- Ketegangan otot sangat berat
- Agitasi motorik kasar
- Pupil dilatasi
- Tanda-tanda vital meningkat kemudian menurun
- Tidak dapat tidur
- Hormon stress dan neurotransmiter berkurang
- Wajah menyeringai, mulut ternganga
2) Respons kognitif
- Persepsi sangat sempit
- Pikiran tidak logis, terganggu
- Kepribadian kacau
- Tidak dapat menyelesaikan masalah
- Fokus pada pikiran sendiri
- Tidak rasional
- Sulit memahami stimulus eksternal
- Halusinasi, waham, ilusi mungkin terjadi
3) Respon emosional
- Merasa terbebani
- Merasa tidak mampu, tidak berdaya
- Lepas kendali
- Mengamuk, putus asa
- Marah, sangat takut
- Mengharapkan hasil yang buruk
- Kaget, takut
- Lelah
7. Rentang Respons
Respons adaptif Respons maladaptive
Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik
Gambar Rentang Respons Ansietas (Stuart, 2007. Hal. 145)
Ciri-ciri ansietas yaitu :
a. Ansietas Ringan : Lebih waspada, gerakan mata, ketajaman pendengaran bertambah, dan kesadaran meningkat.
b. Ansietas Sedang : Berfokus pada dirinya (penyakitnya). Menurunnya perhatian terhadap lingkungan secara terperinci.
c. Ansietas Berat : Perubahan pola pikir, ketidak selarasan pikiran, tindakan dan perasaan. Lapangan persepsi menyempit.
d. Panik : Persepsi terhadap lingkungan mengalamidistorsi; ketidakmampuan memahami situasi; respon tidak dapat diduga; aktivitas motorik yang tidak menentu.
8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan ansietas pada tahap pencegahaan dan terapi memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu mencangkup fisik (somatik), psikologik atau psikiatrik, psikososial dan psikoreligius (Hawari, 2008, hal. ??? ) selengkapnya seperti pada uraian berikut :
a. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengancara :
1) Makan makan yang bergizi dan seimbang.
2) Tidur yang cukup.
3) Cukup olahraga.
4) Tidak merokok.
5) Tidak meminum minuman keras.
b. Terapi psikofarmaka
Terapi psikofarmaka merupakanpengobatan untuk cemas dengan memakai obat- obatan yang berkhasiat memulihkan fungsi gangguan neuro-transmitter (sinyal penghantar saraf) di susunan saraf pusat otak (limbic system). Terapi psikofarmaka yang sering dipakai adalah obat anti cemas (anxiolytic), yaitu seperti diazepam, clobazam, bromazepam, lorazepam, buspirone HCl, meprobamate dan alprazolam.
c. Terapi somatik
Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala ikutan atau akibat dari kecemasan yang bekerpanjangan. Untuk menghilangkankeluhan- keluhan somatik (fisik) itu dapat diberikan obat-obatan yang ditujukan pada organ tubuh yang bersangkutan.
d. Psikoterapi
Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain :
1) Psikoterapi suportif, untuk memberikan motivasi, semangat dan dorongan agar pasien yang bersangkutan tidak merasa putus asa dan diberi keyakinan serta percaya diri.
2) Psikoterapi re-edukatif, memberikan pendidikan ulang dan koreksi bila dinilai bahwa ketidakmampuan mengatsi kecemasan.
3) Psikoterapi re-konstruktif, untuk dimaksudkan memperbaiki kembali (re- konstruksi) kepribadian yang telah mengalami goncanganakibat stressor.
4) Psikoterapi kognitif, untuk memulihkan fungsi kognitif pasien, yaitu kemampuan untuk berpikir secara rasional, konsentrasi dan dayaingat.
5) Psikoterapi psiko-dinamik, untuk menganalisa dan menguraikan proses dinamika kejiwaan yang dapatmenjelaskan mengapaseseorang tidak mampu menghadapi stressor psikososial sehingga mengalami kecemasan.
6) Psikoterapi keluarga, untuk memperbaiki hubungan kekeluargaan, agar faktor keluarga tidak lagi menjadi faktor penyebab dan faktor keluarga dapat dijadikan sebagai faktor pendukung.
e. Terapi psikoreligius
Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubungannya dengan kekebalan dan daya tahan dalam menghadapi berbagai problem kehidupan yang merupakan stressor psikososial.
B. Asuhan Keperawatan Pada Klien Ansietas Secara Teoritis
1. Pengkajian
a. Perilaku
Ansietas dapat diekpresikan secara langsung melalui perubahan fisiologis dan perilaku s dan secara tidak langsung melalui timbulnya gejala atau mekanisme koping sebagai upaya untuk melawan ansietas. Intensitas perilaku meningkat sejalan dengan peningkatan ansietas. (Stuart, 2007, hal. 146 )
b. Faktor Predisposisi
Menurut Stuart (2007, hal. 146 ) terdapat beberapa teori yang dapat menjelaskan ansietas, diantaranya:
1) Pandangan Psikoanalitis, ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara antara dua elemen kepribadian: id dan superego. Id mewakili dorongan insting dan impuls primitif, sedangkan superegomencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma budayaseseorang. Ego atau aku, berfungsi menengahituntutan dari dua elemen yang bertentangantersebut dan fungsi ansietas adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya.
2) Pandangan Interpersonal, ansietas timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan/ persetujuan dan penolakan interpersonal. Ansietas berhubungan dengan perkembangantrauma, seperti perpisahan dan kehilangan, yang menimbulkan kelemahan tertentu. Orang yang mengalami harga diri rendah terutama mudah mengalami perkembangan ansietas yang berat.
3) Pandangan Perilaku, ansietas merupakanproduk frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Pakar perilaku menganggap sebagaidorongan belajar berdasarkan keinginan dari dalam untuk menghindari kepedihan. Individu yang terbiasa dengankehidupan dini dihadapkan pada ketakutan berlebihan lebih sering menunjukkan ansietas dalam kehidupan selanjutnya.
4) Kajian Keluarga, ansietas merupakan hal yang biasa ditemui dalam keluarga. Ada tumpang tindih dalam gangguan ansietas dan antara gangguan ansietas dengan depresi.
5) Kajian Biologis, Otak mengandung reseptor khusus untuk benzodiazepine. Reseptor ini membantu mengatur ansietas. Penghambat GABA (asam gama- aminobutirat) juga berperan utama dalam mekanisme biologis berhubungan dengan ansietas sebagaimana halnya dengan endorfin. Ansietas mungkin disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang untuk mengatasi stressor.
c. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi dibedakan menjadi ( Stuart & Sundeen, 1998 hal. 181 ):
1) Ancaman terhadapintegritas seseorang meliputi ketidakmampuan fisiologis yang akan datang atau menurunnya kapasitas untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari.
2) Ancaman terhadapsistem diri seseorang dapat membahayakan identitas , harga diri, dan fungsi sosial yang terintegrasi seseorang.
d. Penilaian Stressor
Pemahaman tentang ansietas perlu integrasi banyak faktor, termasukpengetahuan dari perspektif psikoanalisis, interpersonal, perilaku, genetik, dan biologis. Penilaian mendorong pengkajian perilaku dan persepsi pasien dalam mengembangkan intervensi keperawatan yang tepat. Penilaian juga menunjukkan berbagai faktor penyebab dan menekankan hubunagn timbal balik antara faktor0faktor tersebut dalam menjelaskan perilaku yang terjadi. Dengan demikian , pemahaman yang benar tentang ansietas bersifat holistik (Stuart, 2007, hal. 147 )
Sumber Koping
Individu dapat mengatasi stres danansietas dengan menggerakkan sumber koping di lingkungan. Sumber koping tersebut yang berupa model ekonomi, kemampuan penyelesaian masalah, dukungan sosial, dan keyakinan budaya dapat membantu individu mengintergrasikan pengalaman yang menimbulkan stres dan mengadopsi strategi kopinng yang berhasil (Stuart, 2007, hal. 147 )
e. Mekanisme Koping
Tingkat ansietas sedang dan berat menimbulkan dua jenis mekanisme koping sebagai berikut ( Stuart & Sundeen, 1998 hal. 182 ):
a. Reaksi yang berorientasi pada tugas yaitu upaya yang disadari dan berorientasi pada tindakan untuk memenuhi secara realistik tuntutan situasi stres, misalnya perilaku menyerang untuk mengubah atau mengatasi hambatan pemenuhan kebutuhan, Menarik diri untuk memindahkan dari sumber stress, Kompromi untuk mengganti tujuan atau mengorbankan kebutuhan personal.
b. Mekanisme pertahanan ego membantu mengatasi ansietas ringan dan sedang, tetapi berlangsung tidak sadar dan melibatkan penipuan diri dan distorsi realitas danbersifat maladaptif.
2. Diagnosis Keperawatan
Perumusan diagnosa keperawatan mengharuskan perawat untuk menentukan kualitas (kesesuaian) respon pasien, kuantitas (tingkat) ansietas pasien, dan sifat adaptif atau maladaptif mekanisme koping yang digunakan.
Diagnosis keperawatan NANDA yang utama yang berhubungan dengan respon ansietas disajikan pada kotak dibawah. Suatu pengkajian keperawatan yang lengkap harus mencakup semua respon maladaptif pasien. Banyak masalah keperawatan tambahan akan teridentifikasi pada saat ansietas pasien mempengaruhi area lain kehidupan secara timbal balik. ( Stuart, 2007, hal. 151 )
Diagnosis Keperawatan NANDA yang Berhubungan dengan Respons Ansietas |
Penyesuaian, Gangguan Ansietas* Pola Pernapasan, Ketidakefektifan Komunikasi, Hambatan Verbal Konfusi, Akut Koping , Ketidakefektifan* Koping Komunitas, Ketidakefektifan Diare Ketakutan* Pemeliharaan Kesehatan, Ketidakefektifan Cedera, Risiko Memori, kerusakan Nutrisi, Ketidakseimbangan Sindrom Pasca Trauma Ketidakberdayaan Ketidakberdayaan, Risiko Sindrom Stress akibat perpindahan, Risiko Harga Diri, Risiko rendah situasional Harga Diri, Rendah situasional Persepsi Sensori, Gangguan Pola Tidur, Gangguan Interaksi Sosial, Hambatan Proses Pikir, Gangguan Elimanisi Urin, Gangguan |
(Stuart, 2007, hal. 151 )
3. Rencana Keperawatan
Ringkasan Rencana Asuhan Keperawatan: Respons Ansietas Berat dan Panik | ||
Diagnosis Keperawatan : Ansietas Berat / Panik Kriteria Hasil : Pasien akan mengurangi ansietasnya sampai tingkat sedang atau ringan. | ||
Tujuan Jangka Pendek | Intervensi | Rasional |
Pasien akan terlindung dari bahaya. | Pada awalnya kita menerima dan mendukung, bukan menyerang pertahanan diri pasien. Kenalkan realitas kesedihan yang berhubungan dengan mekanisme koping pasien saat ini. Jangan fokuskan pada fobia, ritual atau keluhan fisik itu sendiri. Berikan umpan balik pada pasien tentang perilaku, stressor, penilaian stressor, dan sumber koping. Perkuat ide bahwa kesehatan fisik berhubungan dengan kesehatan emosional dan bahwa area ini akan membutuhkan eksplorasi di masa depan. Sementara itu, mulai terapkan batasan perilaku maladaptive pasien dengan cara yang mendukung. | Ansietas berat dan panik dapat dikurangi dengan mengizinkan pasien untuk menentukan besarnya stres yang dapat ditangani. Jika pasien tidak mampu menghilangkan ansietas, ketegangan dapat mencapai tingkat panik dan pasien dapat kehilangan kendali. Saat ini pasien tidak memiliki alternatif untuk mekanisme koping. |
Pasien akan mengalami situasi yang lebih sedikit menimbulkan ansietas. | Bersikap tenang terhadap pasien. Kurangi stimulus lingkungan. Batasi interaksi pasien dengan pasien lain untuk meminimalkan aspek menularnya ansietas. Identifikasi dan modifikasi situasi yang dapat menimbulkan ansietas bagi pasien. Berikan tindakan fisik yang mendukung seperti mandi air hangat dan masase. | Perilaku pasien dapat dimodifikasi dengan mengubah lingkungan dan interaksi pasien dengan lingkungan. |
Pasien akan terlibat dalam aktivitas yang dijadwalkan sehari-hari. | Pada awalnya, berbagi aktivitas dengan pasien untuk memberikan dukungan dan penguatan perilaku produktif secara sosial. Berikan beberapa jenis latihan fisik. Rencanakan jadwal atau daftar aktifitas yang dapat dilakukan setiap hari. Libatkan anggota keluarga dan sistem pendukung lainnya sebanyak mungkin. | Dengan mendorong aktifitas keluar rumah perawat membatasi waktu pasien yang tersedia untuk mekanisme koping destruktif sambil meningkatkan partisipasi dan menikmati aspek kehidupan lainnya. |
Pasien akan mengalami penyembuhan dan gejala-gejala ansietas berat | Berikan medikasi yang dapat membantu mengurangi rasa tidak nyaman pasien. Amati efek samping medikasi dan lakukan penyuluhan kesehatan yang relevan. | Efek hubungan terapeutik dapat ditingkatkan jika kendali kimiawi terhadap gejala memungkinkan pasien untuk mengarahkan perhatian pada konflik yang mendasari. |
( Stuart, 2007 hal. 166 )
Ringkasan Rencana Asuhan Keperawatan: Respons Ansietas Sedang | ||
Diagnosis Keperawatan : Ansietas Sedang Kriteria Hasil : Pasien akan menunjukkan cara koping adaptif terhadap stress | ||
Tujuan Jangka Pendek | Intervensi | Rasional |
Pasien akan mengidentifikasi dan menggambarkan perasaan tentang ansietas. | Bantu pasien mengidentisikasi dan menggambarkan perasaan yang mendasari. Kaitkan perilaku pasien dengan perasaan tersebut. Validasikan semua perubahan dan asumsikan kepada pasien. Gunakan pertanyaan terbuka untuk beralih dari topik yang tidak mengancam ke isu-isu konflik. Variasikan besarnya ansietas untuk meningkatkan motivasi pasien. Sementara itu, gunakan konfrontasi suportif dengan bijaksana. | Untuk mengadopsi respon koping yang baru, pasie pertama kali harus menyadari perasaan dan mengatai penyangkalan dan resistens yang disadari atau tidak disadari |
Pasien akan mengidentifikasi penyebab ansietas. | Bantu pasien menggambarkan situasi dan interaksi yang mendahului ansietas. Tinjau penilaian pasien terhadap stresor, nilai-nilai yang terancam, dan cara konflik berkembang. | Setelah perasaan ansietas dikenali, pasien harus mengenali perkembangannya termasuk stresor pencetus, penilaian stresor, dan sumber yang tersedia. |
Pasien akan mengidentifikasi penyebab ansietas. | Hubungkan pengalaman pasien saat ini dengan pangalaman yang relevan pada masa lalu. | Respon koping adpatif yang baru dapat dipelajari melalui analisis mekanisme koping yang dugunakan di masa lalu, penilaian ulang stresor, menggunakan sumber-sumber yang tersedia dan menerima tanggung jawab untuk berubah. |
Pasien akan menguraikan respon koping adaptif dan maladaptif. | Kaji bagaimana pasien menurunkan ansietasnya di masa lalu dan tindakan yang dilakukan untuk menurunkannya. Tunjukan efek maladaptif dan destruktif dari respon koping saat ini. Dorong pasien untuk menggunakan respon koping adaptif yang efektif dimasa lalu. Fokuskan tanggung jawab untuk berubah pada pasien. Bantu pasien secara aktif untuk mengaitkan hubungan sebab dan akibat sambil mempertahankan ansietas batasan yang sesuai. Bantu pasien dalam menilai kembali nilai, sifat, dan arti stressor pada saat yang tepat. | |
Pasien akan mengimplementasi kan dua respon adaptif untuk mengatasi ansietas | Bantu pasien mengidentifikasi cara untuk membangun kembali pikiran, memodifikasi perilaku, menggunakan sumber-sumber dan menguji respon koping yang baru. Dorong pasien melakukan aktifitas fisik untuk mengeluarkan energi. Libatkan orang terdekat sebagai sumber dan dukungan sosial dalam membantu pasien mempelajari respon koping yang baru. Ajarkan pasien tentang teknik relaksasi untuk meningkatkan kendali dan percaya diri serta mengurangi stres. | Seseorang juga dapat mengatasi stres dengan mengatur distres emosional yang menyertainya melalui penggunaan teknik penatalaksanaan stres. |
( Stuart, 2007 hal. 168 )
4. Implementasi
a. Intervensi pada Ansietas Tingkat Berat dan Panik.
Prioritas tertinggi tujuan keperawatan harus ditunjukan untuk menurunkan ansietas tinggkatberat atau panik pasien, dan intervensi keperawatan yang berhubungan harus suportif dan protektif
b. Intervensi pada Ansietas Tingkat Sedang
Saat ansietas pasien menurun sampai tingkat ringan atau sedang,perawat daapt mengimplementasikan intervensi keperawatan reedukatif atau berorientasi pada pemahaman. Intervensi ini melibatkan pasien dalam proses penyelesaian masalah ( Stuart & Sundeen , 1998 hal. 189 ).
5. Evaluasi
Evaluasi akan dilakukanselama proses belajar dan pada akhir dari proses pendidikan kesehatan. Evalasi akan dilakukan dengan mengajukan pertanyaan lisan ( Stuart, 2007 hal. 160 ).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Masalah kesehatan jiwa sangat mempengaruhi produktifitas dan kualitas kesehatan perorangan maupun masyarakat. Mutu sumber daya manusia tidak dapat diperbaiki hanya dengan pemberian makanan atau gizi seimbang, namun juga perlu memperhatikan aspek-aspek dasar berupa aspek fisik/jasmani, mental-emosional/jiwa, dan sosial-budaya/lingkungan.
Gangguan mental berupa depresi, kecemasan, dan keluhan somatik merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius. Sebagai contoh Kecemasan atau Ansietas masih menjadi salah satu masalah kesehatan jiwa yang masih banyak terjadi kasus baik di negara-negara maju maupun di negara berkembang.
Kecemasan merupakan hal yang normal terjadi pada setiap individu, reaksi umum terhadap stress kadang dengan disertai kemunculan kecemasan. Namun kecemasan itu dikatakan menyimpang bila individu tidak dapat meredam rasa cemas tersebut dalam situasi dimana kebanyakan orang mampu menanganinya tanpa adanya kesulitan yang berarti.
Meski penyebab ansietas belum sepenuhnya diketahui, namun gangguankeseimbangan neurotransmitter dalam otak dapat menimbulkan ansietas pada diri seseorang. Faktor genetik juga merupakan faktor yang dapatmenimbulkan gangguan ini. Ansietas terjadi ketika seseorang mengalami kesulitan menghadapi situasi, masalah dan tujuan hidup.
Penatalaksanaan ansietas pada tahap pencegahaan dan terapi memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu mencangkup fisik (somatik), psikologik atau psikiatrik, psikososial dan psikoreligius
B. Saran
1. Perawat diharapkan dapat memahami masalah adaptasi bio – psiko – sosial – spiritual dan menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan ansietas dengan baik. Seperti penatalaksanaan pada tahap pencegahan , dengan melakukan metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu mencangkup fisik (somatik), psikologik atau psikiatrik, psikososial dan psikoreligius.
2. Institusi pelayanan keperawatan khususnya rumah sakit maupun puskesmas diharapkan mampu menerapkan asuhan keperawatan dengan klien ansietas pada setiap perawat yang ada, melalui pendekatan terapeutik dalam mengatasi masalah yang timbul. Selain itu institusi pelayanan kesehatan juga harus mampu memberikan pelayan kesehatan yang baik bagi pasien-pasien yang terkena gangguan jiwa.
3. Institusi pendidikan keperawatan dapat memberikan pendidikan yang mendalam mengenai asuhan keperawatan masalah adaptasi bio – psiko – sosial – spiritual khususnya asuhan keperawatan klien dengan ansietas sehingga mahasiswa dapat memahami dan membedakan serta memilah masalah – masalah tersebut menjadi terperinci dan lebih mudah dibedakan juga dimengerti.
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1 Ed.3. Media Aesculapius: Jakarta.
Stuart & Laraia. 2005. Principles and practice of psychiatric nursing, 8ed.
Elsevier Mosby, Philadelphia.
Elsevier Mosby, Philadelphia.
Stuart & Sundeen 1998. Buku saku keperawatan jiwa Ed.3. EGC: Jakarta.
Stuart, Gail W. 2007. Buku saku keperawatan jiwa Ed.5. EGC: Jakarta.
Suliswati,dkk.2005. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. EGC: Jakarta.
Videbeck, Sheila L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. EGC: Jakarta.
http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/1480-deteksi-kesehatan-jiwa-dilakukan-di-puskesmas.html (di akses 27-04-2012)