BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kulit adalah lapisan jaringan yang terdapat pada bagian luar menutupi dan melindungi permukaan tubuh, berhubungan dengan selaput lendir yang melapisi rongga-rongga, lubang-lubang masuk. Pada permukaan kulit bermuara kelenjar keringat dan kelenjar mukosa. Kulit adalah organ tubuh terluar dari tubuh manusia dan membatasi bagian dalam tubuh dari lingkungan luar. Kulit berfungsi untuk melindungi tubuh bagian dalam manusia dari berbagai macam penyakit. Diantaranya kusta, impetigo, dan furunkel.
Penyakit kusta adalah penyakit kronik yang di sebabkan oleh kuman Mycobacterium laprae (M leprae) yang pertama kali menyerang susunan saraf tepi, selanjutnya dapat menyerang kulit, mukosa (mulut), saluran pernafasan bagian atas, system retikulo endothelial, mata, otot, tulang dan testis.
Impetigo adalah infeksi piogenik superficial dan mudah menular yang terdapat di permukaan kulit.
Furunkel atau disebut juga bisul, adalah peradangan pada folikel rambut dan jaringan yang biasanya mengalami nekrosis ini disebabkan oleh staphylococcus aureus.
B. Tujuan
1. Untuk mendeskripsikan tentang Penyakit Kulit (Kusta, Furunkel, & Impetigo)
2. Untuk mengetahui penyebab dan gejala terjadinya penyakit kulit
3. Untuk mengetahui jenis-jenis penyakit kulit terutama penyakit kusta
C. Metode
Makalah ini kami susun menggunakan metode naratif. Karena disini kami menceritakan tentang definisi dari penyakit kulit (kusta, furunkel dan imoetigo), penyebab dan gejala penyakit tersebut. Dimana materi tersebut kami ambil dari buku-buku dan kami jadikan sebagai pedoman untuk menyelesaikan makalah ini.
D. Sistematika Penulisan
Makalah ini kami susun dengan sistematika dasar yaitu :
1. BAB I : Pendahuluan yang berisikan latar belakang, tujuan, metode, dan
sistematik.
2. BAB II : Isi materi tentang Penyakit Kulit (Kusta, Furunkel, & Impetigo).
BAB II
ISI
ANATOMI DAN FISIOLOGI KULIT
A. Pengertian
Kulit adalah lapisan jaringan yang terdapat pada bagian luar menutupi dan melindungi permukaan tubuh, berhubungan dengan selaput lendir yang melapisi rongga-rongga, lubang-lubang masuk. Pada permukaan kulit bermuara kelenjar keringat dan kelenjar mukosa. Kulit adalah organ tubuh terluar dari tubuh manusia dan membatasi bagian dalam tubuh dari lingkungan luar. Kulit berfungsi untuk melindungi tubuh bagian dalam manusia dari berbagai macam penyakit. Kulit manusia memiliki warna yang beragam, ada yang hitam legam dan ada yang putih bersih, semua itu bergantung pada jumlahnya pigmen yang terkandung pada kulit manusia. Luas kulit pada orang dewasa sekitar 1.5 m2 dan beratnya sekitar 15% dari berat badan secara keseluruhan.
B. Lapisan Kulit
1. Epidermis
Epidermis terdiri dari beberapa lapisan sel :
a. Stratum Korneum
Selnya sudah mati, tidak mempunyai inti sel, inti selnya sudah mati dan mengandung zat keratin.
b. Stratum Lusidum
Selnya pipih, bedanya dengan stratum granulosum ialah sel-sel sudah banyak yang kehilangan inti dan butir-butir sel telah menjadi jernih sekali dan tembus sinar. Lapisan ini hanya terdapat di telapak tangan dan telapak kaki. Dalam lapisan terlihat seperti suatu pita yang bening, batas-batas sel sudah tidak begitu terlihat disebut stratum lusidum.
c. Stratum Granulosum
Stratum ini terdiri dari sel-sel pipih seperti kumparan, sel-sel tersebut terdapat hanya 2-3 lapis yang sejajar dengan permukaan kulit. Dalam sitoplasma terdapat butir-butir yang disebut keratohialin yang merupakan fase dalam pembentukan keratin oleh karena banyaknya butir-butir stratum granulosum.
d. Stratum Spinosum
Lapisan ini merupakan lapisan yang paling tebal. Sel-selnya disebut spinosum karena jika kita lihat dibawah mikroskop bahwa sel-selnya terdiri dari sel yang bentuknya poligonal/banyak sudut dan mempunyai tanduk.
e. Stratum Basal
Disebut stratum basal karena sel-selnya terletak dibagian basal. Bentuknya silindris (tabung) dibagian bawah sel tersebut terdapat suatu membran disebut membran basalis. Pada stratum basal terjadi aktivitas mitosis, sehingga stratum ini bertanggung jawab dalam proses pembaharuan sel-sel epidermis secara berkesinambungan. Di dalam sel terdapat butir-butir halus disebut butir melanin warna.
2. Dermis
Dermis terdiri atas dua lapisan dengan batas yang tidak nyata, yaitu stratum papilare dan stratum reticular. Stratum papilare, yang merupakan bagian utama dari papila dermis, terdiri atas jaringan ikat longgar. Pada stratum ini didapati fibroblast, sel mast, makrofag, dan leukosit yang keluar dari pembuluh (ekstravasasi). Stratum retikulare, yang lebih tebal dari stratum papilare dan tersusun atas jaringan ikat padat tak teratur (terutama kolagen tipe I). Selain kedua stratum, dermis juga mengandung beberapa turunan epidermis, yaitu folikel rambut, kelenjar keringat, dan kelenjar sebacea.
3. Subkutan
Subkutis terdiri dari kumpulan-kumpulan sel-sel lemak dan diantara gerombolan berjalan serabut- serabut jaringan ikat dermis. Lapisan lemak ini disebut penikulus adiposus yang tebalnya tidak sama pada tiap-tiap tempat. Pada lemak subkutan ini terdapat juga kelenjar keringat dan kelenjar sebasea. Jaringan ini mengandung jalinan yang kaya akan pembuluh darah dan pembuluh limfe.
C. PEMBULUH DARAH DAN SARAF
Pembuluh darah kulit terdiri dari dua anyaman pembuluh darah nadi yaitu :
1. Anyaman pembuluh nadi kulit atas atau luar .
Anyaman ini terdapat antara stratum papilaris dan stratum retikularis, dari anyaman ini bejalan arteriole pada tiap-tiap papila formis .
2. Anyaman pembuluh darah nadi kulit bawah atau dalam .
Anyaman ini terdapat koriumdan subkutis, anyaman ini memberikan cabang-cabang pembuluh nadi ke alat-alat tambahan yang terdapat di korium .
Peredarah darah dalam kulit adalah penting sekali oleh karena diperkirakan 1/5 dari darah yang beredar melalui kulit .
Disamping itu, pembuluh darah pada kulit sangat cepat menyempit aatu melebar oleh pengaruh atau rangsangan panas, dingin, tkanan sakit nyeri dan emosi , penyempitan dan pelebaran ini terjadi secara reflek .
D. SUSUNAN SARAF KULIT
Kulit juga seperti organ lain terdapat cabang-cabang spinal dan permukaan yang terdiri dari saraf motorik dan saraf sensorik . Ujung saraf motorik berguna untuk pergerakan sel-sel otot yang terdapat pada kulit, edangkan saraf sensorik berguna untuk menerima rangsangan yang terdapat dari luar atau kulit . Pada kulit ujung saraf-saraf senorik ini membentuk bermacam-maacam kegiatan untuk menerima rangsangan . Ujung-ujung saraf yang bebas untuk menerima ransangan sakit atau nyeri banyak terdapat di epidermis, disini ujung-ujung sarafnya mempunyai bentuk yang has yang sudah merupakan suatu organ.
E. PELENGKAP KULIT
1. RAMBUT
Rambut, merupakan struktur berkeratin panjang yang berasal dari invaginasi epitel epidermis, yaitu folikel rambut. Pada folikel ini terdapat pelebaran terminal yang berbentuk benjolan pada sebuah papilla dermis. Papila dermis tersebut mengandung kapiler dan ditutupi oleh sel-sel yang akan membentuk korteks rambut, kutikula rambut, dan sarung akar rambut. Rambut tumbuh dari folikel rambut di dalam epidermis, folikel rambut dibatasi oleh epidermis sebelah atas dasarnya terdapat papil tempat rambut tumbuh. Akar rambut berada di dalam folikel pada ujung paling dalam dan bagian sebelah luar disebut batang rambut. Pada folikel rambut terdapat otot polos kecil sbg penegak rambut.
Jenis-jenis rambut :
a. Rambut panjang di kepala, pubis dan jenggot
b. Rambut pendek di lubang hidung, liang telinga dan alis
c. Rambut bulu lanugo diseluruh tubuh
d. Rambut seksual di pubis dan aksila
Struktur Rambut :
a. Medula
Bagian tengah rambut yang longgar 2-3 lapisan sel kubis yang mengkerut satu sama lain & dipisahkan oleh ruang berisi udara.
b. Kortek
Bagian utama beberapa lapis sel gepeng, panjang & bentuk gelondong yang membentuk keratin keras. Rambut hitam pigmen yang teroksidasi udara yang terkumpul didalam ruang antar sel korteks mengubah warna rambut.
c. Kutikula
Pada permukaan, selaput sel tipis, jernih & tidak berint. Kec. Yang terdapat pada akar rambut.
2. KUKU
Kuku adalah sel epidermis kulit yg telah berubah tertanam dalam palung kuku menurut garis lengkungan dalam kulit. Bagian kuku terdiri dari : ujung kuku atas, badan kuku, akar kuku (radik). Bagian proksimal terletak di dalam lipatan kulit merupakan awal kuku tumbuh. Bagian atas merupakan bagian yg bebas tidak terikat pada kulit .
Bagian Kuku :
1. Nail Root /Akar kuku: adanya stratum basale and spinosum epidermis utk membentuk/sintesis nail plate.
2. Nail bed: adanya stratum spinosum tanpa adanya proses sintesis .
3. Nail plate (cawan kuku): Lebih padat, ada keratin, & merupakan stratum korneum kuku.
4. Eponychium: Hubungan antara stratum corneum and dasar nail plate
5. Hyponychium: Hubungan antara stratum corneum dan ujung nail plate
6. Lunula: light or white region at the base (eponychium) of nail plate
F. Fungsi Kulit
A) Fungsi Proteksi
Keratin melindungi kulit dari mikroba, abrasi (gesekan), panas, dan zat kimia. Keratin merupakan struktur yang keras, kaku, dan tersusun rapi dan erat seperti batu bata di permukaan kulit. Lipid yang dilepaskan mencegah evaporasi air dari permukaan kulit dan dehidrasi selain itu juga mencegah masuknya air dari lingkungan luar tubuh melalui kulit. Sebum yang berminyak dari kelenjar sebasea mencegah kulit dan rambut dari kekeringan serta mengandung zat bakterisid yang berfungsi membunuh bakteri di permukaan kulit.
Pigmen melanin melindungi dari efek dari sinar UV yang berbahaya. Pada stratum basal, sel-sel melanosit melepaskan pigmen melanin ke sel-sel di sekitarnya yg bertugas melindungi materi genetik dari sinar matahari, shg materi genetik dapat tersimpan dengan baik. Apabila terjadi gangguan pada proteksi oleh melanin, maka dapat timbul keganasan.
B) Fungsi Absorpsi
Kulit tidak bisa menyerap air, tapi bisa menyerap material larut-lipid seperti vitamin A, D, E, dan K, obat-obatan tertentu, oksigen dan karbon dioksida. Dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit, hidrasi, kelembaban dan metabolisme. Penyerapan dapat berlangsung melalui celah antarsel atau melalui muara saluran kelenjar tetapi lebih banyak yang melalui sel-sel epidermis daripada yang melalui muara kelenjar.
C) Fungsi Ekskresi
Kelenjar sebasea merupakan kelenjar yang melekat pada folikel rambut dan melepaskan lipid yang dikenal sebagai sebum menuju lumen. Sebum dikeluarkan ketika muskulus arektor pili berkontraksi menekan kelenjar sebasea sehingga sebum dikeluarkan ke folikel rambut lalu ke permukaan kulit. Sebum berfungsi menghambat pertumbuhan bakteri, melumasi dan memproteksi keratin. Selain mengeluarkan air dan panas, kelenjar keringat juga merupakan sarana untuk mengekskresikan garam, karbondioksida, dan dua molekul organik hasil pemecahan protein yaitu amoniak dan urea.
D) Fungsi Persepsi
Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis. Terhadap rangsangan panas diperankan oleh badan-badan ruffini di dermis dan subkutis. Terhadap rangsangan dingin diperankan oleh badan-badan krause yang terletak di dermis. Terhadap rabaan diperankan oleh meissner terletak di papila dermis dan merkel ranvier yang terletak di epidermis. Terhadap tekanan diperankan oleh badan paccini di epidermis.
E) Fungsi Pengaturan Suhu Tubuh (Termoregulasi)
Kulit berkontribusi terhadap pengaturan suhu tubuh (termoregulasi) melalui dua cara: pengeluaran keringat dan menyesuaikan aliran darah di pembuluh kapiler. Saat suhu tinggi, tubuh mengeluarkan keringat dalam jumlah banyak serta memperlebar pembuluh darah (vasodilatasi) sehingga panas akan terbawa keluar dari tubuh dan sebaliknya pada suhu rendah.
F) Fungsi Pembentukan Vitamin D
Sintesis vitamin D dilakukan dengan mengaktivasi prekursor 7 dihidroksi kolesterol dengan bantuan sinar ultraviolet. Enzim di hati dan ginjal lalu memodifikasi prekursor dan menghasilkan calcitriol, bentuk vitamin D yang aktif. Calcitriol adalah hormon yang berperan dalam mengabsorpsi kalsium makanan dari traktus gastrointestinal ke dalam pembuluh darah.
KUSTA
A. Pengertian
Penyakit kusta adalah penyakit kronik yang di sebabkan oleh kuman Mycobacterium laprae (M leprae) yang pertama kali menyerang susunan saraf tepi, selanjutnya dapat menyerang kulit, mukosa (mulut), saluran pernafasan bagian atas, system retikulo endothelial, mata, otot, tulang dan testis.
1. EPIDEMIOLOGI
Penderita kusta terbesar di seluruh dunia. Jumlah yg tercatat 888.340 orang pada tahun 1997 ( table 19.1 dan 19.2). Sebenarnya kapan penyakit kusta ini mulai bertumbuh tidak dapat di ketahui dengan pasti,tetapi ada yg berpendapat penyakit ini bersal dari Asia Tengah kemudian menyebar ke Mesir, Eropa, Afrika dan Amerika. Di Indonesia tercatat 33.739 yang penderita kusta.indonesia merupakan Negara ketiga terbanyak penderitanya setelah india dan brazil dengan prefalensi 1,7/10.0000 penduduk.
Penelitian secara epidemiologic pada penyakit kusta sangat sulit mengumpulkan data tentang insiden, tetapi dari data yang tersedia pada bebebrapa daerah terpilih tampak nya insiden penyakit ini cenderung menurun di berbagai belahan dunia dengan penurunan rata-rata pertahun berkisr 7 sampai 18%.
Penyakit kusta dapat menyerang semua orang. Laki-laki lebih bnayak terkena di banding kan wanita dengan perbandingan 2 : 1, kalau pun ada pergerakan daerah yang meneunjuka insiden ini hamper sama bahkan ada daerah yanag menunjukan penderita wanita lebih banyak. Penyakit ini dapat mengenai seluruh umat. Namun demikian, jarang di jumpai pada umur yang sangat muda. Pernah di jumpai penderita kasus tuberkuloid pada usia 2,5 bulan. Serangan untuk pertama kalinya pada usia di tas 70 sangat jarang.frekuensi terbanyak adalah umur 15 – 29 tahun, walaupun pernah di dapat kan di pulau Nauru, padakeadaan epidemic, penyebarah hamper sama pada semua umur. Terdapat perbedaan baik perbedaan ras maupun perbedaan geografiik. Ras cina, eropa, dan Myanmar lebih rentan terhadap bentuk lepromatous di bandingkan dengan ras afrika, india, dan melanisia. Beberapa faktor lain yang dapat berperan kejadian dan penyebaran kusta antara lain adalah iklim, diet, status gizi, status sosial ekonomoi dan genetic.
2. ETIOLOGI
Penyebab penyakit ini adalah micobakterium leprae ( mycobacterium leprae), (M. Leprae).
Secara marfologi, M.Leprae berbentuk pleomorflurus, batang panjang, sisi parallel denga ke 2 ujung bulat,ukuran 0,3 – 0,5 X 1-8 micron. Dengan microscop electron, tampak M.leprae mempunyai dinding yang terdiri 2 lapisan, yakni lapisan piptidoknikan padat pada bagian dalam dan lapisan transparan lipopolisakarida dan kompleks protein lipopolisakarida pada bagian luar. Dinding polisakarida ini adalah suatu arabinogalaktan yang di estrifikasi oleh asam mikolik dengan ketebalan 20nn.
Tampak nya peptdoknikan ini mempunyai sifat spesifik pada M,leprae, yaitu adanya asam amino glisin, sedang kan pada bakteri lain mengandung alanin. M.leprae adalah hasil obdigat intraseluler yang terutama dapat berkembang biak di dalam sel Schwann saraf dan makrofag kulit. Basil ini dapat di temukan di mna- mana, missal nya di tanah,air,udara, dan pada manusia terdapat di permukaan kulit, rongga hidung, dan tenggorokan. Basil ini dapat berkembang biak dalam otot polos atau otot begaris sehingga dapat di temukan pada otot erector pli, otot dan endotelkapiler, otot diskorotum, dan otot di irismata. M.laprae ini merupakan basil gram positif karna sitoplasma basil ini mempunyai struktur yang sama dengan basil gram positf yang lain, yaitu mengandung DNA dan RNA dan berkembang biak secara perlahan dengan cra binaryfision yang membutuhkan waktu 11 – 13 hari.
3. MANIFESTASI KLINIK
Manifestasi klinik penyakit kusta biasanya menunjukan gambarang yang jelas pada stadium yang lanjut dan diagnois cukup di tegagkan dengan pemeriksaan fisik saja. Gejala dan eluhan penyakit bergantun pada:
a. Miltiplikasi dan diseminasi kuman M.laprae
b. Respon imun penderita terhadap kuman M.laprae.
c. Komplikasi yang di akibatkan oleh krusakan saraf perifer.
Ada 3 tanda cardinal untuk menetapkan diagnosis penyakit kusta yakni :
1. Lesi kulit yang anestesi
2. Penebalan safar periper
3. Di temukan nya M.laprae (bakteriologis positif)
Adapun klasifikasi yang banyak dipakai pada bidang penilitian adalah klasifikasi menurut Ridley dan Jopling yang mengelompokkan penyakit kusta menjadi 5 kelompok berdasarkan gambaran klinik, bakteriologik, histopatologik dan imunologik. Sekarang klasifikasi ini secara luas dipakai di klinik dan untuk pemberantasan.
1. Tipe Tuberkuloid-tuberkuloid (TT)
Lesi ini mengenai kulit maupun saraf. Lesi kulit bisa satu atau beberapa, dapat berupa makula atau plakat, batas jelas dan pada bagian tengah dapat ditemukan lesi yang mengalami regresi atau penyembuhan ditengah. Permukaan lesi dapat bersisik dengan tepi yang meninggi, bahkan dapat menyerupai gambaran psoriasi. Gejala ini dapat disertai penebalan saraf perifer yang biasanya teraba, kelemahan otot dan sedikit rasa gatal.
2. Tipe Borderline Tuberkuloid (BT)
Lesi pada tipe ini menyerupai tipe TT, yakni berupa makula anestesi atau plak yang sering disertai lesi satelit di pinggirnya, jumlah lesi satu atau beberapa, tetapi gambaran hipopigmentasi, kekeringan kulit atau skuama tidak jelas seperti pada tipe tuberkuloid. Gangguan saraf tidak seberat pada tipe tuberkuloid dan biasanya asimetrik. Biasanya ada lesi satelit yang terletak dekat dekat saraf perifer yang menebal.
3. Tipe Borderline-Borderline (BB)
Tipe BB merupakan tipe yang paling tidak stabil dari semua spektrum penyakit kusta. Tipe ini disebut juga sebagai bentuk dimorfik dan jarang dijumpai. Lesi dapat berbentuk makula infiltrat. Permukaan lesi dapat mengkilat, batas lesi kurang jelas dengan jumlah lesi yang melebihi tipe borderline tuberkuloid dan cenderung simetrik. Lesi sangat bervariasi baik ukuran, bentuk maupun distribusinya. Bisa didapatkan lesi punched out, yaitu hipopigmentasi yang oval pada bagian tengah, batas jelas yang merupakan ciri khas tipe ini.
4. Tipe Borderline Lepromatous (BL)
Secara klasik lesi dimulai dengan makula. Awalnya hanya dalam jumlah sedikit, kemudian dengan cepat menyebar ke seluruh badan. Makula disini lebih jelas dan lebih bervariasi bentuknya. Walau masih kecil bentuknya, papel dan nodus lebih tegas dengan distribusi lesi yang hampir simetrik dan beberapa nodus tampak melekuk pada bagian tengah. Lesi bagian tengah sering tampak normal dengan pinggir didalam infiltrat lebih jelas dibanding pinggir luarnya, dan beberapa plak tampak seperti punched-out.
Tanda-tanda kerusakan saraf berupa hilangnya sensasi, hipopigmentasi, berkurangnya keringat dan gugurnya rambut lebih cepat muncul dibandingkan dengan tipe lepramatous dengan penebalan saraf yang dapat teraba pada tempat predileksi kulit.
5. Tipe lepromatous-lepromatous (LL)
Jumlah lesi sangat banyak, sistemik,permukaan halus, lebih eritem, mengkilat, berbatas tidak tegas tidak dtemukan ganguan anestesidan anhidrosis pada stadium dini. Distribusi lesi khas, yakni dwajah mengenai dahi,pelipis, dagu, kuping telinga, sedangkan dibadan, mengenai bagian belakangyang dingin,lengan, punggung tangan,dan permukaan ekstensr,tungkai bawah. Pada stadium lanjut tampak penebalan kulit yang progresif, cuping telinga menebal,garis muka menjadi kasar dan cekung membentuk pacies leonina yang dapaat disertai medarosis,iritis dan keratitis. Lebih lanjut lagi dapat terjadi depormitas pada hidung. Dapat dijumpai pembesaran kelenjar limfe,orkitis, yang selanjutnya dapat menjadi atropi testis. Kerusakan saraf dermis menyebabkan gejala stockingdan glove anaesthesia.
Bila penyakit ini menjadi progesif, macula dan papula baru muncul, sedangkan lesi yang lama menjadi plak dan nodul.pada stadium lanjut, serabut-serabut saraf perifer mengalami degenerasi healin atau fibrosis yang menyebabkan anestesi dan pengecilan otot pada tangan dan kaki.
Salah satu tipe penyakit kusta yang tidak termasukdalam klasifikasi Ridley dan Jopling, tetapi diterima secara luas oleh para ahli kusta adalah tipe indeterminate (I). tipe ini ditandai dengan jumlah lesi sedikit, asimetrik, makula, hipopigmetasi dengan sisik yang sedikit,kulit sekitar normal. Lokalisasi biasanya dibagian ekstensor ekstermitas, bokong bokong atau muka, kadang-kadang dapat ditemukan bentuk macula hipestesi atau sedikit penebalan saraf. Diagnosis tipe ini hanya dapat ditegakan bila dengan pemeriksan histopatologik didapat hasil atau terdapat infitrat disekitar saraf. Pada 20-80% kasus penderita kusta didapatkan tipe ini, merupakan tanda pertama dan sebagian besar akan sembuh spontan.
4. GEJALA SINGKAT PENYAKIT
Perjalanan penyakit termasuk keluhan utama dan keluhan tambahan: Lesi di awali dengan bercak putih bersisik halus pada bagian tubuh, tidak gatal, kemudian membesar dan meluas. Bila saraf sudah terkena, penderita mengeluh kesemutan/baal pada bagian tertentu, ataupun kesukaran menggerakkan anggota badan yang berlanjut dengan kekakuan sendi. Rambut alispun dapat rontok.
5. TIPE PENYAKIT KUSTA
Tipe penyakit kusta dibagi dalam beberapa 3 tipe, yaitu :
a. Kusta Permulaan
Kusta Permulaan mempunyai tanda-tanda sebagai berikut :
1. Bercak keputihan yang sangat tipis
2. Batas yang belum jelas
3. Perasaan setempat berkurang atau hilang
4. Hanya ada satu atau dua bercak
Penyakit kusta tipe permulaan, tidak merugikan penderita sendiri maupun orang lain.
b. Kusta Kering
Kusta Kering memiliki tanda-tanda sebagai berikut :
1. Bercak keputihan agak tebal seperti panas
2. Permukaan bercak kering dan kasar
3. Batas (pinggir) bercak jelas dan sering ada bintil-bintil kecil
4. Perasaan setempat hilang atau tidak terasa
5. Saraf pada siku dan lipat lutut kadang-kadang teraba membesar disertai rasa sakit bila ditekan, kadang-kadang tidak membesar. Ada pula teraba membesar tetapi tidak terasa sakit bila ditekan.
Penyakit kusta kering tidak dapat merugikan atau mengganggu orang lain, karena tidak terdapat kuman kusta, atau tidak dapat menimbulkan penyakit kusta pada orang lain. Tetapi dapat merugikan penderita sendiri karena dapat menimbulkan cacat.
c. Kusta Basah
Terdapat tanda-tanda kusta basah, antara lain sebagai berikut :
1. Pembengkakan atau penebalan kulit berwarna kemerah-merahan
2. Pembengkakan atau penebalan tadi terdapat disatu atau beberapa tempat dikulit badan.
3. Bintil-bintil kemerahan tersebar dikulit badan
4. Dapat pula sebagai bercak-bercak keputihan yang tipis dan banyak tersebar dikulit badan.
5. Perasaan pada permukaan bercak-bercak ini masih ada.
6. Tanda permulaan dari tipe kusta basah sering terdapat pada cuping telinga dan muka.
7. Permukaan bercak tidak kering dan kasar.
Kerugian tipe kusta kering dapat timbul :
a. Bagi penderita sendiri :
1. Kebanyakan terdapat kelainan pada kulit muka dan cuping telinga menyebabkan bentuk muka menjadi jelek sehingga penderita merasa malu.
2. Dapat timbul kecacatan pada muka, tangan dan kaki.
3. Sering dapat timbul reaksi.
b. Bagi orang lain :
1. Karena terdapat kuman kusta pada kulit badan yang sakit maka dapt terjadi penularan penyakit kusta kepada orang lain, tetapi orang yang tertular kuman kusta belum tentu akan menjadi sakit.
IMPETIGO
A. Pengertian
Impetigo adalah infeksi piogenik superficial dan mudah menular yang terdapat di permukaan kulit. Terdapat dua bentuk klinis impetigo, yaitu impetigo kontagiosa Tillbury Fox danimpetigo bulosa. Impetigo bulosa disebabkan oleh stafilokok, sedangkan impetigo kontagiosa dapat disebabkan oleh Staphylococcus aureus atau steptokok atau oleh keduanya.
B. Jenis Impetigo
1. IMPETIGO KONTAGIOSA
a. Pengertian
Impetigo kontagiosa adalah infeksi kulit yang mudah menular dan terutama mengenai anak-anak yang belum sekolah. Penyakit ini mengenai kedua jenis kelamin, laki-laki, dan perempuan, sama banyak. Pada orang dewasa, impetigo ini sering terdapat pada mereka yang tinggal bersama-sama dalam satu kelompok, seperti asrama dan penjara. Factor prediposisi terjadinya hygiene yang jelek dan malnutrisi.
b. Etiologi
Umumnya penyebab impetigo kontagiosa ialah streptokok grup A. Kadang-kadang dapat disebabkan oleh infeksi campuran streptokok dan stafilokok. Streptokok grup A terdapat di kulit normal anak-anak sekitar 10 hari sebelum terjadi impetigo, dan streptokok itu tidak di dapati di hidung dan tenggorokan penderita sebelum 14-20 hari setelah kulit diduduki oleh bakteri itu. Streptokok dapat ditemui di saluran napas pada 30% anak penderita impetigo, tapi tidak terdapat tanda-tanda klinis faringitis streptokok. Maka dapat disimpulkan bahwa urutan penyebaran pada seorang penderita ialah dari kulit normal ke lesi dan seketika itu juga itu juga ke saluran napas. Sebaliknya, urutan penyebaran S.aureus ialah dari hidung ke kulit normal (kira-kira 11 hari kemudian) dan ke lesi kulit (sesudah 11 hari pula). Sesudah sterptokok itu hinggap ke kulit normal-dapat berasal dari anggota keluarga lain atau kontak erat dengan seorang yang kulitnya telah terkoloni atau menderita pioderma-dibutuhkan factor predisposisi berupa trauma kecil seperti gigitan serangga atau abrasi untuk terjadinya impetigo.
Impetigo merupakan proses radang dangkal dengan Vesiko-pustula unilokuler yang terdapat diantara stratum korneum dan stratum granulosum. Biasanya terdapat di dekat muara folikel rambut. Di dalam vesikula terdapat bakteri, leukosit, dan sisa-sisa sel epitel.
c. Manifestasi Klinik
Impetigo streptokok mulai sebagai vesikula kecil yang berdinding tipis dan kadang kala disertai halo eritematus. Vesikula ini cepat berubah menjadi pustula. Vesikula dan pustula mudah pecah. Secret purulen yang keluar kemudian mengeras dan membentuk krusta yang lengket, berwarna kuning, lunak dan tebal. Pelepasan krusta ini akan disusul oleh pembentukan krusta baru. Dan kulit yang terbuka seperti anggota gerak, sering dikenai tapi pada bayi, lesi terdapat dimana saja. Autoinokulasi dapat menimbulkan lesi satelit. Lesi sembuh tanpa membentuk sikatrik atau atrofi. Sebagian besar penderita akan mengalami limfadenopati regional. Biasanya lesi tidak nyeri, tapi kadang kala penderita mengeluh gatal dan rasa terbakar.
d. Gejala
Penyakit kulit ini menimbulkan gejala-gejala seperti rasa gatal. Mula-mula timbul ruam-ruam (lesi) kulit berukuran 1-2 mm kemudian berubah menjadi glembung-glembung yang berisi cairan (vesikel/bula). Oleh karena dinding gelembung ini tipis maka mudah pecah dan mengeluarkan cairan berwarna kuning kecokelatan. Selanjutnya mengering membentuk tumpukan-tumpukan yang berlapis-lapis. Penyakit kulit ini biasanya menyerang bagian tubuh terutama wajah (sekitar hidung dan mulut), tangan dan leher. . Krusta mudah dilepaskan, dibawah krusta terdapat daerah erosive yang mengeluarkan secret, sehingga krusta kembali menebal.
e. Diagnosis
Diagnosis didasarkan pada umur penderita, yang biasanya anak-anak, dan krusta yang melekat ke dasarnya, berwarna kuning, dengan erupsi vesikula yang mengeluarkan secret, serta distribusi di muka, lengan dan tungkai.
f. Diagnosis Banding
1. Varisela. Krusta pada varisela kasar berwarna coklat tua.
2. Infeksi jamur. Pada dermatofitosis, terdapat penyembuhan di tengah lesi.
3. Ektima : lesi lebih besar,lebih dalam dan peradangan lebih berat. Ditutupi krusta yang keras, bila diangkat akan berdarah secara difus.
4. Impetigenesasi : pioderma sekunder, prosesnya menahun sering masih tampak penyakit dasarnya.
g. Patofisiologi
Jika tidak diobati, impetigo akan berlangsung terus dan lesi-lesi baru akan muncul selama beberapa minggu. Sesudah itu, impetigo cenderung sembuh sendiri, kecuali bila terdapat kelainan kulit yang mendasarinya, seperti eksema. Jarang sekali timbul komplikasi selulitis atau bakteriemia. Gejala sisa yang berat adalah Nefritis.
Titer streptozyme atau Streptolisin-O hanya akan meningkat pada kira-kira separuh dari jumlah penderita impetigo streptokok, sedang kadar antideoksiribonuklease B berbanding lurus dengan infeksi streptokok pada kulit.
2. IMPETIGO BULOSA
a. Pengertian
Impetigo Bulosa adalah suatu bentuk impetigo dengan gejala utama barupa lepuh-lepuh berisi cairan kekuningan dengan dinding tegang, terkadang tampak hipopion. Penyakit kulit ini biasanya lebih banyak ditemukan di daerah tropis dengan suhu udara panas. Kurangnya kebersihan dan keadaan kurang gizi serta anemia mempermudah terjangkitnya penyakit kulit ini mengingat penyakit ini mudah menular.
b. Etiologi
Impetigo bulosa disebabkan oleh S. aureus galur grup II tipe faga 71. Tiga lesi kulit yang disebabkan oleh stafikolok grup II ini ialah : a. Impetigo bulosa, b. Penyakit exfoliatif “Staphylococcal Scalded Skin Syndrome” (SSSS), dan c. Erupsi non streptokokal skarlatiniforme.
c. Manifestasi Klinik
Impetigo bulosa terutama terdapat pada neonati dan anak yang lebih besar dan ditandai oleh pembentukan vesikula yang cepat berubah menjadi bula yang lunak. Bula lunak ini terdapat pada kulit normal. Pada permulaan bula berisi cairan kuning yang kemudian berubah menjadi kuning pekat dan keruh. Bula tidak dikelilingi eritem dan berbatas tegas. Kemudian bula pecah dan mengempis serta membentuk krusta coklat tipis. Bula impetigo bulosa yang luas dan berat ialah pemfigus neonatorum (penyakit Ritter) yang sering disertai demam.
d. Penyebab
1. Penyebab: terutama debabkan oleh stapilokop
2. Umur : anak-anak dan dewasa
3. Jenis klamin: frekuensi yang sama pada pria dan wanita
4. Daerah : lebih banyak pada daerah tropis dengan udara panas
5. Musim/iklim : musim panas dengan banyak debu
6. Kebersiahan/higiene : higiena kurang
7. Gizi : lebih seri dan lebih berat pada keadaan kurang gizi dan anemia
8. Lingkungan :yang kotor dan berdebu akan lebih sering dan lebih hebat
FURUNKEL
A. Pengertian
Furunkel atau disebut juga bisul, adalah peradangan pada folikel rambut dan jaringan yang biasanya mengalami nekrosis ini disebabkan oleh staphylococcus aureus.
1. Etiologi
Etiologinya kebanyakan oleh Staphylococcus aureus, merupakan sel-sel berbentuk bola atau coccus Gram positif yang berpasangan berempat dan berkelompok. Staphylococcus aureus merupakan bentuk koagulase positif, ini yang membedakannya dari spesies lain, dan merupakan patogen utama bagi manusia. Pada Staphylococcus koagulase negatif merupakan flora normal manusia. Staphylococcus menghasilkan katalase yang membedakannya dengan streptococcus.
Furunkel dapat terjadi sekunder terhadap dermatosis lain. Sering mengenai anak sebagai komplikasi penyakit parasit, seperti pedikulosis atau scabies. Furunkel sering terjadi pada kulit yang sering mendapat gesekan, tekanan, dan iritasi local, seperti garukan. Furunkel dapat juga terjadi pada penderita diabetes, penderita dermatitis sebore, orang yang kurang gizi, orang terlantar, dan penderita imunodefisien. Penyebab furunkel ialah Staphylococcus aureus. Furunkel sering terjadi oleh re-infeksi dari foci nasal atau perianal.
2. Manifestasi Klinik
Gejala padapermulaan penderita merasa gatal, lesi menjadi nyeri bila ditekan atau diusap. Selama proses supurasi, lesi terasa sakit sekali . lesi yang terdapat di saluran telinga luar dan hidung terasa sakit sekali. Gejala sistemik biaanya jarang, dan, kalau ada,ringan .
Tanta-tanda timbul peradangan folikuler kecil dan merah yang cepat bertambah besar dan membentuk suatu tonjolan berbentuk kerucut dan teraba keras dan dikelilingi oleh halo merah.
Sewaktu supurasi terjadi, timbul pustul dan kemudian nekrosis pada puncak nodul. Ketika nodul ini pecah, keluarlah pus dengan inti nekrotik. Kemudian edem dan eritema mereda, dan rongga terisi oleh jaringan granulasi dan meninggalkan makula keunguan, yang akan sembuh dengan parut. Lesi frunkel dapat tunggal atau jamak atau berkelompok.
3. Patofisiologi
Terlihat abses perifolikuler setempat. Pembuluh darah setempat mengalami dilatasi dan tempat terinfeksi diserang oleh lekosit polimorfonukler. Terjadi nekrosis kelenjar dan jaringan sekitar dan membentuk inti yang dikelilingii oleh daerah dilatasi vaskuler, lekosit, dan limfosit.
4. Diagnosis
Biasanya furunkel mengenai orang dewasa muda yang sehat atau mengenai penderita dermatitis yang terinfeksi sekunder atau dengan nodul merah, sakit, dan akut dengan titik purulen di tengahnya.
5. Diagnosis Banding
Diagnosis banding furunkolosis adalah folikulitis dan karbunkel. Antara furunkolosis dan folikulitis dapat dibedakan dari segi efloresensinya kalau pada folikulitis berupa macula eritematus, papula, pustula, tidak terdapat core dan jaringan disekitarnya tidak meradang. Antara furunkolosis dengan karbunkel, dapat dibedakan dari segi efloresensinya mirip dengan furunkel hanya saja ukurannya lebih besar dan mata bisulnya lebih dari satu, dan biasanya sering dijumpai pada penderita Diabetes Militus.
1. Sporotrikosis : kelainan jamur sistemik, menimbulkan benjolan-benjolan yang berjejer sesuai dengan aliran limfe, pada perabaan kenyal dan nyeri.
2. Blastomikosis : benjolan multiple dengan beberapa pustule, daerah sekitarmya melunak.
3. Skrofuloderma : biasanya bberbbentuk lonjong, livid, dan ditemukan jembatan-jembatan kulit (skin bridges).
6. Penyebab
1. Penyebab : Staphyllococcus aureus
2. Umur : dapat terjadi pada anak-anak, juga orang muda.
3. Jenis kelamin : Frekuensi nya sama pada pria dan wanita.
4. Lokasi lesi : Muka (bibir atas, hidung, dan telinga), kuduk, panggul, ketiak , badan , paha .
7. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Timbulnya Furunkel
1. Musim/iklim : lebih sering pada musim panas, karena banyak berkeringat.
2. Kebersihan/hygiene : kebersihan dan hygiene yang kurang.
3. Lingkungan : lingkungan yang kurang baik/bersih. Atlet jarang mendapat penyakit semacam ini.
4. Lain-lain : diabetes, obesitas, hiperhidrosis, anemia, dan stress emosional mempengaruhi tingkat insidens.
BAB III
KESIMPULAN & SARAN
A. KESIMPULAN
Penyakit kusta adalah penyakit kronik yang di sebabkan oleh kuman Mycobacterium laprae (M leprae) yang pertama kali menyerang susunan saraf tepi, selanjutnya dapat menyerang kulit, mukosa (mulut), saluran pernafasan bagian atas, system retikulo endothelial, mata, otot, tulang dan testis.
Impetigo adalah infeksi piogenik superficial dan mudah menular yang terdapat di permukaan kulit.
Furunkel atau disebut juga bisul, adalah peradangan pada folikel rambut dan jaringan yang biasanya mengalami nekrosis ini disebabkan oleh staphylococcus aureus.
B. SARAN
Dalam aplikasi keperawatan, seorang perawat diharapkan dapat mengetahui tentang penyakit kulit seperti kusta, furunkel, dan impetigo. Kemudian diharapkan juga perawat mengetahui tanda dan gejala penyakit tersebut agar tidak salah dalam memberikan tindakan keperawatan kepada pasien.
DAFTAR PUSTAKA
1. Husodo, Sosro dan Drs. Teha Sugiyo. 1985. Penyakit Menular, Cara Pencegahan Dan Cara Pengobatannya. Bandung : Alumni.
2. Prof. Dr. Siregar R.S., 1996. Atlas Berwarna SARIPATI PENYAKIT KULIT, Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
3. DITJEN PPM dan PLP. 1994. BUKU PEGANGAN KADER DALAM PEMBERANTASAN PENYAKIT KUSTA. Jakarta: Bakti Husada.
4. Drs. Syaifuddin, B. Ac. 1992. Anatomi Fisiologi Untuk Siswa Perawat. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
5. Prof. Dr. Harahap, Marwali. 2000. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta : Hipokrates.